BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan
cerita atau jalan
untuk mengembangkan dan mengarahkan dirinya
menjadi sosok manusia
yang memiliki kepribadian
yang utama dan sempurna.
Dengan pendidikan, manusia
dapat mengembangkan
kepribadian baik jasmani
maupun rohani ke
arah yang lebih baik
dalam kehidupannya, sehingga semakin
maju suatu masyarakat
maka akan semakin penting pula
adanya pendidikan bagi
pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Bersamaan dengan
itu Islam memandang
pendidikan sebagai dasar
utama seseorang diutamakan dan
dimuliakan. Hal ini
sebagaimana firman Allah
SWT dalam al-Qur'an Surat al-Mujadalah ayat 11, berikutini yang berbunyi
:
Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4
Artinya : “Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu sekalian
dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat”.
(QS, al-Mujadalah : 11).
|
Dalam
pelaksanaan pendidikan pemerintah
telah mengupayakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran
Nasional yang diatur dalam undangundang.
Untuk itu pemerintah
memberikan hak pada
warganya untuk mendapatkan pengajaran
dan pendidikan ini
dimulai dari lingkungan
keluarga sebagai Lembaga pendidikan,
kemudian pendidikan di
lingkungan masyarakat.
Bahasa merupakan
pokok pengetahuan yang harus dimiliki. Dengan bahasa manusia dapat
berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan bahasa pula manusia dapat menambah
wawsan dan pengetahuannnya. Keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari dan
menguasai pengetahuan sangat tergantung pada penguasaan bahasa, karena mereka
masih dalam tahap mempelajari pengetahuan secara mendasar.
Dalam pembelajaran
bahasa Indonesia ada beberapa aspek yang sangat diperhatikan dan saling
berkaitan satu sama lain. Aspek-aspek tersebut adalah mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Laely Syaudah (2004:75)
bahwa “kemampuan berbahasa memiliki empat komponen yaitu keterampilan
mendengarkan (listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill),
keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill).
Dari keempat
keterampilan tersebut yang paling sulit dikuasi siswa adalah keterampilan
menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu kemampuan yang perlu
dimiliki oleh siswa SD. Dengan memiliki kemampuan menulis, siswa dapat
mengomunikasikan ide, penghayatan, dan pengalamannya keberbagai pihak, terlepas
dari ikatan waktu dan tempat. Di samping itu, siswa pun dapat meningkatkan dan
memperluas pengetahuannya melalui keterampilan menulis.
Kemampuan
menulis merupakan kemampuan menurunkan atau melukiskna lambang-lambang grafis
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut. Kemampuan menulis sendiri
seperti hanya dengan kemampuan berbahasa lain dapat dimiliki melalui bimbingan
dan latihan yang intensif. Latihan kemampuan menulis di SD Negeri Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes sangat
penting karena merupakan penanaman dasar menulis.
Secara global
ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar menulis siswa, yang saling
berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain, yaitu:
1.
Faktor yang mempengaruhi belajar menulis
siswa dari dalam (faktor internal), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan
rohani siswa.
2.
Faktor yang mempengaruhi belajar menulis
siswa dari luar (faktor eksternal), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.
Faktor pendekatan belajar yang
mempengaruhi belajar menulis siswa (approach to learning), yahni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi, metode, dan media yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran.
Tujuan pembelajaran
sastra khususnya kompetensi menulis puisi, telah dijabarkan dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi menulis yang diharapkan
bagi kelas V SD menurut KTSP adalah “siswa dapat mengungkapkan pikiran,
perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan,
dan puisi bebas”, dengan kompetensi dasar “menulis puisi bebas dengan pilihan
kata yang tepat”. Adapun indikator pembelajarannya “menulis puisi berdasarkan
gagasan pokok”. (BSNP, 2008:18).
Berbagai upaya telah
dilakukuan oleh para pendidik dalam mengajarkan kompetensi menulis sastra
tersebut, yaitu dengan menggunakan bebagai teknik, metode, maupun pendekatkan,
agar tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai dengan baik.
Namun demikian, masih banyak kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan
pembelajaran sastra tersebut, karena standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang diharapkan justru berbeda dengan kenyataan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil pembelajaran sebelum penelitian di kelas V pada materi menulis puisi,
diantaranya hasil tes pembelajaran menulis karangan sastra di kelas V belum
memuaskan, dimana nilai rata-ratanya hanya mencapai 68,0 pada rentang 0,00 –
100, dengan persentasi ketuntasan 38%, yaitu dari 13 siswa kelas V baru 5 siswa
yang sudah tuntas pada kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) 70. Dalam
pembelajaran itu terdapat 62% siswa masih kesulitan dalam menulis puisi
terutama dalam mengekspresikan ide-ide, menentukan gagasan, memilih kata-kata
yang tepat, pembaitan, dan tipografinya. Ide yang tertuang dalam puisi pada
umumnya belum jelas karena tidak sesuai dengan temanya. Pemilihan diksi,
kebanyakan siswa masih menggunakan kata-kata yang kurang tepat dan tidak
puitis, sehingga kadang-kadang isi puisi tidak jelas. Demikian juga dalam
pembaitan dan tipografi, pemenggalannya masih banyak yang belum sesuai dengan
isi tiap baitnya, sehingga isi dari satu bait dengan bait lainnya tidak
berhubungan.
Selain itu
tingkat aktifitas dan antusias siswa masih rendah, dimana hanya sekitar 50%
yang sudah terlibat aktif mengikuti pembelajaran tersebut, sedangkan sisanya
masih pasif.
Memperhatikan
hasil pembelajaran diatas, ada beberapa dugaan yang menyebabkan hal tersebut di
atas, dan menjadi pusat penelitian ini, yaitu :
1.
Pengalaman
belajar bahasa Indonesia yang tidak menyenangkan dan cenderung membosankan
akibat kurang variasi dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga turut
membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran bahasa indonesia.
2.
Adanya
persepsi siswa bahwa pelajaran bahasa Indonesia tidak penting. Hal ini secara
langsung maupun tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar bahasa Indonesia, terutama dalam kemampuan menulis puisi.
3.
Menurut
pengamatan penulis ada kecenderungan guru masih sering menjadi sentral utama
dalam proses pembelajaran dan mendominasi aktifitas mengajar, sehingga siswa
kurang atau tidak aktif.
Paradigma di
atas akan kita coba pecahkan melalui berbagai upaya dalam bentuk perbaikan
pembelajaran, contohnya dengan penggunaan model pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana menurut Depdiknas
(2006:13), guru juga harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan dalam aktivitas pembelajaran, meliputi beberapa pengelolaan ruang
kelas, kegiatan siswa, hasil karya siswa, waktu dan bentuk kegiatan belajar,
dan sumber belajar sehingga indikator dalam pembelajaran akan tercapai secara
maksimal.
Salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan keleluasaan kepada keaktifan siswa
dan sekaligus dapat mengembangkan kemampuan bersastra khususnya menulis puisi
adalah model pembelajaran quantum
(quantum teaching and learning). Model pembelajaran ini adalah model
pembelajaran yang mengutamakan aktifitas dan kreatifitas, serta melibatkan
seluruh kemampuan potensi diri siswa.
Seperti menurut
pendapat Bobbi DePorter dalam A’la (2010:21). “ Quantum teaching
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang
ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di
dalam kelas”. Pembelajaran yang menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses
kegiatan belajar dengan cara sengaja menggunakan musik/mewarnai lingkungan
sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai pengajaran efektif dan banyak
mengaktifkan siswa. Siswa juga berpartisipasi dalam setiap langkah pembelajaran
dengan cara membuat generalisasi sampai konsep lalu mendemonstrasikannya
melalui presentasi-komunikasi kemudian mengulanginya dengan Tanya jawab,
mengerjakan latihan dan membuat rangkuman. Dengan model pembelajaran seperti
ini lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide dan gagasan
mereka dalam bentuk puisi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
menulis puisi.
Dari uraian di
atas, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “PENINGKATAN
HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM PADA MATERI MENULIS PUISI DI KELAS
V SDN BULUSARI 01 KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini
adalah:
1.
Bagaimana proses pembelajar siswa
sebelum menggunakan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran menulis puisi
di kelas V SDN Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba
Kabupaten Brebes ?
2.
Bagaimana Aktivitas belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran menulis puisi di
kelas V SDN Bulusari 01 Kecamatan
Bulakamba Kabupaten Brebes?
3.
Apakah penggunaan model pembelajaran quantum
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes?
C.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan
rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui dan menganalisa proses
belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran
menulis puisi di kelas V SDN Bulusari 01
Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes?
2.
Mengetahui dan menganalisa aktifitas belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran menulis
puisi di kelas V SDN Bulusari 01
Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes?
3.
Mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran quantum terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Bulusari
01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.
D.
Langkah-langkah
penelitian
1.
