Halo Sobat ! | Members area : Register | Sign in
About me | SiteMap | Arsip | Terms of Use | Dcma Disclaimer




Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

Home » » Skripsi terlengkap PGSD, Bab I sampai Bab III

Skripsi terlengkap PGSD, Bab I sampai Bab III

Minggu, 28 September 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan  merupakan  cerita  atau  jalan  untuk  mengembangkan  dan mengarahkan  dirinya  menjadi  sosok  manusia  yang  memiliki  kepribadian  yang utama  dan  sempurna.  Dengan  pendidikan,  manusia  dapat  mengembangkan kepribadian  baik  jasmani  maupun  rohani  ke  arah  yang lebih  baik  dalam kehidupannya,  sehingga  semakin  maju  suatu  masyarakat  maka  akan  semakin penting  pula  adanya  pendidikan  bagi  pertumbuhan  dan perkembangan anak.
Bersamaan  dengan  itu  Islam  memandang  pendidikan  sebagai  dasar  utama seseorang  diutamakan  dan  dimuliakan.  Hal  ini  sebagaimana  firman  Allah  SWT dalam al-Qur'an Surat al-Mujadalah ayat 11, berikutini yang berbunyi :
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4
Artinya : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu  sekalian  dan  orang-orang  yang  diberi  ilmu  pengetahuan  beberapa derajat”.              (QS, al-Mujadalah : 11).


1
 
Dalam  pelaksanaan  pendidikan  pemerintah  telah  mengupayakan  dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran Nasional yang diatur dalam undangundang.  Untuk  itu  pemerintah  memberikan  hak  pada  warganya  untuk mendapatkan  pengajaran  dan  pendidikan  ini  dimulai  dari  lingkungan  keluarga sebagai  Lembaga  pendidikan,  kemudian  pendidikan  di  lingkungan  masyarakat.
Bahasa merupakan pokok pengetahuan yang harus dimiliki. Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan bahasa pula manusia dapat menambah wawsan dan pengetahuannnya. Keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari dan menguasai pengetahuan sangat tergantung pada penguasaan bahasa, karena mereka masih dalam tahap mempelajari pengetahuan secara mendasar.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa aspek yang sangat diperhatikan dan saling berkaitan satu sama lain. Aspek-aspek tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Laely Syaudah (2004:75) bahwa “kemampuan berbahasa memiliki empat komponen yaitu keterampilan mendengarkan (listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill).
Dari keempat keterampilan tersebut yang paling sulit dikuasi siswa adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa SD. Dengan memiliki kemampuan menulis, siswa dapat mengomunikasikan ide, penghayatan, dan pengalamannya keberbagai pihak, terlepas dari ikatan waktu dan tempat. Di samping itu, siswa pun dapat meningkatkan dan memperluas pengetahuannya melalui keterampilan menulis.
Kemampuan menulis merupakan kemampuan menurunkan atau melukiskna lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut. Kemampuan menulis sendiri seperti hanya dengan kemampuan berbahasa lain dapat dimiliki melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Latihan kemampuan menulis di SD Negeri Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes sangat penting karena merupakan penanaman dasar menulis.
Secara global ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar menulis siswa, yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain, yaitu:
1.      Faktor yang mempengaruhi belajar menulis siswa dari dalam (faktor internal), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.      Faktor yang mempengaruhi belajar menulis siswa dari luar (faktor eksternal), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.      Faktor pendekatan belajar yang mempengaruhi belajar menulis siswa (approach to learning), yahni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi, metode, dan media yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran.
Tujuan pembelajaran sastra khususnya kompetensi menulis puisi, telah dijabarkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi menulis yang diharapkan bagi kelas V SD menurut KTSP adalah “siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas”, dengan kompetensi dasar “menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat”. Adapun indikator pembelajarannya “menulis puisi berdasarkan gagasan pokok”. (BSNP, 2008:18).
Berbagai upaya telah dilakukuan oleh para pendidik dalam mengajarkan kompetensi menulis sastra tersebut, yaitu dengan menggunakan bebagai teknik, metode, maupun pendekatkan, agar tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai dengan baik. Namun demikian, masih banyak kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan pembelajaran sastra tersebut, karena standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan justru berbeda dengan kenyataan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran sebelum penelitian di kelas V pada materi menulis puisi, diantaranya hasil tes pembelajaran menulis karangan sastra di kelas V belum memuaskan, dimana nilai rata-ratanya hanya mencapai 68,0 pada rentang 0,00 – 100, dengan persentasi ketuntasan 38%, yaitu dari 13 siswa kelas V baru 5 siswa yang sudah tuntas pada kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) 70. Dalam pembelajaran itu terdapat 62% siswa masih kesulitan dalam menulis puisi terutama dalam mengekspresikan ide-ide, menentukan gagasan, memilih kata-kata yang tepat, pembaitan, dan tipografinya. Ide yang tertuang dalam puisi pada umumnya belum jelas karena tidak sesuai dengan temanya. Pemilihan diksi, kebanyakan siswa masih menggunakan kata-kata yang kurang tepat dan tidak puitis, sehingga kadang-kadang isi puisi tidak jelas. Demikian juga dalam pembaitan dan tipografi, pemenggalannya masih banyak yang belum sesuai dengan isi tiap baitnya, sehingga isi dari satu bait dengan bait lainnya tidak berhubungan.
Selain itu tingkat aktifitas dan antusias siswa masih rendah, dimana hanya sekitar 50% yang sudah terlibat aktif mengikuti pembelajaran tersebut, sedangkan sisanya masih pasif.
Memperhatikan hasil pembelajaran diatas, ada beberapa dugaan yang menyebabkan hal tersebut di atas, dan menjadi pusat penelitian ini, yaitu :
1.      Pengalaman belajar bahasa Indonesia yang tidak menyenangkan dan cenderung membosankan akibat kurang variasi dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran bahasa indonesia.
2.      Adanya persepsi siswa bahwa pelajaran bahasa Indonesia tidak penting. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia, terutama dalam kemampuan menulis puisi.
3.      Menurut pengamatan penulis ada kecenderungan guru masih sering menjadi sentral utama dalam proses pembelajaran dan mendominasi aktifitas mengajar, sehingga siswa kurang atau tidak aktif.
Paradigma di atas akan kita coba pecahkan melalui berbagai upaya dalam bentuk perbaikan pembelajaran, contohnya dengan penggunaan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana menurut Depdiknas (2006:13), guru juga harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dalam aktivitas pembelajaran, meliputi beberapa pengelolaan ruang kelas, kegiatan siswa, hasil karya siswa, waktu dan bentuk kegiatan belajar, dan sumber belajar sehingga indikator dalam pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan keleluasaan kepada keaktifan siswa dan sekaligus dapat mengembangkan kemampuan bersastra khususnya menulis puisi adalah model pembelajaran quantum (quantum teaching and learning). Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang mengutamakan aktifitas dan kreatifitas, serta melibatkan seluruh kemampuan potensi diri siswa.
Seperti menurut pendapat Bobbi DePorter dalam A’la (2010:21). “ Quantum teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas”. Pembelajaran yang menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses kegiatan belajar dengan cara sengaja menggunakan musik/mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai pengajaran efektif dan banyak mengaktifkan siswa. Siswa juga berpartisipasi dalam setiap langkah pembelajaran dengan cara membuat generalisasi sampai konsep lalu mendemonstrasikannya melalui presentasi-komunikasi kemudian mengulanginya dengan Tanya jawab, mengerjakan latihan dan membuat rangkuman. Dengan model pembelajaran seperti ini lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide dan gagasan mereka dalam bentuk puisi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi.
Dari uraian di atas, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM PADA MATERI MENULIS PUISI DI KELAS V SDN BULUSARI 01 KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana proses pembelajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran menulis puisi di kelas V SDN Bulusari 01  Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes ?
2.      Bagaimana Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran menulis puisi di kelas V SDN Bulusari 01  Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes?
3.      Apakah penggunaan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Bulusari 01  Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes?