Menentukan subjek penelitian
a. Lokasi
: lokasi penelitian dilakukan di SDN Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes
b. Waktu
: waktu penelitian dilakukan pada saat Praktik Pengalaman Lapangan dari bulan April
2014 sampai dengan Juni 2014
c. Mata
Pelajaran : Mata pelajaran yang digunakan Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN
Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba
Kabupaten Brebes
d. Karakteristik
Siswa: siswa berjumlah 13 orang yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 6
orang siswa perempuan
2.
Menentukan deskripsi persiklus
a. Rencana
Peneliti melakukan identifikasi
masalah yang diteliti dengan cara melakukan penelitian pendahuluan (prasiklus)
terhadap proses pembelajaran di kelas dan meneliti hasil belajar siswa pada
nilai ulangan sebelumnya.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran quantum sesuai dengan rencana yang telah
di susun untuk setiap siklus.
c. Instrument
penelitian
Instrument penelitian dilakukan
pada saat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan pada setiap
akhir siklus yaitu memeriksa hasil observasi dan mengidentifikasi masalah yang
ditemukan dari hasil observasi dan hasil tes.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pembahasan
Belajar dan Mengajar
1.
Belajar dan Mengajar
Menurut Hamalik (2009:27) belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Selain itu belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku peserta didik melalui interaksi dengan lingkungan.
Sejalan dengan pengertian di atas Whittaker (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:12) merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah latihan atau pengalaman.
Begitupula
apa yang dikatakan Ahmadi dan Supriono (2004:128) bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar perubahan tingkah laku maupun
pengetahuan peserta didik akibat dari interaksi dengan lingkungan, pengalaman,
dan masyarakat. Seorang dikatakan belajar apabila ada perubahan yang terjadi
dalam diri peserta didik itu.
Didalam kurikulum (KTSP 2006), mata pelajaran IPS
bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a.
|
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dngan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b.
Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir
logis, kritis, memiliki rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial.
c.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan
global.
Belajar
melibatkan banyak aspek mulai dari aspek fisik dan psikis peserta didik, sumber
belajar, lingkungan dan aspek guru dan proses pembelajaran,
sehingga dapat pula dikatakan bahwa belajar merupakan suatu
proses yang kompleks.Belajar diartikan sebagai upaya
untuk menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Banyak orang yang beranggapan
bahwa belajar hanya wajib dilakukan oleh siswa. Padahal tidak demikian, karena
belajar tidak mengenal batas usia dan waktu.
Menurut Winkel, Belajar adalah
semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman. Menurut Sudjana, Nana (2010 : 28) mengartikan
bahwa Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya dan lain-lain aspek yang ada pada
individu.
Pengertian belajar yang di
kemukakan oleh Edward L.
Thorndike (Suwangsih, E. dkk. 2006 : 75) belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya
kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal yang dapat ditangkap
melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan siswa
ketika belajar, yang dapat juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan
(tindakan)”.
Berdasarkan beberapa pendapat
diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
kemampuan yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan
lingkungan.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan
untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan
anak, sehingga terjadi proses belajar. Juga dapat diartikan, mengajar sebagai
upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar
bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu
perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun
mental. (Sadirman A.M. 2003 : 48)
Adapun konsep baru tentang
mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar,
bagaimana berfikir, dan bagaimana menyelidiki. Berdasarkan uraian diatas dapat
dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa.
Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah,
kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan
siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan
pendorong agar siswa dapat belajar secara aktif dan lebihk kreatif lagi.
Jadi,
mengajar merupakan proses yang kompleks untuk menciptakan kondisi lingkungan
yang sebaik-baiknya, yang dilakukan oleh pengajar untuk menuangkan sejumlah
informasi/bahan pelajaran kepada siswa yang akan disi dengan pengetahuan.
2. Pengertian Hasil Belajar
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang menjadi
akibat dari usaha, pendapatan, panen dan sebagainya. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, hasil diartikan sebagai sesuatu yang diadakan (dibuat,
dijadikan dan sebagainya) oleh usaha. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil adalah
pencapain dari suatu usaha yang dilakukan.
Hasil belajar adalah
pencapaian dari suatu aktifitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik
berarti hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang
dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.
Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Peserta didik yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang
telah dipelajari selama proses belajar itu.
Hasil belajar yaitu
suatu perubahan yang terjadi pada peser yang berupa nilai, perubahan tingkah
laku dan bertambahnya ilmu pengetahuan. Selain itu
hasil belajar juga
ta didik yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi
juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan
penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.
Menurut Djamarah dan Zain (2002:120) belajar
dikatakan berhasil, apabila:
a.
Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan
mencapai prestasi tinggi, baik secara peserta didik maupun kelompok.
b.
Perilaku yang digariskan dalam tujuan pelajaran
telah dicapai oleh siswa, baik secara peserta didik maupun kelompok.
Jadi,
menurut Djamarah dan Zain (2002:120) belajar berhasil apabila peserta didik
telah mampu menyerap pelajaran dan hasil dari penyerapan pelajaran itu merubah
perilaku peserta
didik sesuai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan atau diciptakan baik secara individual atau kelompok. Djamarah (2004:19).
Hasil belajar tidak pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan
belajar. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan hasil belajar tidak semudah yang
dibayangkan tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus
dihadapi, untuk mencapainya hanya dengan kekuatan dan optimis dirilah yang
dapat membantunya.
Teori Taksonomi Bloom hasil
belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain
kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan (2009:1-2) adalah
sebagai berikut :
1)
Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
2)
Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi
lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3)
Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar
kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol,
namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil
penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik
yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Hasil Belajar
Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak,
yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam.
a. Faktor dari luar
Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting, yakni :
1) Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses
dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/alam dan
lingkungan sosial.
Lingkungan fisik/alam yang termasuk di
dalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan
sebagainya. Belajar pada keadaan
udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara udara yang panas
dan pengap.
Lingkungan sosial, baik yang bewujud manusia
maupun hal-hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang
yang sedang belajar soal yang rumit dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi,
akan terganggu bila ada orang lain yang mundar mandir di dekatnya, keluar masuk
kamarnya, atau bercakap-cakap cukup keras di dekatnya.
Lingkungan sosial lainnya, seperti suara
mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan lsin sebagainya
dapat mempengruhi proses hasil belajar. Karena itulah disarankan agar
lingkungan sekolah didirikan di tempat yang jauh dari keramain pabrik, hiruk
pikuk lalu lintas dan pasar.
2) Faktor-faktor Instrumental
Fokto-faktor instrumentaladalah faktor yang
keberadaan dan kegunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung perlengkapan
belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dan sebagainya. Maupun
faktor-faktor lunak (software),
seperti kurikulum, bahan/program yang harus di pelajari, pedoman-pedoman
belajar dan sebagainya.
3) Faktor dari dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi individu
atau anak yang belajar itu sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kondisi fisiologis anak dan kondisi pisikologis anak.
a) Kondisi fisiologis anak
Secara umum kondisi fisiologis, seperti
kesehatan yang prima, tidak dalam keadan capai, tidak dalam keadaan cacat
jasmani, seperti kaki/tangannya (karena akan mengganggu fisiologis), dan
sebagainya. Akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar.
Di samping kondisi umum tersebut, yang tidak
kalah penting dalm mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kondisi
pancaindera, terutama indera penglihatan dan pendengaran.
Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran
inilah, maka dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai
penelitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat
dilihat sekaligus didengar (audio-visual).
Guru yang baik tentunya akan memperhatikan bagaimana keadaan pancaindera,
khususnya penglihatan dan pendengaran anak didik.
b) Kondisi pisikologis anak
Ada beberapa faktor pisikologis yang dianggap
mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya :
(1)
Minat
Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Kalu seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesutu, ia tidak dapat
diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaiknya
kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan
akan lebih baik.
(2)
Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan besar dalam
menetukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti
sesuatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih
mampu belajr daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan seseorang dapat
diukur dengan menggunakan alat yang terkenal dengan sebutan IQ (Intelligence Quotient)
(3) Bakat
Di samping inteligensi, bakat merupakan
faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang.
Bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan
berhasilnya usaha itu.
(4)
Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk belajar
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Oleh karena
itu, meningkatkan motivasi belajar anak didik memegang peranan penting untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.
(5) Kemampuan-kemampuan kognitif
Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang
berarti juga tujuan belajr itu meliputi tiga apek, yaitu aspek kognitif, aspek,
afektif,dan aspek psikomotorik, namun tidak dapat diingkari bahwa sampai
sekarang pengukuran kognitif masih
diutamakan untuk menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Sedangkan aspek afektif dan asep psikomotorik lebih sebagai
pelengkap dalam menentukan derajat keberhasilan anak di sekolah.
Kemampuan-kemampuan kognitif yang terutama
adalah :
1) Persepsi,
2) Ingatan, dan
3) Berfikir
B.
Model Pembelajaran Quantum
1. Pengertian Model Pembelajaran Quantum
Teaching
Pembelajaran (instruction)
merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar.
Gurulah yang membuat perencanaan, persiapan bahan, sumber, alat dan factor
pendukung pembelajaran lainnya, serta memberikan sejumlah pelayanaan dan
perlakuan kepada siswa. Meskipun demikian dalam pembelajaran, siswalah yang
lebih memegang peranan penting.
Guru sebagai salah satu komponen
yang terlibat dalam sesuatu pelajaran dituntut untuk membuat strategi belajar
mengajar yang tepat untuk siswa sehingga menciptakan seuasana belajar yang
menyenangkan dan membuat siswa nyaman dan tidak membosankan tinggal dikelas.
Salah satu unsur pembentuk strategi belajar mengajar adalah model pembelajaran
yang digunakan.
Model adalah bentuk representasi akurat
sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu. Sedangkan model pembelajaran adalah landasan
praktik didepan kelas hasil penurunan teori psikologi dan teori belajar.
Terdapat banyak model pembelajaran
inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran quantum ( quantum teaching and learning). Model
pembelajaran ini menurut Bobbi Deporter dalam Alawiyah (2005:14) berakar dari
upaya Dr. George Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang
bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestoiogy” atau suggestopedia”.
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif.
Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah
mendudukan murid secara nyaman, memasang music latar dikelas, meningkatkan
partisipasi individu, dan menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar
sambil menonjolkan informasi.
Quantum Teaching menurut pendapat
Bobbi Deporter dalam Nilandari ( 2000:56) adalah sebagai berikut: “ Quantum teaching adalah sebagai
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar”. Sependapat dengan
Nilandari, A’la (2010:21) mengemukakan “ kata quantum ini berarti interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya.
Jadi quantum teaching menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsure yang ada pada
siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas”.
Lebih jauh Bobbi Deporter dalam
A’la (2010:55). mengemukakan bahwa pembelajaran quantum merupakan orkestrasi bermacam-macam yang ada di dalam dan
di sekitar momen belajar. Interaksi ini mencakup unsure-unsur untuk belajar
efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan bakat
alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi
orang lain.
Sedangkan quantum learning adalah kiat, petujuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang akan mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
yang menyenangkan dan ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsive.
Berdasarkan paparan di atas maka
model pembelajaran harus di rancang berdasarkan proses analisis potensi siswa.
Model pembelajaran quantum adalah
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan keleluasaan,
mengembangkan kemampuan, dan dapat melibatkan seluruh kemampuan potensi diri
siswa.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum Menurut Sugiyanto (2009:74-78)
Beberapa karakteristik umum yang
tampak membentuk sosok pembelajaran quantum
Menurut Sugiyanto (2009:74-78) adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
b. Pembelajaran quantum memusatkan
perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
c. Pembelajaran quantum berupaya
memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengolaborasikan factor
potensi diri peserta didik selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan
mental) sebagaikonteks pembelajaran.
d. Pembelajaran quantum
mengintregasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
e. Pembelajaran quantum melibatkan
seluruh kemampuan potensi diri siswa.
Prinsip-prinsip dari pembelajaran
quantum,yaitu:
a. Segalanya berbicara,
b. Segalanya bertujuan.
c. Pengalaman sebelum konsep.
d. Akui setiap usaha.
e. Jika layak dipelajari, layak pula
dirayakan.
Jadi, dari paparan di atas pada
prinsipnya pembelajaran quantum berupaya memadukan konteks dan isi
pembelajaran, memusatkan interaksi dan kolaborasi potensi siswa,
mengintegrasikan tubuh dan pikiran yang melibatkan seluruh potensi siswa.
3. Langkah –langkah pembelajaran
quantum
Berdasarkan prinsip-prinsip di
atas maka dapatditentukan kerangka atau langkah-langkah rancangan pembelajaran
quantum. Langkah-langkah pembelajaran quantum sebagaimana menurut Bobbi
Deporter A’la (2010:34) tercermin dalam istilah TANDUR, yaitu :
a. Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni
apakah manfaat yang akan diperoleh dari pelajartan tersebut bagi guru dan
muridnya. Konsep tumbuhkan adalah membawa siswa memasuki dunia belajar.
b. Alami
Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum
yang dapat dimengerti oleh semua siswa. Jangan sampai menggunakan yang bahasa
asing dan sulit dimengerti, karena ini akan membuat siswa merasa bosan dalam
belajar.
c. Namai
Mencari definisi dan menuliskan kata kunci,
konsep, model, rumus, strategi, yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi si
anak.
d. Demonstrasikan
Sediakan kesempatan kepada siswa untuk
menunjukan bahwa mereka tahu. Setelah siswa mengalami belajar akan sesuatu,
beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya.
e. Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan
menumbukan rasa “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.
f. Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,
dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pegetahuan.memberikan reward atas uasaha
dan kerja keras yang telah dilakukan siswa. Hadiah itu bias berupa pemberian
tepuk tangan pada saat sebelum dan sesudah suatu kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelomoknya.
Asas utama pembelajaran quantum
menurut pendapat Bobby Deporter dalam A’la (2010:27) adalah “Bawalah Dunia
Mereka Ke Dunia Kita”, dan “Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Dalam artian
apa yang ada dalam diri harus mampu membawa anak didik untuk memahami dan
mencoba menerapkannya dalam kehidupan.
Model pembelajaran quantum menurut Bobby Deporter dalam
A’la (2010:55) meliputi: 1) suasana pembelajaran; 2) landasan/kerangka kerja;
3) lingkungan pembelajaran; 4) rancangan belajar yang dinamis; 5)
presentasi/cara penyampaian materi; 6) pemerdayaan fasilitas; 7) keterampilan
hidup; 8) praktik. Di dalam isi, guru akan menemukan keterampilan cara
penyampaian kurikulum 2006 apa pun. Strategi yang dibutuhkan oleh siswa
yaitu: penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan untuk belajar
dan keterampilan hidup.
Petunjuk pelakasanaan pembelajaran
quqntum menurut Bobby Deporter dalam A’la (2010:61), yang harus diperhatikan
diantaranya adalah:
a. Guru wajib memberkan keteladan
sehingga layak menjadi panutan bagi peserta didik, berbicaralah yang jujur,
jadi pendengar yang baik dan selalu gembira.
b. Guru harus membuat suasana belajar
yang menyenangkan /kegembiraan.
Lingkungan belajar yang aman, nyaman dan bias membawa
kegembiraan.
c. Guru harus memahami bahwa perasaan
dan sikapsiswa akan terlibat dan berpengaruh yang kuat pada proses belajar.
Guru dapat mempengaruhi suasana emosi siswa.
d. Memutar music klasik ketika proses
belajar mengajar berlangsung.
e. Sikap guru terhadap peserta didik.
Aplikasinya dalam pembelajaran
menulis puisi guru harus menumbuhkan minat siswa dalam menulis puisi, dengan
cara mencontohkan tokoh-tokoh sastra atau menjelaskan bahwa menulis puisi dapat
menambah kecakapn berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan
cipta dan rasa, serta dapat menjadi orang yang kreaktif dalam hidupnya. Setelah
minat anak tumbuh, guru mengarahkan siswa untuk mengenal secara umum hal yang
berkaiatan dengan puisi, misalnya pengertian puisi secara sederhana, bangun
struktur puisi yang meliputi diksi\pilihan kata, rima, bait, dan tipografi.
Stelah itu siswa disuruh mencoba untuk menulis puisi, dan memahami
bagian-bagian puisi yang telah ditulisnya. Hasil karyanya kemudian
didemonstrasikan untuk menunujukkan bahwa mereka tahu dan berhasil menulis
puisi. Hal ini bias dilakukan secara berulang agar kemampuan siswa dalam
menulis puisi meningkatkan. Hasi karya mereka perlu dirayakan dan diberi
pengharagan (reward) misalnya member pujian atau hadiah.
4. Penggunaan pembelajaran quantum
dalam pembelajaran menulis puisi
Kerangka pembelajaran quantum
dalam pembelajaran menulis puisi meliputi menyusun tujuan, mengembangkan bahan
ajar, langkah-langkah pembelajaran, dan penutup.
5. Tujuan
Tujuan-tujuan pembelajaran yang
harus dicapai adalah sebagai berikut.
1) Standar kompetensi:
a) Mengungkapakan pikiran, perasaan,
informasi,dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi
bebas.
2) Kompetensi dasar:
Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.
3) Tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan indicator:
a) Siswa dapat menulis puisi
berdasarkan gagasan pokok
b) Siswa dapat menulis puisi dengan
menampilkan pilihan kata yang tepat
c) Siswa dapat menulis puisi dengan
pembaitan yang tepat
d) Siswa dapat menulis puisi dengan
tipografi yang menarik
6. Menulis
Puisi
a) Pengertian
menulis
Menulis dapat
diartikan sebagai kegiatan mencurahkan segala ide, pokok pikiran,
perasaan, pendapat ke dalam bentuk tulisan.