C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui dan menganalisa proses belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran menulis puisi di kelas V SDN Bulusari 01  Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes?
2.      Mengetahui dan menganalisa aktifitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran menulis puisi di kelas V SDN Bulusari 01  Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes?
3.      Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran quantum terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Bulusari 01  Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

D.    Langkah-langkah penelitian
1.      Menentukan subjek penelitian
a.       Lokasi : lokasi penelitian dilakukan di SDN Bulusari 01  Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes
b.      Waktu : waktu penelitian dilakukan pada saat Praktik Pengalaman Lapangan dari bulan April 2014 sampai dengan Juni 2014
c.       Mata Pelajaran : Mata pelajaran yang digunakan Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Bulusari 01  Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes
d.      Karakteristik Siswa: siswa berjumlah 13 orang yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan


2.      Menentukan deskripsi persiklus
a.       Rencana
Peneliti melakukan identifikasi masalah yang diteliti dengan cara melakukan penelitian pendahuluan (prasiklus) terhadap proses pembelajaran di kelas dan meneliti hasil belajar siswa pada nilai ulangan sebelumnya.
b.      Pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum sesuai dengan rencana yang telah di susun untuk setiap siklus.
c.       Instrument penelitian
Instrument penelitian dilakukan pada saat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi.
d.      Refleksi

Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus yaitu memeriksa hasil observasi dan mengidentifikasi masalah yang ditemukan dari hasil observasi dan hasil tes.
BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Pembahasan Belajar dan Mengajar
1.    Belajar dan Mengajar
 Menurut Hamalik (2009:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Selain itu belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik melalui interaksi dengan lingkungan. Sejalan dengan pengertian di atas Whittaker (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:12)  merumuskan belajar  sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah latihan atau pengalaman.
Begitupula apa yang dikatakan Ahmadi dan Supriono (2004:128) bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar perubahan tingkah laku maupun pengetahuan peserta didik akibat dari interaksi dengan lingkungan, pengalaman, dan masyarakat. Seorang dikatakan belajar apabila ada perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik itu.
Didalam kurikulum (KTSP 2006), mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a.   

10
 
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dngan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b.    Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, memiliki rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c.    Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,  nasional, dan global.
Belajar melibatkan banyak aspek mulai dari aspek fisik dan psikis peserta didik, sumber belajar, lingkungan dan aspek guru dan proses pembelajaran, sehingga dapat pula dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang kompleks.Belajar diartikan sebagai upaya untuk menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Banyak orang yang beranggapan bahwa belajar hanya wajib dilakukan oleh siswa. Padahal tidak demikian, karena belajar tidak mengenal batas usia dan waktu.
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Sudjana, Nana (2010 : 28) mengartikan bahwa Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Pengertian belajar yang di kemukakan oleh Edward L. Thorndike (Suwangsih, E. dkk. 2006 : 75) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang dapat juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan (tindakan)”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan kemampuan yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungan.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Juga dapat diartikan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. (Sadirman A.M. 2003 : 48)
Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir, dan bagaimana menyelidiki. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa dapat belajar secara aktif dan lebihk kreatif lagi.
Jadi, mengajar merupakan proses yang kompleks untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya, yang dilakukan oleh pengajar untuk menuangkan sejumlah informasi/bahan pelajaran kepada siswa yang akan disi dengan pengetahuan.