Ada banyak
pendapat mengenai pengertian menulis. Menulis menurut Djuanda (2008:180),
adalah suatu proses dan aktivitas menyalurkan gagasa, pikiran, danperasaan
kepada orang lain atau dirinya melalui media bahasa berupa media tulisan.
Menurut
Suparno dan Yunus (2007:13) menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Sedangkan
menurut Tarigan (2008:22), menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Demikian juga menurut Alwi
(2003:12) bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut konsep ini kegiatan menulis
merupakan kegiatan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran
dan perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan.
Lebih lanjut Tarigan (2008:3)
mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap
muka dengan orang lain.
Adapun
Harnowo (2005:142) mengungkapkan bahwa menulis adalah mengetahui apa yang akan
ditulis, yaitu apa temanya, dan bagaimana memulainya jika kita biarkan
kesejatian individualitas kita timbul dalam tulisan kita, artinya kita sudah
mengekspresikan kreatifitas kita.
Berdasarkan beberapa uraian
tersebut bahwa menulis adalah kegiatan mengkomunikasikan gagasan, perasaan,
atau pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan dapat disampaikan kepada
orang lain tatap bertatap muka secara langsung.
b) Pengertian puisi
Ada tiga bentuk karya sastra yaitu
prosa, puisi, dan drama. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal
ditulis oleh manusia. Mengenai pengertian puisi, sudah beberapa ahli bhasa
mencoba menguraiknnya, namun sampai saat ini belum ada juga definisi yang
akurat dan langgeng. Hal ini disebabkan oleh kreatifitas penyair yang demikian
pesat berkembang sehingga memungkinkan jenis-jenis baru puisi bermunculan.
Seperti menurut Mulyana
(2005:110), bahwa puisi berasal dari bahasa yunani yaitu ‘poiesis’ yang berarti
pembangun, pembentuk, pembuat. Arti tersebut akhirnya berkembang menjadi karya
seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu.
Lain halnya
dengan pendapatat Mc Caulay Hudson (2004:134) bahwa puisi adalah satu cabang
sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan
ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna
dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dalam kesempatan lain Wallace
mengungkapakan,”puisi atau (verse) berasal dari bahasa latun versus.yang
berasal dari kata kerja verso, versare, yang berarti to turn (menghadap). Dalam
bahasa inggris verse mengacu pada pengaturan baris demi baris yang disengaja
yang membedakan dari prosa. Jadi, puisi adalah suatu system penulisan yang
margin kanan dan penggantian barisnya ditentukan secara internal oleh suatu
mekanisme yang terhadap dalam baris itu sendiri”. Kinayati (2005:10).
Sedangkan
Waluyo (2005:1) dalam bukunya yang berjudul Apresiasi Puisi berpendapat bahwa
“puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan
diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif)”.
Agar lebih lengkap wawasan kita
mengenai pengertian puisi, berikut terdapat beberapa pendapat dari para
sastrawan dunia tentang puisi, diantaranya:
(1) William Wordsworth: “puisi adalah
peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia memperoleh
rasanya dari emosi, atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam
kedamaian”.Kinayati (2005:10)
(2) Byron : “puisi adalah lava
imajinasi yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi”. Kinayati (2005:10)
(3) Percy Bysche Shelly: “puisi adalah
rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari
pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkan. Kinayati (2005:10)
(4) Emily Dickenson: “kalau aku
membaca sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk sehingga tiada api yang
dapat memanaskan aku, maka aku tahu bahwa itu adalah puisi. Hanya dengan cara
inilah aku mengenal puisi”. Kinayati (2005:10)
(5) Lascelles Abercramble: “puisi
adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif yang hanya bernilai serta berlaku
dalam ucapan atau pertnyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan
dengan bahasa, yang mempergunakan setiap rencana yang matang dan bermanfaat”.
Kinayati (2005:10)
Sedangkan mengenai kebahasan
puisi, bahwa kata-kata dalam puisi dibentuk, dipilih, ditata dengan cermat dan
cara yang khas pula. Sebagai bahan kata-kata dalam puisi diolah sedemikian rupa
sehingga dapat menjelmakan pengalaman jiwa yang senyata-nyatanya dalam diri
pembaca. Menurut Kinayati, “Bahasa puisi bersifat konotatif, makanya bahasa
puisi sulit ditafsirkan makananya secara tepat tanpa memahami konteks yang
dihadirkan dalam puisi”. Kinayati (2005:13).
Lebih jauh
Waluyo (2005:3) mengungkapkan mengenai cirri-ciri kebahasaan puisi, yaitu: 1)
pemadatan bahasa. Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. 2) pemilihan
kata khas. Puisi menggunakan kata-kata khaspuisi, bukan kata-kata untuk prosa
atau bahasa sehari-hari. Factor-faktor yang diperhatikan dalam memilih kata,
diantaranya adalah makna kias, lambing, dan persamaan bunyi atau rima. 3) kata
konkret. Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret, oleh karena
itu, kata-kata dikonkretkan. 4) pengimajian (pencitraan). Pengimajian adalah
kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang
dinyatakan oleh penyair. 5) irama (ritme). Irama (ritme) berhubungan dengan
pengulangan bunyi, kata frasa, dan kalimat. 6) tata wajah. Dalam puisi mutahir,
banyak ditulis puisi yang mementingkan tata wajah, bahkan penyair berusaha
menciptakan puisi seperti gambar.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas bahwa puisi adalahsalah satu bentuk kesusastraan yang
menungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni mengkonsentrasikan struktur
fisik dan struktur batinnya. Dalam hal ini, kebahasaan puisi berbeda dengan kebahasaan
yang digunakan dalam karya satrayang lain karena bahasa puisi menggunakan
pilihan kata khas yang bersifat konotatif sehingga sulit ditafsirkan maknanya.
c) Pengertian menulis puisi
Pengertian menulis puisi
sebagaimana dikemukakan Jabrohim (2003:68) bahwa menulis puisi merupakan suatu
kegiatan seseorang “intelektual”, yaitu kegiatan yang menutut seseorang harus
benar-benar cerdas, harus benar-benar menguasai bahasa, harus luas wawasannya, dan
peka perasaannya.
Penulis puisi
harus memahami unsur-unsur pembangun puisi, serta mampu memanfaatkannya sebagai
wahana untuk menampilkan bobot puisi yang ditulisnya. Hal ini akan dapat
dicapai apabila ia banyak mengasah kepekaan kreatifnya dan banyak melaksanakan
proses kreatif itu.
Menulis puisi
pada hakikatnya mengabadikan apa yang dilihat, dirasakan, dan dipikirkannya. Proses pengimajinasian atau
pengembangan pengalaman lahir dan batin merupakan awal dari proses kreatif
(Depdiknas 2004: 73).
Demikian juga Wiyanto (2005 : 57)
menyatakan bahwa menulis puisi sebenarnya mengungkapkan gagasan dalam bentuk
puisi. Dalam menulis puisi kita harus memilih kata-kata yang tepat, bukan hanya
dapat maknanya, melainkan juga harus tepat bunyi-bunyinya dan menggunakan
kata-kata itu sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan estetis.
Berdasarkan
uraian diatas dapat diketahui menulis puisi merupakan proses kreatif yang
merupakan pengembangan dari pengalaman lahir dan batin yang dilanjutkan dengan
pengekspresian imajinasi kedalam rangkaian kata-kata yang disebut istilah
puisi.
d) Cara menulis puisi
Menulis puisi membutuhkan
inspirasi. Inspirasi dapat muncul ketika seseorang mengalami atau menyaksikan
sebuah peristiwa. Menulis puisi adalah suatu keterampilan yang memerlukan
latihan,Sebagaimana menurut Wiyanto (2005:48) bahwa menulis puisi termasuk
jenis keterampilan. Seperti halnya jenis keterampilan yang lain, pemerolehannya
harus melalui belajar dan berlatih. Semakin sering belajar dan semakin giat
berlatih, tentu semakin cepat terampil.
Adapun langkah-langkah menulis
puisi adalah sebagai berikut:
(1) Menentukan tema
Tema atau gagasan adalah idea tau
pikran penyair yang mendasari terciptanya sebuah karya. Dalam hal ini Wiyanto
(2005:48) mengemukakan bahwa tema adalah pokok persoalan yang akan kita
kemukakan dalam bentuk puisi, misalnya cinta, sosial, kemanusiaan, religi\agama,
dan sebagainya, yang setiap saat dapat dilihat atau diamati di lingkungan
sekitar kita. Sedangkan Jabrohim (2003:65) mendefinisikan tema adalah sesuatu
yang menjadi pikiran pengarang jadi, tema adalah hal-hal yang dikemukakan dalam
puisi.
(2) Penggunaan diksi
Jika sudah menemukan dan
menentukan tema yang akn ditulis menjadi puisi, menurut Wiyanto (2005:50) kita
perlu mengembangkan tema itu, yaitu hal-hal apa yang akan dikemukakan dalam
puisi. Gagasan itu ditulis dengan memakai kata-kata pilihan. Diksi adalah
pemilihan kata untuk menyampaikan gagasan dan ketepatan penggunaanya. Selain
itu, diksi juga berarti kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga dapat
membedakan secara tepat nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan.
Selanjutnya
Wiyanto (2005:52) mengemukakan lebih jauh bahwa seorang penyair dalam
mencurahkan pikiran dan perasaannya dalam puisi juga membutuhkan kemampuan
untuk memilih kata-kata yang tepat sehingga dapat mewakili dan menggambarkan
hal-hal yang dikehendakinya. Kemampuan memilih kata iti mencakup kemampuan memilih dan
kemudian menyusun kata-kata dengan cara demikian rupa sehingga artinya
menimbulkan imajinasi estetik. Diksi demikian dinamakan diksi puitis.
Demikian juga menurut Pradopo
(2002:54) bahwa penyair dapat mencurahkan perasaan dan isi pikiran dengan
setepat-tepatnya serta dapat mengekspresikannya dengan ekspresi yang dapat
menjelmakan pengalaman jiwa, untuk itu haruslah dipilih kata
setepatnya.pemilihan kata dalam sajak disebut diksi,
(3) Memilih majas
Agar puisi itu konkret dan lebih
hidup maka perlu mengembangkan majas. Menurut Wiyanto (2005:53) bahwa majas
bukan gaya bahasa, tetapi majas hanya salah satu unsure pendukung gaya bahasa.
Majas yang mungkin digunakan dalam puisi antara lain majas perbandingan
(asosiasi\simile, metafora, dan personifikasi), majas pertentangan (hiperbola,
litotes, ironi, dan sinisme), majas pertautan (metonimia, dan senekdok), dan
majas penegasan (plenisme dan klimak). Sedangkan Pradopo (2002:264) tidak
mengungkapkan penggunaan majas, tetapi yang dipakai adalah istilah gaya bahasa.
Gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan
efek tertentu. Dalam karya sastra efek ini adalah efek estetik yang menurut
menyebabkan karya sastra bernilai seni.
Dalam menulis
puisi, menurut Jabrohim (2003:79) bahwa kejelasan fisik, keberanian melakukan
penjelajahan kreatif sehingga karya yang dihasilkan terkesan “setengah matang”
harus selalu diupayakan dalam pengertian yang bersifat teknis, tahapan-tahapan
proses kreatif dalam menglahirkan sebuah karya satra menjadi sangat penting. Dengan mengacu pada sebuah
pengakuan para penulis kreatif terkenal dan pandangan sejumlah ahli dibidang
proses kreatif. Mengenai penciptaan puisi ini.
Dari pembahasan diatas bahwa
menulis puisi sebenarnya mengungkapkan gagasan dalam bentuk puisi. Gagasan itu
dilandasi oleh tema tertentu. Oleh karena itu, sebelum menulis sebuah puisi
terlebih dahulu harus menentukan temanya, yaitu pokok persoalan yang akan kita
kemukakan dalam bentuk puisi. Tema itu kemudian kita kembangkan dengan
menentukan hal-hal apa yang akan dikemukakan dalam puisi tersebut. Dalam
menulis puisi, kita harus memilih kata-kata yang tepat, bukan hanya tepat
maknanya, melainkan juga harus tepat bunyi-bunyinya dan menyusun kata-kata itu
sedemikian rupa sehinnga menimbulkan kesan estetis. Selain itu, kita juga harus
mendayagunakan majas agar puisi yang kita buat semakin baik. Untuk menghasilkan
puisi yang baik dibutuhkan kejelasan tujuan dan keberanian melakukan
penjelajahan kreaktif.
7. Pembelajaran
Puisi
a) Pembelajaran menulis puisi menurut
para ahli
Tujuan menulis puisi menurut
Jabrohim (2003:71) adalah tujuan yang dicapai melalui kegoatan pengembangan
penulis kreaktif, yakni yang bersifat apresiatif dan yang bersifat ekspresif.
Apresiatif maksudnya bahwa melalui kegiatan penulisan kreaktif orang dapat
mengenal, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis
berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreaktif karya orang lain dengan
caranya sendiri. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan
atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam
diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Oleh karena itu, dalam
pembelajarannya diperlukan teknik, metode dan pendekatan yang tepat. Salah satu
teknik pembelajran puisi adalah dengan cara kajian puisi, seperti yang
dikemukakan oleh pradopo (2002:1) bahwa puisi itu estetis yang bermakna, oleh
karena itu puisi perlu dikaji sebagai struktur yang bermakna dan bernilai
estetis.
Model dan bentuk pembelajaran
puisi telah diupayakan dan dilakukan oleh para ahli lain dengan berbagai
teknik, metode dan pendekatan, agar pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Seperti menurut Rahmanto (2000:48) bahwa pembelajaran puisi
menggunakan kerangka penyajian umum sebagai berikut:
(1) Pelacakan pendahuluan
(2) Penentuan sikap praktis
(3) Introduksi
(4) Penyajian
(5) Diskusi
Masalah –masalah umum yang perlu
didiskusikan meliputi: siapa tokoh yang berbicara dalam puisi itu? Untuk siapa
pesan itu diungkapkan? Bagaimana situasinya? Apa yang dilakukan si tokoh? Apa
yang dipikirkannya? Bagaimana perasaan si tokoh itu, senang, cemas, takut,
ingin tahu dan sebagainya.
Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan secara rinci dalam diskusi khusus ini antara lain: dari
sudut suntaksis (misalnya : apakah si aku liris sungguh-sungguh pergi atau
hanya kemungkinan saja? Kapan? Dalam situasi yang bagaimana? Apa alasannya?).
dari sudut aspek penyusunan puisi (misalnya: bagaimana pengembangan ide dalam
puisi itu? Kapan dan bagaimana penyair mengubah perasaan/pemikirannya? Di mana
klimaks puisi itu?), metaphor dan gaya bahasa (misalnya: apa disbanding dengan
apa? Bagaimana bentuk perbandingannya? Dan terahkir menyikap arti kias yang ada
di dalamnya.
Kemudian diskusi diuraikan
kesimpulan yang mengandung unsure-unsur penilaian, misalnya : mengapa penyair memilih pokok
permasalahan ini? Apakah orang lain juga memikirkan atau mengalami hal yang
sama seperti yang diungkapkan penyair? Bagaimana masalah moral yang diungkapkan
penyair ini dapat terjadi dalam lingkungan siswa? Bagaimana pengaruh puisi ini
terhadap diri si siswa? Apakah puisi ini mengiungatkan siswa akan puisi, cerita
atau pengalaman hidup yang lain?
Berdasarkan paparan di atas bahwa
pada dasarnya pembelajaran puisi meliputi kegiatan menulis puisi dan apresiasi
puisi. Pembelajaran puisi tersebutdapat dilakukan dengan berbagai teknik,
metode dan pendekatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisis peserta
didik. Pembeljaran menulis puisi adalah kegiatan menmgungkapkan pikiran,
gagsan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa tulis. Siswa memerlukan
petunjuk, gambaran, dan penjelasan mengenai perihal menulis puisi yang baik
sesuai dengan diksi, pembaitan, tipografi dan kesesuain dengan tema. Sedangkan
pembelajaran apresiasi puisi dapat disajikan dalam bentuk kegiatan diskusi
untuk mengadakan penilaian kepada puisi tersebut.
b) Pembelajaran puisi menurut KTSP
Pembelajaran bahasa Indonesia
disekolah tercakup dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang terdiri dari
beberapa standar kompetensi. Standar kompetensi mata pelajran Bahasa Indonesia
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi
peserta didik untuk memahami dan merespon situasi local, regional, nasional,
dan global.
Dengan standar kompetensi mata
pelajaran bahasa Indonesia ini khususnya pada pembelajaran puisi di SD, di
harapkan :
(1) Peserta didik dapat mengembangkan
potensinya sesuai dengan kemampuan.
(2) Guru lebih mandiri dan leluasa
dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan.
(3) Orang tua dan masyarakat dapat
secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan di sekolah.
(4) Sekolah dapat menyusun program
pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta
didik dan sumber belajar yang tersedia.
(5) daerah dapat menentukan bahan dan
sumber belajar kebahasaan dan keseaatraan sesuai denga kondisi dan kekhasan
daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Standar kompetensi pembelajaran puisi kelas V
SD menurut KTSP adalah :
(1) Memahami teks dengan membaca teks
percakapan, membaca cepat dan membaca puisi
(2) Siswa dapat mengungkapkan pikiran,
persaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan,
dan puisi bebas
Standar kompetensi tersebut dijabarkan dalam
kompetensi dasar, yaitu :
(1) Membaca puisi dengan lafal dan
inotasi yang tepat
(2) Menulis puisi bebas dengan pilihan
kata yang tepat.