2.      Pengertian Hasil Belajar
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha, pendapatan, panen dan sebagainya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil diartikan sebagai sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan dan sebagainya) oleh usaha. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil adalah pencapain dari suatu usaha yang dilakukan.
Hasil belajar adalah pencapaian dari suatu aktifitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik berarti hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Peserta didik yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu.
Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada peser yang berupa nilai, perubahan tingkah laku dan bertambahnya ilmu pengetahuan. Selain itu  hasil belajar juga
ta didik yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.
Menurut Djamarah dan Zain (2002:120) belajar dikatakan berhasil, apabila:
a.         Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara peserta didik maupun kelompok.
b.         Perilaku yang digariskan dalam tujuan pelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara peserta didik maupun kelompok.
Jadi, menurut Djamarah dan Zain (2002:120) belajar berhasil apabila peserta didik telah mampu menyerap pelajaran dan hasil dari penyerapan pelajaran itu merubah perilaku peserta didik sesuai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan baik secara individual atau kelompok. Djamarah (2004:19). Hasil belajar tidak pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan belajar. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan hasil belajar tidak semudah yang dibayangkan tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi, untuk mencapainya hanya dengan kekuatan dan optimis dirilah yang dapat membantunya.
Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan (2009:1-2) adalah sebagai berikut :
1)        Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2)        Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3)        Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam.
a.    Faktor dari luar
Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting, yakni :
1)   Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik/alam yang termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada  belajar dalam keadaan udara udara yang panas dan pengap.
Lingkungan sosial, baik yang bewujud manusia maupun hal-hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar soal yang rumit dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi, akan terganggu bila ada orang lain yang mundar mandir di dekatnya, keluar masuk kamarnya, atau bercakap-cakap cukup keras di dekatnya.
Lingkungan sosial lainnya, seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan lsin sebagainya dapat mempengruhi proses hasil belajar. Karena itulah disarankan agar lingkungan sekolah didirikan di tempat yang jauh dari keramain pabrik, hiruk pikuk lalu lintas dan pasar.
2)   Faktor-faktor Instrumental
Fokto-faktor instrumentaladalah faktor yang keberadaan dan kegunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dan sebagainya. Maupun faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan/program yang harus di pelajari, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya.
3)      Faktor dari dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kondisi fisiologis anak dan kondisi pisikologis anak.
a)   Kondisi fisiologis anak
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, seperti kaki/tangannya (karena akan mengganggu fisiologis), dan sebagainya. Akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar.
Di samping kondisi umum tersebut, yang tidak kalah penting dalm mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kondisi pancaindera, terutama indera penglihatan dan pendengaran.
Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah, maka dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat dilihat sekaligus didengar (audio-visual). Guru yang baik tentunya akan memperhatikan bagaimana keadaan pancaindera, khususnya penglihatan dan pendengaran anak didik.
b)   Kondisi pisikologis anak
Ada beberapa faktor pisikologis yang dianggap mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya :
(1)      Minat
Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalu seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesutu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaiknya kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik.
(2)      Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan besar dalam menetukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajr daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan alat yang terkenal dengan sebutan IQ (Intelligence Quotient)
(3)   Bakat
Di samping inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.
(4)      Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Oleh karena itu, meningkatkan motivasi belajar anak didik memegang peranan penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
(5)   Kemampuan-kemampuan kognitif
Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajr itu meliputi tiga apek, yaitu aspek kognitif, aspek, afektif,dan aspek psikomotorik, namun tidak dapat diingkari bahwa sampai sekarang  pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan  keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan aspek afektif dan asep psikomotorik lebih sebagai pelengkap dalam menentukan derajat keberhasilan anak di sekolah.


Kemampuan-kemampuan kognitif yang terutama adalah :
1)   Persepsi,
2)   Ingatan, dan
3)   Berfikir

B.     Model Pembelajaran Quantum
1.      Pengertian Model Pembelajaran Quantum Teaching
Pembelajaran (instruction) merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Gurulah yang membuat perencanaan, persiapan bahan, sumber, alat dan factor pendukung pembelajaran lainnya, serta memberikan sejumlah pelayanaan dan perlakuan kepada siswa. Meskipun demikian dalam pembelajaran, siswalah yang lebih memegang peranan penting.
Guru sebagai salah satu komponen yang terlibat dalam sesuatu pelajaran dituntut untuk membuat strategi belajar mengajar yang tepat untuk siswa sehingga menciptakan seuasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa nyaman dan tidak membosankan tinggal dikelas. Salah satu unsur pembentuk strategi belajar mengajar adalah model pembelajaran yang digunakan.
Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Sedangkan model pembelajaran adalah landasan praktik didepan kelas hasil penurunan teori psikologi dan teori belajar.
Terdapat banyak model pembelajaran inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran quantum ( quantum teaching and learning). Model pembelajaran ini menurut Bobbi Deporter dalam Alawiyah (2005:14) berakar dari upaya Dr. George Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestoiogy” atau suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang music latar dikelas, meningkatkan partisipasi individu, dan menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi.
Quantum Teaching menurut pendapat Bobbi Deporter dalam Nilandari ( 2000:56) adalah sebagai berikut: “ Quantum teaching adalah sebagai interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar”. Sependapat dengan Nilandari, A’la (2010:21) mengemukakan “ kata quantum ini berarti interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya. Jadi quantum teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsure yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas”.
Lebih jauh Bobbi Deporter dalam A’la (2010:55). mengemukakan bahwa pembelajaran quantum merupakan orkestrasi bermacam-macam yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi ini mencakup unsure-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Sedangkan quantum learning adalah kiat, petujuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang akan mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar yang menyenangkan dan ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsive.
Berdasarkan paparan di atas maka model pembelajaran harus di rancang berdasarkan proses analisis potensi siswa. Model pembelajaran quantum adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan keleluasaan, mengembangkan kemampuan, dan dapat melibatkan seluruh kemampuan potensi diri siswa.
2.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum Menurut Sugiyanto (2009:74-78)
Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran quantum Menurut Sugiyanto (2009:74-78) adalah sebagai berikut:
a.       Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
b.      Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
c.       Pembelajaran quantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengolaborasikan factor potensi diri peserta didik selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagaikonteks pembelajaran.
d.      Pembelajaran quantum mengintregasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
e.       Pembelajaran quantum melibatkan seluruh kemampuan potensi diri siswa.
Prinsip-prinsip dari pembelajaran quantum,yaitu:
a.       Segalanya berbicara,
b.      Segalanya bertujuan.
c.       Pengalaman sebelum konsep.
d.      Akui setiap usaha.
e.       Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.
Jadi, dari paparan di atas pada prinsipnya pembelajaran quantum berupaya memadukan konteks dan isi pembelajaran, memusatkan interaksi dan kolaborasi potensi siswa, mengintegrasikan tubuh dan pikiran yang melibatkan seluruh potensi siswa.
3.      Langkah –langkah pembelajaran quantum
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas maka dapatditentukan kerangka atau langkah-langkah rancangan pembelajaran quantum. Langkah-langkah pembelajaran quantum sebagaimana menurut Bobbi Deporter A’la (2010:34) tercermin dalam istilah TANDUR, yaitu :


a.       Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni apakah manfaat yang akan diperoleh dari pelajartan tersebut bagi guru dan muridnya. Konsep tumbuhkan adalah membawa siswa memasuki dunia belajar.
b.      Alami
Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa. Jangan sampai menggunakan yang bahasa asing dan sulit dimengerti, karena ini akan membuat siswa merasa bosan dalam belajar.
c.       Namai
Mencari definisi dan menuliskan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi si anak.
d.      Demonstrasikan
Sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan bahwa mereka tahu. Setelah siswa mengalami belajar akan sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya.
e.       Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbukan rasa “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.
f.       Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pegetahuan.memberikan reward atas uasaha dan kerja keras yang telah dilakukan siswa. Hadiah itu bias berupa pemberian tepuk tangan pada saat sebelum dan sesudah suatu kelompok mempresentasikan hasil kerja kelomoknya.
Asas utama pembelajaran quantum menurut pendapat Bobby Deporter dalam A’la (2010:27) adalah “Bawalah Dunia Mereka Ke Dunia Kita”, dan “Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Dalam artian apa yang ada dalam diri harus mampu membawa anak didik untuk memahami dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan.
Model pembelajaran quantum menurut Bobby Deporter dalam A’la (2010:55) meliputi: 1) suasana pembelajaran; 2) landasan/kerangka kerja; 3) lingkungan pembelajaran; 4) rancangan belajar yang dinamis; 5) presentasi/cara penyampaian materi; 6) pemerdayaan fasilitas; 7) keterampilan hidup; 8) praktik. Di dalam isi, guru akan menemukan keterampilan cara penyampaian kurikulum 2006 apa pun. Strategi yang dibutuhkan oleh siswa yaitu: penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan untuk belajar dan keterampilan hidup.
Petunjuk pelakasanaan pembelajaran quqntum menurut Bobby Deporter dalam A’la (2010:61), yang harus diperhatikan diantaranya adalah:
a.       Guru wajib memberkan keteladan sehingga layak menjadi panutan bagi peserta didik, berbicaralah yang jujur, jadi pendengar yang baik dan selalu gembira.
b.      Guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan /kegembiraan.
Lingkungan belajar yang aman, nyaman dan bias membawa kegembiraan.
c.       Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikapsiswa akan terlibat dan berpengaruh yang kuat pada proses belajar. Guru dapat mempengaruhi suasana emosi siswa.
d.      Memutar music klasik ketika proses belajar mengajar berlangsung.
e.       Sikap guru terhadap peserta didik.
Aplikasinya dalam pembelajaran menulis puisi guru harus menumbuhkan minat siswa dalam menulis puisi, dengan cara mencontohkan tokoh-tokoh sastra atau menjelaskan bahwa menulis puisi dapat menambah kecakapn berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta dapat menjadi orang yang kreaktif dalam hidupnya. Setelah minat anak tumbuh, guru mengarahkan siswa untuk mengenal secara umum hal yang berkaiatan dengan puisi, misalnya pengertian puisi secara sederhana, bangun struktur puisi yang meliputi diksi\pilihan kata, rima, bait, dan tipografi. Stelah itu siswa disuruh mencoba untuk menulis puisi, dan memahami bagian-bagian puisi yang telah ditulisnya. Hasil karyanya kemudian didemonstrasikan untuk menunujukkan bahwa mereka tahu dan berhasil menulis puisi. Hal ini bias dilakukan secara berulang agar kemampuan siswa dalam menulis puisi meningkatkan. Hasi karya mereka perlu dirayakan dan diberi pengharagan (reward) misalnya member pujian atau hadiah.
4.      Penggunaan pembelajaran quantum dalam pembelajaran menulis puisi
Kerangka pembelajaran quantum dalam pembelajaran menulis puisi meliputi menyusun tujuan, mengembangkan bahan ajar, langkah-langkah pembelajaran, dan penutup.
5.      Tujuan
Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai adalah sebagai berikut.
1)      Standar kompetensi:
a)      Mengungkapakan pikiran, perasaan, informasi,dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas.
2)      Kompetensi dasar:
Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.
3)      Tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indicator:
a)      Siswa dapat menulis puisi berdasarkan gagasan pokok
b)      Siswa dapat menulis puisi dengan menampilkan pilihan kata yang tepat
c)      Siswa dapat menulis puisi dengan pembaitan yang tepat
d)     Siswa dapat menulis puisi dengan tipografi yang menarik
6.      Menulis Puisi
a)    Pengertian menulis
Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan mencurahkan segala ide, pokok pikiran, perasaan, pendapat ke dalam bentuk tulisan.
Ada banyak pendapat mengenai pengertian menulis. Menulis menurut Djuanda (2008:180), adalah suatu proses dan aktivitas menyalurkan gagasa, pikiran, danperasaan kepada orang lain atau dirinya melalui media bahasa berupa media tulisan.
Menurut Suparno dan Yunus (2007:13) menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Sedangkan menurut Tarigan (2008:22), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Demikian juga menurut Alwi (2003:12) bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut konsep ini kegiatan menulis merupakan kegiatan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan.
Lebih lanjut Tarigan (2008:3) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan orang lain.
Adapun Harnowo (2005:142) mengungkapkan bahwa menulis adalah mengetahui apa yang akan ditulis, yaitu apa temanya, dan bagaimana memulainya jika kita biarkan kesejatian individualitas kita timbul dalam tulisan kita, artinya kita sudah mengekspresikan kreatifitas kita.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut bahwa menulis adalah kegiatan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, atau pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan dapat disampaikan kepada orang lain tatap bertatap muka secara langsung.
b)   Pengertian puisi
Ada tiga bentuk karya sastra yaitu prosa, puisi, dan drama. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Mengenai pengertian puisi, sudah beberapa ahli bhasa mencoba menguraiknnya, namun sampai saat ini belum ada juga definisi yang akurat dan langgeng. Hal ini disebabkan oleh kreatifitas penyair yang demikian pesat berkembang sehingga memungkinkan jenis-jenis baru puisi bermunculan.
Seperti menurut Mulyana (2005:110), bahwa puisi berasal dari bahasa yunani yaitu ‘poiesis’ yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Arti tersebut akhirnya berkembang menjadi karya seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu.
Lain halnya dengan pendapatat Mc Caulay Hudson (2004:134) bahwa puisi adalah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dalam kesempatan lain Wallace mengungkapakan,”puisi atau (verse) berasal dari bahasa latun versus.yang berasal dari kata kerja verso, versare, yang berarti to turn (menghadap). Dalam bahasa inggris verse mengacu pada pengaturan baris demi baris yang disengaja yang membedakan dari prosa. Jadi, puisi adalah suatu system penulisan yang margin kanan dan penggantian barisnya ditentukan secara internal oleh suatu mekanisme yang terhadap dalam baris itu sendiri”. Kinayati (2005:10).
Sedangkan Waluyo (2005:1) dalam bukunya yang berjudul Apresiasi Puisi berpendapat bahwa “puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif)”.
Agar lebih lengkap wawasan kita mengenai pengertian puisi, berikut terdapat beberapa pendapat dari para sastrawan dunia tentang puisi, diantaranya:
(1)      William Wordsworth: “puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia memperoleh rasanya dari emosi, atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian”.Kinayati (2005:10)
(2)      Byron : “puisi adalah lava imajinasi yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi”. Kinayati (2005:10)
(3)      Percy Bysche Shelly: “puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkan. Kinayati (2005:10)
(4)      Emily Dickenson: “kalau aku membaca sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk sehingga tiada api yang dapat memanaskan aku, maka aku tahu bahwa itu adalah puisi. Hanya dengan cara inilah aku mengenal puisi”. Kinayati (2005:10)
(5)      Lascelles Abercramble: “puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pertnyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang mempergunakan setiap rencana yang matang dan bermanfaat”. Kinayati (2005:10)
Sedangkan mengenai kebahasan puisi, bahwa kata-kata dalam puisi dibentuk, dipilih, ditata dengan cermat dan cara yang khas pula. Sebagai bahan kata-kata dalam puisi diolah sedemikian rupa sehingga dapat menjelmakan pengalaman jiwa yang senyata-nyatanya dalam diri pembaca. Menurut Kinayati, “Bahasa puisi bersifat konotatif, makanya bahasa puisi sulit ditafsirkan makananya secara tepat tanpa memahami konteks yang dihadirkan dalam puisi”. Kinayati (2005:13).
Lebih jauh Waluyo (2005:3) mengungkapkan mengenai cirri-ciri kebahasaan puisi, yaitu: 1) pemadatan bahasa. Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. 2) pemilihan kata khas. Puisi menggunakan kata-kata khaspuisi, bukan kata-kata untuk prosa atau bahasa sehari-hari. Factor-faktor yang diperhatikan dalam memilih kata, diantaranya adalah makna kias, lambing, dan persamaan bunyi atau rima. 3) kata konkret. Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret, oleh karena itu, kata-kata dikonkretkan. 4) pengimajian (pencitraan). Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. 5) irama (ritme). Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata frasa, dan kalimat. 6) tata wajah. Dalam puisi mutahir, banyak ditulis puisi yang mementingkan tata wajah, bahkan penyair berusaha menciptakan puisi seperti gambar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa puisi adalahsalah satu bentuk kesusastraan yang menungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. Dalam hal ini, kebahasaan puisi berbeda dengan kebahasaan yang digunakan dalam karya satrayang lain karena bahasa puisi menggunakan pilihan kata khas yang bersifat konotatif sehingga sulit ditafsirkan maknanya.
c)    Pengertian menulis puisi
Pengertian menulis puisi sebagaimana dikemukakan Jabrohim (2003:68) bahwa menulis puisi merupakan suatu kegiatan seseorang “intelektual”, yaitu kegiatan yang menutut seseorang harus benar-benar cerdas, harus benar-benar menguasai bahasa, harus luas wawasannya, dan peka perasaannya.
Penulis puisi harus memahami unsur-unsur pembangun puisi, serta mampu memanfaatkannya sebagai wahana untuk menampilkan bobot puisi yang ditulisnya. Hal ini akan dapat dicapai apabila ia banyak mengasah kepekaan kreatifnya dan banyak melaksanakan proses kreatif itu.
Menulis puisi pada hakikatnya mengabadikan apa yang dilihat, dirasakan, dan dipikirkannya. Proses pengimajinasian atau pengembangan pengalaman lahir dan batin merupakan awal dari proses kreatif (Depdiknas 2004: 73).
Demikian juga Wiyanto (2005 : 57) menyatakan bahwa menulis puisi sebenarnya mengungkapkan gagasan dalam bentuk puisi. Dalam menulis puisi kita harus memilih kata-kata yang tepat, bukan hanya dapat maknanya, melainkan juga harus tepat bunyi-bunyinya dan menggunakan kata-kata itu sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan estetis.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui menulis puisi merupakan proses kreatif yang merupakan pengembangan dari pengalaman lahir dan batin yang dilanjutkan dengan pengekspresian imajinasi kedalam rangkaian kata-kata yang disebut istilah puisi.