Dan kompetensi tersebut dijabarkan lagi
menjadi indicator, diantaranya :
(1) Membaca puisi dengan hafal dan
inotasi yang tepat
(2) Menentukan jeda atau penggalan
kata yang tepat untuk memperjelas arti atau makna puisi
(3) Menggunakan ekspresi yang tepat
(4) Menentukan gagasan pokok puisi
(5) Menulis puisi
(6) Menentukan gagasan pokok
berdasarkan pengalaman
(7) Menulis puisi berdasarkan gagasan
pokok. (BSNP, 2008:10)
Pembelajaran puisi pada mata pelajaran bahasa
Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
(1) Menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk memperluas wawsan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan
pengtahuan dan kemampuan berbahsa.
(2) Menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai Khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Beranjak dari paparan di atas maka
pembelajaran puisi di sekolah harus berdasarkan pada KTSP. Agar kompetensi yang
dicapai tidak menyimpang dari tujuan. Tujuan tersebut secara umum tercakup
dalam standar kompetensi yang kemudian lebih khusus dituangkan dalam kompetensi
dasar. Kompetensi dasar inilah yang menjadi tujuan akhir dari suatu pembelajran
puisi, karena kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki
oleh seseorang siswa setelah diberikan suatu perlakuan pembelajaran, yang
diukur oleh beberapa indicator. Jik seorang siswa telah mencapai kompetensi
dasar artinya siswa tersebut telah mencapai kriteria ketuntasan minimal atau
dinyataka telah tuntas dalam paembelajaran menulis puisi.
8. Materi ajar
a. Menulis puisi
Puisi adalah salah satu bentuk
kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah.
Menulis puisi merupakan kegiatan menulis berdasarkan pengalaman lahir dan batin
dengan mengunakan rangkaian kata-kata yang disebut dengan istilah puisi.
b. Langkah-langkah menulis puisi
Langkah-langkah menulis puisi diantaranya:
1) Menentukan tema
Tema sebagai acuan untuk mengemukakan isi hatinya. Isi
hati penulis puisi meliputi pikiran, perasaan, sikap, dan maksud atau tujuan.
2) Menentukan diksi
Diksi adalah pilihan kata yang tepat, meliputoi
pengimajian, kata konkrit, dan majas,
3) Pembaitan
Pembaitan adalah pemenggalan bait berdasarkan isi puisi.
4) Menyusun tipografi
Tipografi adalah bentuk dan rupa puisi, yaitu susunan
baris-baris atau bait-bait suatu puisi sehingga kelihatan menarik.
c. Contoh Puisi
Sebagai puisi model adalah sebuah puisi karya
Amal Hamzah berjudul pancaran hidup. Pokok pikiran puisi ini adalah seorang
pengemis atau peminta-minta. Perasaan ini sebagai sumber munculnya sikap
terhadap si pimta-minta, yakni perasaan benci.
Pancaran Hidup
Di pagi hari
Aku berangkat kerja
Tampak olehku seorang laki-laki
Mengorek-ngorek tong mencari nasi
Sepintas hatiku sedih
Terasa miskin badan sendiri
Di tengah kekayaan negeri raya
Awak menjadi peminta-minta
Lalu mataku menoleh ke badannya
Tampak tegap-teguh semata
Tiada cacat membuat celaka
Hatiku marah
Orang begini tak perlu dikasihani
Di dunia alam penuh rezeki
Ia tinggal bermalas diri
C.
Kajian
Penelitian Relevan
1. Fitri Anggraeni, “Penggunaan Model
Pembelajaran Quantum dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Belajar
Menulis Puisi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDN Bulusari 01
Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes”. 2014
Dari hasil analisis data
penelitian, dapat diketahui hasil belajar menulis puisi siswa dari prasiklus ke
siklus. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan
nilai rata-rata hasil tes menulis puisi, yaitu pada prasiklus nilai
rata-ratanya 60.8 pada siklus I nilai
rata-ratanya adalah 62.2 dengan kategori
cukup kompeten, siklus II nilai
rata-ratanya adalah 69.9 dengan kategori
kompeten, dan siklus III nilai
rata-ratanya adalah 76.2, artinya dari prasiklus ke siklus I terdapat peningkatan 1,4% dan dari siklus I
ke siklus II terdapat peningkatan7,7% dan dari siklus II ke siklus II terdapat
peningkatan 6,3%, dengan demikian dari prasiklus ke siklus III terdapat
peningkatan 15,4%.
2.
Rani Rahayu, 2012. Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran Terbimbing Pada
Siswa Kelas II SD Islam Al-Jannah Gabuswetan Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari
empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi.
Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas II SD Islam Al-Jannah Gabuswetan.
Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan
belajar mengajar.Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (75%),
siklus II (94,28%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode
pembelajaran terbimbing dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar
Siswa SD Islam Al-Jannah Gabuswetan, serta model pembelajaran ini dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA.
3. Yuyum Aningrum. 2013 “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Gambar Pada Pokok Bahasan Tokoh Perjuangan Di Kelas V SD Negeri 1 Gumulung
Tonggoh Kabupaten Cirebon”.
Penelitian ini dilaksanakan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS Sejarah pada pokok
bahasan tokoh – tokoh bersejarah di kelas V SD. Selama ini pembelajaran IPS
yang dilakukan guru pada umumnya masih bersifat monoton. Guru cenderung lebih
banyak berceramah dan kurang variatif dalam menggunakan metode dan media
pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran bersifat abstrak dan teoretis,
sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan akan menimbulkan kebosanan
terhadap pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka
diajukanlah pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1).Apakah ada peningkatan
prestasi belajar dalam pelajaran IPS/Sejarah pada pokok bahasan tokoh
perjuangan pada siswa Kelas V SD? 2).Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa
dalam pelajaran IPS/Sejarah pada pokok bahasan tokoh perjuangan pada siswa
Kelas V SD?. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan pembelajaran IPS dengan
menggunakan media gambar. Data penelitian diambil dari SDN 1 Gumulungtonggoh
Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilaksanakan melalui observasi, LKS, hasil evaluasi, serta dokumen lainnya.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa setelah
menggunakan media gambar, prestasi dan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil evaluasi belajar setiap
siklusnya. Pada siklus I rata-rata yang dicapai adalah 6,16; pada siklus II
meningkat menjadi 6,79; dan pada siklus III meningkat menjadi 7,16.
D.
Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data
tersebut, maka penggunaan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan
kemampuan menulis puisi siswa kelas V SDN Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba
Kabupaten Brebes dalam pembelajaran menulis puisi.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Lokasi
dan Subjek Penelitian
1.
Profil Sekolah
Nama
Sekolah : SD NEGERI BULUSARI 01
NSS : 101032914009
Status : NEGERI
Tahun
Berdiri :
Alamat : JL. BHAKTI NO.02
Desa : BULUSARI
Kecamatan : BULAKAMBA
Kabupaten : BREBES
Propinsi : JAWA TENGAH
Nilai
Akreditasi : B
Jumlah
Rombel : 7 KELAS
Luas
Tanah Seluruhnya : 2700 m2
Luas
Bangunan :
Luas
Halaman :
Status
tanah : MILIK NEGARA
2.
Visi dan Misi
Visi
:
Menjadikan SD Negeri Bulusari 01
sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang kompetitif,berbudi
pekerti luhur,dan berakhlak mulia.
Misi :
Ø Meningkatkan Iman dan Ketaqwaan
Ø Meningkatkan Kedisiplinan
Ø Meningkatkan hubungan Kemitraan antara wali murid,komite sekolah,
dan masyarakat
Ø Melestarikan kebudayaan Daerah
Ø Membentuk karakter siswa yang jujur, bertanggung jawab dan sopan
santun
3.
Keadaan Siswa
No
|
Kelas
|
Tahun
Pelajaran
2013
/ 2014
|
Jumlah
|
|
L
|
P
|
|||
1.
|
1
|
19
|
17
|
38
|
2
|
2a
|
12
|
16
|
28
|
3
|
2b
|
17
|
13
|
30
|
4
|
3
|
23
|
19
|
42
|
5
|
4
|
22
|
20
|
42
|
6
|
5
|
12
|
21
|
33
|
7
|
6
|
22
|
16
|
38
|
Total
|
127
|
122
|
249
|
4.