d)   Cara menulis puisi
Menulis puisi membutuhkan inspirasi. Inspirasi dapat muncul ketika seseorang mengalami atau menyaksikan sebuah peristiwa. Menulis puisi adalah suatu keterampilan yang memerlukan latihan,Sebagaimana menurut Wiyanto (2005:48) bahwa menulis puisi termasuk jenis keterampilan. Seperti halnya jenis keterampilan yang lain, pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih. Semakin sering belajar dan semakin giat berlatih, tentu semakin cepat terampil.
Adapun langkah-langkah menulis puisi adalah sebagai berikut:
(1)      Menentukan tema
Tema atau gagasan adalah idea tau pikran penyair yang mendasari terciptanya sebuah karya. Dalam hal ini Wiyanto (2005:48) mengemukakan bahwa tema adalah pokok persoalan yang akan kita kemukakan dalam bentuk puisi, misalnya cinta, sosial, kemanusiaan, religi\agama, dan sebagainya, yang setiap saat dapat dilihat atau diamati di lingkungan sekitar kita. Sedangkan Jabrohim (2003:65) mendefinisikan tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang jadi, tema adalah hal-hal yang dikemukakan dalam puisi.
(2)      Penggunaan diksi
Jika sudah menemukan dan menentukan tema yang akn ditulis menjadi puisi, menurut Wiyanto (2005:50) kita perlu mengembangkan tema itu, yaitu hal-hal apa yang akan dikemukakan dalam puisi. Gagasan itu ditulis dengan memakai kata-kata pilihan. Diksi adalah pemilihan kata untuk menyampaikan gagasan dan ketepatan penggunaanya. Selain itu, diksi juga berarti kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara tepat nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan.
Selanjutnya Wiyanto (2005:52) mengemukakan lebih jauh bahwa seorang penyair dalam mencurahkan pikiran dan perasaannya dalam puisi juga membutuhkan kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat sehingga dapat mewakili dan menggambarkan hal-hal yang dikehendakinya. Kemampuan memilih kata iti mencakup kemampuan memilih dan kemudian menyusun kata-kata dengan cara demikian rupa sehingga artinya menimbulkan imajinasi estetik. Diksi demikian dinamakan diksi puitis.
Demikian juga menurut Pradopo (2002:54) bahwa penyair dapat mencurahkan perasaan dan isi pikiran dengan setepat-tepatnya serta dapat mengekspresikannya dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwa, untuk itu haruslah dipilih kata setepatnya.pemilihan kata dalam sajak disebut diksi,
(3)      Memilih majas
Agar puisi itu konkret dan lebih hidup maka perlu mengembangkan majas. Menurut Wiyanto (2005:53) bahwa majas bukan gaya bahasa, tetapi majas hanya salah satu unsure pendukung gaya bahasa. Majas yang mungkin digunakan dalam puisi antara lain majas perbandingan (asosiasi\simile, metafora, dan personifikasi), majas pertentangan (hiperbola, litotes, ironi, dan sinisme), majas pertautan (metonimia, dan senekdok), dan majas penegasan (plenisme dan klimak). Sedangkan Pradopo (2002:264) tidak mengungkapkan penggunaan majas, tetapi yang dipakai adalah istilah gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Dalam karya sastra efek ini adalah efek estetik yang menurut menyebabkan karya sastra bernilai seni.
Dalam menulis puisi, menurut Jabrohim (2003:79) bahwa kejelasan fisik, keberanian melakukan penjelajahan kreatif sehingga karya yang dihasilkan terkesan “setengah matang” harus selalu diupayakan dalam pengertian yang bersifat teknis, tahapan-tahapan proses kreatif dalam menglahirkan sebuah karya satra menjadi sangat penting. Dengan mengacu pada sebuah pengakuan para penulis kreatif terkenal dan pandangan sejumlah ahli dibidang proses kreatif. Mengenai penciptaan puisi ini.
Dari pembahasan diatas bahwa menulis puisi sebenarnya mengungkapkan gagasan dalam bentuk puisi. Gagasan itu dilandasi oleh tema tertentu. Oleh karena itu, sebelum menulis sebuah puisi terlebih dahulu harus menentukan temanya, yaitu pokok persoalan yang akan kita kemukakan dalam bentuk puisi. Tema itu kemudian kita kembangkan dengan menentukan hal-hal apa yang akan dikemukakan dalam puisi tersebut. Dalam menulis puisi, kita harus memilih kata-kata yang tepat, bukan hanya tepat maknanya, melainkan juga harus tepat bunyi-bunyinya dan menyusun kata-kata itu sedemikian rupa sehinnga menimbulkan kesan estetis. Selain itu, kita juga harus mendayagunakan majas agar puisi yang kita buat semakin baik. Untuk menghasilkan puisi yang baik dibutuhkan kejelasan tujuan dan keberanian melakukan penjelajahan kreaktif.
7.    Pembelajaran Puisi
a)    Pembelajaran menulis puisi menurut para ahli
Tujuan menulis puisi menurut Jabrohim (2003:71) adalah tujuan yang dicapai melalui kegoatan pengembangan penulis kreaktif, yakni yang bersifat apresiatif dan yang bersifat ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui kegiatan penulisan kreaktif orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreaktif karya orang lain dengan caranya sendiri. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya diperlukan teknik, metode dan pendekatan yang tepat. Salah satu teknik pembelajran puisi adalah dengan cara kajian puisi, seperti yang dikemukakan oleh pradopo (2002:1) bahwa puisi itu estetis yang bermakna, oleh karena itu puisi perlu dikaji sebagai struktur yang bermakna dan bernilai estetis.
Model dan bentuk pembelajaran puisi telah diupayakan dan dilakukan oleh para ahli lain dengan berbagai teknik, metode dan pendekatan, agar pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Seperti menurut Rahmanto (2000:48) bahwa pembelajaran puisi menggunakan kerangka penyajian umum sebagai berikut:
(1)      Pelacakan pendahuluan
(2)      Penentuan sikap praktis
(3)      Introduksi
(4)      Penyajian
(5)      Diskusi