Keadaan Guru
No
|
Nama
|
Jabatan
|
Mengajar di Kelas
|
Ket.
|
1.
|
SUHARI,S.Ag
|
KEPSEK
|
5-6
|
PNS
|
2.
|
TUMISIH
|
Guru
Kelas
|
6
|
PNS
|
3.
|
AMIROH
.A,S.Pd
|
Guru
Kelas
|
4
|
PNS
|
4.
|
JAMILAH,S.Pd
|
Guru
Kelas
|
2
|
PNS
|
5.
|
TATI
A. Ama.Pd
|
Guru
Kelas
|
1
|
GTT
|
6.
|
SUTORO,S.Pd
|
Guru
Kelas
|
5
|
GTT
|
7.
|
ATY
M.C,S.Pd
|
Guru
Kelas
|
3
|
GTT
|
8.
|
NUROKHIM
|
Guru
Kelas
|
2
|
GTT
|
9.
|
JOHARI,S.Pd
|
Guru
PJOK
|
1-6
|
PNS
|
10
|
LILIS
A.S.PdI
|
Guru
PAI
|
1-4
|
GTT
|
11
|
ISPRANOTO
|
Penjaga
|
-
|
PTT
|
GRAFIK JUMLAH SISWA SD NEGERI
BULUSARI 01
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
5.
Prasarana Sekolah
1.
Jenis prasarana
yang dimiliki sekolah
No
|
Jenis
|
Keberadaan
|
Luas
(M2)
|
Fungsi
|
||
Ada
|
Tdk ada
|
Ada
|
Tdk ada
|
|||
1
|
Ruang
Kepsek
|
V
|
||||
2
|
Ruang
wakil Kepsek
|
V
|
||||
3
|
Ruang
Guru
|
V
|
||||
4
|
Ruang
BK
|
V
|
||||
5
|
Ruang
Tamu
|
V
|
||||
6
|
Ruang
UKS
|
V
|
||||
7
|
Perpustakaan
|
V
|
||||
8
|
Ruang
Media dan Alat bantu
|
V
|
||||
9
|
Ruang
penjaga Sekolah
|
V
|
||||
10
|
Pos
keamanan
|
V
|
||||
11
|
Aula
|
V
|
||||
12
|
Gudang
|
V
|
||||
13
|
Kantin
Sekolah
|
V
|
||||
14
|
Halaman
Sekolah
|
V
|
B.
Desain
Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
artinya penelitian berbasis kelas yang prosedurnya diadaptasi dengan berbagai
tindakan. Dalam literature berbahasa
Inggris, PTK disebut classroom action
research. penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V SDN Bulusari 01 Kecamatan
Bulakamba Kabupaten Brebes dalam memahami materi tentang menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajarn Quantum
2. Prosedur Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam memahami materi tentang menulis puisi dengan menggunakan
model pembelajaran Quntum. Proses
pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sampai penelitian ini
berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.
3. Perencanaan Tindakan
Peneliti
melakukan identifikasi masalah yang akan diteliti dengan cara melakukan
penelitian pendahuluan (pra siklus) terhadap proses pembelajaran di kelas, dan
meneliti hasil belajar siswa pada nilai ulangan sebelumnya. Dari hasil
penelitian pendahuluan, peneliti melaksanakan diskusi dengan teman sejawat
(guru mata pelajaran) tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
sehingga dapat melakukan refleksi untuk merencanakan tindakan yang akan
dilakukan dengan penelitian, kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan
ini adalah sebagai berikut:
a)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
tentang menulis puisi berdasarkan gagasan pokok, dengan menggunakan model
pembelajaran quantum.
b)
Membuat jadwal kunjungan
c)
Mempersiapkan instrument nontes dan tes.
Instrumen nontes berupa lembar observasi dan wawancara. Instrument tes berupa
tes uraian dan tes tindakan.
d)
Membuat media dan alat bantu
pembelajaran.
e)
Menentukan cara observasi
f)
Menentukan jenis data dan cara
pengumpulan data
4. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksaaan
Tindakan pada penelitian, meliputi :
a)
Pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran quantum.
b)
Pelaksanaan observasi.
c)
Pelaksanaan tes dilakukan pada akhir
proses pembelajaran setiap siklus berlangsung.
d)
Pelaksanaan analisis dan refleksi
dilakukan oleh peneliti.
5. Observasi
Observasi
dilakukan untuk mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa Selma proses
pembelajaran berlangsung.
6. Refleksi
a)
Memeriksa cattan hasil observasi dan wawancara
b)
Menganlisis his tes menulis puisi
berdasrkan gagasan pokok
c)
Mengidentifikasi masalah yang ditemukan
dari analisi hasil observasi dan hasil tes.
d)
Menentukan solusi yang akan digunkan
untuk perbaikan pembelajaran.
e)
Membuat perencanaan ulang dilkukan
setelah kesimpulan dari pelaksanaan refleksi.
C.
Teknik
Pengumpulan dan Analisis Data
1.
Tekhnik
Pengumpulan Data
a.
Observasi
Observasi merupakan teknik atau cara yang
digunakan untuk mengukur kegiatan belajar siswa dan segala sesuatu yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses,
metode serta suasana kelas pada saat kegiatan belajar mengajar. Data hasil observasi
digunakan peneliti sebagai penunjang untuk mengukur hasil belajar yang telah
dilakukan. Dari hasil observasi yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan,
peneliti mendapatkan suatu refleksi untuk melakukan perbaikan dalam kegiatan
pembelajaran selanjutnya.
b. Lembar Kerja Siswa
Dalam
teknik pengumpulan data, Lembar Kerja Siswa (LKS) diperlukan untuk panduan bagi
siswa dalam memecahkan permasalahan yang dilakukan secara berkelompok. LKS
digunakan dalam pembelajaran, untuk membantu siswa dalam membangun pengetahuannya
sendiri melalui pembelajaran
c. Lembar Penilaian Proses
Penilaian
proses dilakukan untuk menilai keterampilan siswa dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat pada kegiatan pembelajaran. Dalam penilaian proses,
memiliki skala nilai yang telah ditentukan berdasarkan aspek yang dinilai.
Dalam pengamatan ini, penilaian proses yang dinilai adalah aspek keaktifan siswa
terhadap kegiatan diskusi, aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
Penilaian proses
dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek yang dinilai
adalah keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi, keterampilan bertanya dan
mengemukakan pendapat. Kriteria penilaian proses pada aspek keaktifan sebagai
berikut
Tabel
1
Kriteria penilaian proses pada
aspek keaktifan
Skor
|
Deskripsi
|
3
|
Siswa
melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan petunjuk dalam LKS, aktif bertanya,
dan beranimengemukakan pendapat.
|
2
|
Siswa
melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan petunjuk dalam LKS, aktif dalam
bertanya tetapi kurang berani mengemukakan pendapat.
|
1
|
Siswa
melakukan kegiatan diskusi namun kurang sesuai dengan petunjuk LKS, kurang
aktif bertanya, dan tidak berani mengemukakan pendapat.
|
d. Evaluasi
Evaluasi
dilakukan peneliti pada akhir pembelajaran. Kegiatan evaluasi ini dilakukan
secara individu untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap materi yang telah
dipelajari. Evaluasi dilakukan pada setiap tindakan. Hasil evaluasi yang
diperoleh dapat memberikan penjelasan bagi guru tentang hasil belajar yang
dicapai oleh siswa secara klasikal
e. Tekhnik Analisis Data
Dalam
penelitian tindakan kelas (PTK), data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan
data kemudian diolah dan dianalisis secara sistematis. Data yang telah
terkumpul, diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif
yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang berbentuk simbol atau
kata-kata. Data yang termasuk ke dalam kategori kualitatif, yaitu data
observasi, dan lembar kerja siswa. Sedangkan kategori data kuantitatif, yaitu
data hasil evaluasi siswa. Data kualitatif digunakan untuk mendukung hasil yang
diperoleh dari data kuantitatif.
Data
kualitatif dianalisis dengan cara dikumpulkan dan diklasifikasikan untuk
ditafsirkan agar data tersebut mempunyai makna. Untuk data kuantitatif diolah
dan dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata dari data yang diperoleh.
Hal ini dilakukan karena
penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa secara
klasikal, bukan secara individual.
Setelah mendapatkan data nilai rata-rata, data tersebut diolah dan ditafsirkan
secara kualitatif. Kegiatan analisis berdasarkan data yang diperoleh kemudian
dikembangkan menjadi hipotesis untuk mendukung perumusan suatu kesimpulan
penelitian.
Rumus :
Keterangan:
=
Rata-rata (Mean)
= Jumlah seluruh nilai siswa
=
Banyaknya siswa
Metode ini
dipilih oleh peneliti untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep
pembelajaran mengenai benda dan sifatnya.
D.
Instrument
penelitian
Penelitian ini menggunakan dua
bentuk instrument, yaitu tes dan nontes.
1.
Instrumen tes
Instrumen
dalam bentuk tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis puisi. Hal ini
bertujun untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang puisi dan
kemampuan siswa dalam menulis puisi pada pra siklus yaitu sebelum dikenai
perlakuan. Demekian juga pada siklus I, II dan seterusnya dengan dikenai
perlakuan yaitu penggunan model pembelajaran quantum. Ada beberapa aspek yang
menjadi penilaian, yaitu meliputi: (1) kesesuaian isi dengan tema, (2) diksi,
(3) rima, (4) pembaitan, (5) tipografi.