Masalah –masalah umum yang perlu didiskusikan meliputi: siapa tokoh yang berbicara dalam puisi itu? Untuk siapa pesan itu diungkapkan? Bagaimana situasinya? Apa yang dilakukan si tokoh? Apa yang dipikirkannya? Bagaimana perasaan si tokoh itu, senang, cemas, takut, ingin tahu dan sebagainya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan secara rinci dalam diskusi khusus ini antara lain: dari sudut suntaksis (misalnya : apakah si aku liris sungguh-sungguh pergi atau hanya kemungkinan saja? Kapan? Dalam situasi yang bagaimana? Apa alasannya?). dari sudut aspek penyusunan puisi (misalnya: bagaimana pengembangan ide dalam puisi itu? Kapan dan bagaimana penyair mengubah perasaan/pemikirannya? Di mana klimaks puisi itu?), metaphor dan gaya bahasa (misalnya: apa disbanding dengan apa? Bagaimana bentuk perbandingannya? Dan terahkir menyikap arti kias yang ada di dalamnya.
Kemudian diskusi diuraikan kesimpulan yang mengandung unsure-unsur penilaian, misalnya : mengapa penyair memilih pokok permasalahan ini? Apakah orang lain juga memikirkan atau mengalami hal yang sama seperti yang diungkapkan penyair? Bagaimana masalah moral yang diungkapkan penyair ini dapat terjadi dalam lingkungan siswa? Bagaimana pengaruh puisi ini terhadap diri si siswa? Apakah puisi ini mengiungatkan siswa akan puisi, cerita atau pengalaman hidup yang lain?
Berdasarkan paparan di atas bahwa pada dasarnya pembelajaran puisi meliputi kegiatan menulis puisi dan apresiasi puisi. Pembelajaran puisi tersebutdapat dilakukan dengan berbagai teknik, metode dan pendekatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisis peserta didik. Pembeljaran menulis puisi adalah kegiatan menmgungkapkan pikiran, gagsan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa tulis. Siswa memerlukan petunjuk, gambaran, dan penjelasan mengenai perihal menulis puisi yang baik sesuai dengan diksi, pembaitan, tipografi dan kesesuain dengan tema. Sedangkan pembelajaran apresiasi puisi dapat disajikan dalam bentuk kegiatan diskusi untuk mengadakan penilaian kepada puisi tersebut.
b)   Pembelajaran puisi menurut KTSP
Pembelajaran bahasa Indonesia disekolah tercakup dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang terdiri dari beberapa standar kompetensi. Standar kompetensi mata pelajran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi local, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia ini khususnya pada pembelajaran puisi di SD, di harapkan :
(1)      Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan.
(2)      Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan.
(3)      Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan di sekolah.
(4)      Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia.
(5)      daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan keseaatraan sesuai denga kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Standar kompetensi pembelajaran puisi kelas V SD menurut KTSP adalah :
(1)      Memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat dan membaca puisi
(2)      Siswa dapat mengungkapkan pikiran, persaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas
Standar kompetensi tersebut dijabarkan dalam kompetensi dasar, yaitu :
(1)      Membaca puisi dengan lafal dan inotasi yang tepat
(2)      Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.
Dan kompetensi tersebut dijabarkan lagi menjadi indicator, diantaranya :
(1)      Membaca puisi dengan hafal dan inotasi yang tepat
(2)      Menentukan jeda atau penggalan kata yang tepat untuk memperjelas arti atau makna puisi
(3)      Menggunakan ekspresi yang tepat
(4)      Menentukan gagasan pokok puisi
(5)      Menulis puisi
(6)      Menentukan gagasan pokok berdasarkan pengalaman
(7)      Menulis puisi berdasarkan gagasan pokok. (BSNP, 2008:10)
Pembelajaran puisi pada mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
(1)      Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawsan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengtahuan dan kemampuan berbahsa.
(2)      Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai Khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Beranjak dari paparan di atas maka pembelajaran puisi di sekolah harus berdasarkan pada KTSP. Agar kompetensi yang dicapai tidak menyimpang dari tujuan. Tujuan tersebut secara umum tercakup dalam standar kompetensi yang kemudian lebih khusus dituangkan dalam kompetensi dasar. Kompetensi dasar inilah yang menjadi tujuan akhir dari suatu pembelajran puisi, karena kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh seseorang siswa setelah diberikan suatu perlakuan pembelajaran, yang diukur oleh beberapa indicator. Jik seorang siswa telah mencapai kompetensi dasar artinya siswa tersebut telah mencapai kriteria ketuntasan minimal atau dinyataka telah tuntas dalam paembelajaran menulis puisi.
8.      Materi ajar
a.       Menulis puisi
Puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah. Menulis puisi merupakan kegiatan menulis berdasarkan pengalaman lahir dan batin dengan mengunakan rangkaian kata-kata yang disebut dengan istilah puisi.
b.      Langkah-langkah menulis puisi
Langkah-langkah menulis puisi diantaranya:
1)      Menentukan tema
Tema sebagai acuan untuk mengemukakan isi hatinya. Isi hati penulis puisi meliputi pikiran, perasaan, sikap, dan maksud atau tujuan.
2)      Menentukan diksi
Diksi adalah pilihan kata yang tepat, meliputoi pengimajian, kata konkrit, dan majas,
3)      Pembaitan
Pembaitan adalah pemenggalan bait berdasarkan isi puisi.
4)      Menyusun tipografi
Tipografi adalah bentuk dan rupa puisi, yaitu susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi sehingga kelihatan menarik.
c.       Contoh Puisi
Sebagai puisi model adalah sebuah puisi karya Amal Hamzah berjudul pancaran hidup. Pokok pikiran puisi ini adalah seorang pengemis atau peminta-minta. Perasaan ini sebagai sumber munculnya sikap terhadap si pimta-minta, yakni perasaan benci.