2.
Instrument Nontes
Instrumen
nontes yang digunakan dalam penelitian ini antara lain observasi dan wawancara.
3.
Instrumen Obsrvasi
Instrumen
observasi ini digunakan untuk mengamati keadaan, sikap, respon, dan kesktifan
siswa pada saat proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model
pembelajaran quantum. Lembar observasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel
2
Lembar Observasi
NO.
|
FOKUS PENGAMATAN
|
HASIL OBSERVASI
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Bagaimana
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran? (B1)
|
|||||
2
|
Bagaimana
antusias siswa dalammendengarkan penjelasan guru? (B2)
|
|||||
3
|
Bagaimana
keseriusan siswa dalam mengerjakan soal latihan? (B3)
|
|||||
4
|
Bagaimana
siswa mengikuti alur kegiatan belajar? (B4)
|
|||||
5
|
Bagaimana
aktifitas siswa melakukan kegiatan fisik dan mental (berpikir)? (B5)
|
|||||
6
|
Bagaimana
interaksi siswa-guru dan siswa-siswa? (B6)
|
|||||
7
|
Bagaimana
respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan
pembelajaran quantum? (B7)
|
Deskripsi
:
Skor
5 = Sangat baik, jika jumlah anak yang terlibat 90% - 100%
Skor
4 = Baik, jika jumlah anak yang terlibat 70% - 89%
Skor
3 = Sedang, jika jumlah anak yang terlibat 50% - 69%
Skor
2 = Kurang, jika jumlah anak yang terlibat 30% - 49%
Skor
1 = Jelek, jika jumlah anak yang terlibat 29% - 0%
4.
Instrument wawancara
Wawancara
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran
menulis puisi dengan menggunakan pembelajaran quantum. Wawancara tersebut
dilakukan di luar proses pembelajaran dengan teknik Tanya jawab. Dalam wawancara
tersebut mengungkapakan beberapa aspek, yaitu: (1) kesan siswa terhadap
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum, (2)
minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi, (3) kesulitan apa yang dialami
siswa pada saat pembelajaran menulis puisi,(4) pendapat siswa mengenai
keuntungan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran
quantum, (5) saran siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan
model pembelajaran quantum.
E.
Jenis
data
1.
Data kuantitatif yaitu hasil belajar
siswa yaitu hasil tes akhir pembelajaran setiap siklus
2.
Data kualitatif yaitu diperoleh dari
penelitian ini yaitu hasil observasi dan wawancara dari setiap siklus.
F.
Teknik
Analisis Data
1.
Teknik kuantitatif
Data
kuantitatif dianalisis deskriptif, dengan langkah-langkah:
a. Menghitung
jumlah skor tiap siswa dan menentukan nilainya
b. Menhitung
jumlah nilai
c. Menghitung
rata-rata
d. Menghitung
nilai persentase ketuntasan belajar
2.
Teknik kualitatif
Teknik
kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang sifatnya kualitatif, yaitu
data yang diperoleh dari hasil data nontes. Data kualitatif dalam penelitian
ini berasal dari observasi dan wawancara. Nalisis data dilakukan dengan
menelaah seluruh data nontes yang diperoleh.
a. Prosedur
Pengolahan Data
Data yang terkumpul diolah dengan
menggunakan format berikut :
Tabel 3
Format
Pengolahan Data dan Kriteria Hasil Tes Siswa
Prosedur pengolahan data meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1) Menjumlahkan
seluruh hasil penskoran setiap aspek sesuai dengan kategori tes menggunakan
rumus :
2) Menghitung
nilai hasil tes dengan menggunakan rumus :
Nilai hasil tes X =
3) Menghitung
nilai rata-rata () dengan rumus :
rata-rata
4) Menghitung
presentase ketuntasan belajar pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 70,
dengan menggunakan rumus:
% Ketuntasan
5) Menghitung
jumlah perolehan (frekwensi) dari setiap aspek kriteria penilaian dan mengolah
data hasil penghitungan menjadi presentase jumlah dengan menggunakan rumus :
presentase =
b. Kriteria
Hasil tes Siswa
Menentukan
kriteria penilaian hasil tes ialah melalui cara mencocokan nilai hasil tes pada
kolom rentang pada asil tes dengan kriteria penilaian yang terdapat pada table
kriteria hasil tes.
Tabel 4
Kriteria Instrumen Hasil tes
Rentang Nilai
|
Kriteria Hasil Penilaian
|
90
– 100
|
Sangat
Kompeten (SK)
|
70
– 89
|
Kompeten
(K)
|
50
– 69
|
Cukup
Kompeten (CK)
|
30
– 49
|
Kurang
Kompeten (KK)
|
29
– 10
|
Sangat
Kurang Kompeten (SKK)
|
c. Interprestasi
Data
Dari hasil
penghitungan presentase ketuntasan, kemudian diklasifikasi sesuai table
Klasifikasi Interprestasi Tingkat Ketuntasan. (Aqib, 2009:41).
Tabel 5
Klasifikasi Interprestasi Ketuntasan
Belajar Siswa
Tingkat Keberhasilan
|
Interprestasi
|
>80%
|
Sangat
tinggi
|
60%
- 79%
|
Tinggi
|
40%
- 59%
|
Sedang
|
20%
- 39%
|
Rendah
|
<20%
|
Sangat
rendah
|
Demikian juga dari
hasil penghitungan persentase perolehan (frekuensi) dari setiap aspek, kemudian
diklasifikasi sesuai table Klasifikasi Interprestasi Hasil Penelitian untuk
memeberikan makna dari data hasil pengolahan dan kriteria peningkatan.
Tabel 6
Klasifikasi Interprestasi Hasil
Penelitian
Besar Presentase
|
Interprestasi
|
0%
|
Tidak
ada
|
1%
- 25%
|
Sebagian
kecil
|
26%
- 49%
|
Hamper
setengahnya
|
50%
|
Setengahnya
|
51%
- 75%
|
Sebagian
besar
|
76%
- 99%
|
Hamper
seluruhnya
|
100%
|
Seluruhnya
|
Hasil
perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan, yaitu
antara pra siklus dengan siklus I dan antar siklus I dengan siklus II, dan
seterusnya. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan
kompetensi siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum.
3.
Teknik Kualitatif
Teknik
kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang sifatnya kualitatif, yaitu
data yang diperoleh dari hasil data nontes. Data kualitatif dalam penelitian
ini berasal dari hasil observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan
menelaah seluruh data nontes yang diperoleh. Data yang diperoleh dari hasil pra
siklus, siklus I dan siklus II dapat dibandingkan dengan caramelihat hasil tes
dan nontes sehingga dapat diketahui peningkatan perubahan perilakusiswa dalam
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum.
a. Prosedur
Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) Menjumlahkan
seluruh hasil penskoran setiap butir dengan menggunakan rumus :
2) Menghitung
nilai hasil observasi menggunakan rumus :
nilai hasil pengamatan
b. Kriteria
dan Interprestasi Data Hasil Pengamatan
Menentukan
seluruh penilaian hasil pengamatan ialah melalui cara mencocokan nilai hasil
pengamatan dan kriteria penilaian yang terdapat pada Tabel Kriteria Penilaian
Hasil Pengamatan.
Tabel 7
Kriteria Penilaian Hasil Pengamatan
Rentang Skor
|
Kriteria Hasil Penilaian
|
90
– 100
|
Baik
Sekali
|
70
– 89
|
Baik
|
50
– 69
|
Cukup
|
30
– 49
|
Kurang
|
29
– 10
|
Kurang
Sekali
|
G.
Jadwal
Penelitian
Jadwal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada
kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia tahun pelajaran 2013/2014 dengan waktu kurang lebih
selama tiga bulan . Adapun kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan
meliputi :
Tabel 8
Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan Penelitian
|
April
2014
|
Mei
2014
|
Juni
2014
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Tahap Persiapan
|
||||||||||||
a.
Mengajukan Judul
|
√
|
||||||||||||
b.
Mendapatkan SK Bimbingan
|
√
|
||||||||||||
c.
Mengajukan Proposal Penelitian
|
√
|
||||||||||||
d.
Mendapatkan Surat Izin Penelitian
|
√
|
||||||||||||
2
|
Tahap Pelaksanaan
|
||||||||||||
a.
Penyusunan
Instrumen
|
√
|
||||||||||||
b.
Uji
Instrumen
|
√
|
||||||||||||
c.
Pelaksanaan
Penelitian
|
√
|
√
|
√
|
||||||||||
3
|
Tahap Pengolahan Data dan Penulisan Laporan
|
||||||||||||
a.
Pengolahan
Data
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|||||||||
b.
Penyusunan
Skripsi
|
√
|
√
|
√
|
√
|
No Responses to "Skripsi terlengkap PGSD, Bab I sampai Bab III"