Pancaran Hidup
Di pagi hari
Aku berangkat kerja
Tampak olehku seorang laki-laki
Mengorek-ngorek tong mencari nasi

Sepintas hatiku sedih
Terasa miskin badan sendiri
Di tengah kekayaan negeri raya
Awak menjadi peminta-minta
Lalu mataku menoleh ke badannya
Tampak tegap-teguh semata
Tiada cacat membuat celaka

Hatiku marah
Orang begini tak perlu dikasihani
Di dunia alam penuh rezeki
Ia tinggal bermalas diri





C.    Kajian Penelitian Relevan
1.      Fitri Anggraeni, “Penggunaan Model Pembelajaran Quantum dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Belajar Menulis Puisi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDN Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes”. 2014
Dari hasil analisis data penelitian, dapat diketahui hasil belajar menulis puisi siswa dari prasiklus ke siklus. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan nilai rata-rata hasil tes menulis puisi, yaitu pada prasiklus nilai rata-ratanya 60.8 pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 62.2 dengan kategori cukup kompeten, siklus II nilai rata-ratanya adalah 69.9 dengan kategori kompeten, dan siklus III nilai rata-ratanya adalah 76.2, artinya dari prasiklus ke siklus I  terdapat peningkatan 1,4% dan dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan7,7% dan dari siklus II ke siklus II terdapat peningkatan 6,3%, dengan demikian dari prasiklus ke siklus III terdapat peningkatan 15,4%.
2.      Rani Rahayu, 2012. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran Terbimbing Pada Siswa Kelas II SD Islam Al-Jannah Gabuswetan Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas II SD Islam Al-Jannah Gabuswetan. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (75%), siklus II (94,28%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran terbimbing dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa SD Islam Al-Jannah Gabuswetan, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA.
3.      Yuyum Aningrum. 2013 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Gambar Pada Pokok Bahasan Tokoh Perjuangan Di Kelas V SD Negeri 1 Gumulung Tonggoh Kabupaten Cirebon”.
Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan tokoh – tokoh bersejarah di kelas V SD. Selama ini pembelajaran IPS yang dilakukan guru pada umumnya masih bersifat monoton. Guru cenderung lebih banyak berceramah dan kurang variatif dalam menggunakan metode dan media pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran bersifat abstrak dan teoretis, sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan akan menimbulkan kebosanan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka diajukanlah pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1).Apakah ada peningkatan prestasi belajar dalam pelajaran IPS/Sejarah pada pokok bahasan tokoh perjuangan pada siswa Kelas V SD? 2).Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS/Sejarah pada pokok bahasan tokoh perjuangan pada siswa Kelas V SD?. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan pembelajaran IPS dengan menggunakan media gambar. Data penelitian diambil dari SDN 1 Gumulungtonggoh Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan melalui observasi, LKS, hasil evaluasi, serta dokumen lainnya. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa setelah menggunakan media gambar, prestasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil evaluasi belajar setiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata yang dicapai adalah 6,16; pada siklus II meningkat menjadi 6,79; dan pada siklus III meningkat menjadi 7,16.

D.    Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka penggunaan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SDN Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes dalam pembelajaran menulis puisi.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Lokasi dan Subjek Penelitian
1.           Profil Sekolah
Nama Sekolah                       :  SD NEGERI BULUSARI 01
NSS                                      :  101032914009
Status                                                :  NEGERI
Tahun Berdiri                        : 
Alamat                                  :  JL. BHAKTI NO.02
Desa                                      :  BULUSARI
Kecamatan                            :  BULAKAMBA
Kabupaten                            :  BREBES
Propinsi                                 :  JAWA TENGAH
Nilai Akreditasi                    :  B
Jumlah Rombel                     :  7 KELAS
Luas Tanah Seluruhnya        :  2700 m2
Luas Bangunan                     : 
Luas Halaman                       :
Status tanah                          :  MILIK NEGARA

2.           Visi dan Misi
Visi :
Menjadikan SD Negeri Bulusari 01  sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang kompetitif,berbudi pekerti luhur,dan berakhlak mulia.
Misi :
Ø  Meningkatkan Iman dan Ketaqwaan
Ø  Meningkatkan Kedisiplinan
Ø  Meningkatkan hubungan Kemitraan antara wali murid,komite sekolah, dan masyarakat
Ø  Melestarikan kebudayaan Daerah
Ø  Membentuk karakter siswa yang jujur, bertanggung jawab dan sopan santun
3.                  Keadaan Siswa
No
Kelas
Tahun Pelajaran
2013 / 2014
Jumlah
L
P
1.
1
19
17
38
2
2a
12
16
28
3
2b
17
13
30
4
3
23
19
42
5
4
22
20
42
6
5
12
21
33
7
6
22
16
38
Total
127
122
249

4.                  Keadaan Guru
No
Nama
Jabatan
Mengajar di Kelas
Ket.
1.
SUHARI,S.Ag
KEPSEK
5-6
PNS
2.
TUMISIH
Guru Kelas
6
PNS
3.
AMIROH .A,S.Pd
Guru Kelas
4
PNS
4.
JAMILAH,S.Pd
Guru Kelas
2
PNS
5.
TATI A. Ama.Pd
Guru Kelas
1
GTT
6.
SUTORO,S.Pd
Guru Kelas
5
GTT
7.
ATY M.C,S.Pd
Guru Kelas
3
GTT
8.
NUROKHIM
Guru Kelas
2
GTT
9.
JOHARI,S.Pd
Guru PJOK
1-6
PNS
10
LILIS A.S.PdI
Guru PAI
1-4
GTT
11
ISPRANOTO
Penjaga
-
PTT

GRAFIK JUMLAH SISWA SD NEGERI BULUSARI 01
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014


5.                  Prasarana Sekolah
1.      Jenis prasarana yang dimiliki sekolah
No
Jenis
Keberadaan
Luas
(M2)
Fungsi
Ada
Tdk ada
Ada
Tdk ada
1
Ruang Kepsek

V



2
Ruang wakil Kepsek

V



3
Ruang Guru
V




4
Ruang BK

V



5
Ruang Tamu
V




6
Ruang UKS

V



7
Perpustakaan
V




8
Ruang Media dan Alat bantu

V



9
Ruang penjaga Sekolah

V



10
Pos keamanan

V



11
Aula

V



12
Gudang
V




13
Kantin Sekolah

V



14
Halaman Sekolah
V





B.     Desain Penelitian
1.      Rancangan Penelitian
Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) artinya penelitian berbasis kelas yang prosedurnya diadaptasi dengan berbagai tindakan. Dalam literature berbahasa Inggris, PTK disebut classroom action research. penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Bulusari 01  Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes dalam memahami materi tentang menulis puisi dengan menggunakan model pembelajarn Quantum
2.      Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi tentang menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran Quntum. Proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sampai penelitian ini berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
3.      Perencanaan Tindakan
Peneliti melakukan identifikasi masalah yang akan diteliti dengan cara melakukan penelitian pendahuluan (pra siklus) terhadap proses pembelajaran di kelas, dan meneliti hasil belajar siswa pada nilai ulangan sebelumnya. Dari hasil penelitian pendahuluan, peneliti melaksanakan diskusi dengan teman sejawat (guru mata pelajaran) tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat melakukan refleksi untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan dengan penelitian, kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:
a)         Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tentang menulis puisi berdasarkan gagasan pokok, dengan menggunakan model pembelajaran quantum.
b)        Membuat jadwal kunjungan
c)         Mempersiapkan instrument nontes dan tes. Instrumen nontes berupa lembar observasi dan wawancara. Instrument tes berupa tes uraian dan tes tindakan.
d)        Membuat media dan alat bantu pembelajaran.
e)         Menentukan cara observasi
f)         Menentukan jenis data dan cara pengumpulan data
4.      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksaaan Tindakan pada penelitian, meliputi :
a)         Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum.
b)        Pelaksanaan observasi.
c)         Pelaksanaan tes dilakukan pada akhir proses pembelajaran setiap siklus berlangsung.
d)        Pelaksanaan analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti.
5.      Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa Selma proses pembelajaran berlangsung.

6.      Refleksi
a)         Memeriksa cattan hasil observasi dan wawancara
b)        Menganlisis his tes menulis puisi berdasrkan gagasan pokok
c)         Mengidentifikasi masalah yang ditemukan dari analisi hasil observasi dan hasil tes.
d)        Menentukan solusi yang akan digunkan untuk perbaikan pembelajaran.
e)         Membuat perencanaan ulang dilkukan setelah kesimpulan dari pelaksanaan refleksi.

C.    Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 
1.        Tekhnik Pengumpulan Data
a.         Observasi
     Observasi merupakan teknik atau cara yang digunakan untuk mengukur kegiatan belajar siswa dan segala sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses, metode serta suasana kelas pada saat kegiatan belajar mengajar. Data hasil observasi digunakan peneliti sebagai penunjang untuk mengukur hasil belajar yang telah dilakukan. Dari hasil observasi yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan, peneliti mendapatkan suatu refleksi untuk melakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

b.     Lembar Kerja Siswa
Dalam teknik pengumpulan data, Lembar Kerja Siswa (LKS) diperlukan untuk panduan bagi siswa dalam memecahkan permasalahan yang dilakukan secara berkelompok. LKS digunakan dalam pembelajaran, untuk membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri melalui pembelajaran
c.      Lembar Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan untuk menilai keterampilan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat pada kegiatan pembelajaran. Dalam penilaian proses, memiliki skala nilai yang telah ditentukan berdasarkan aspek yang dinilai. Dalam pengamatan ini, penilaian proses yang dinilai adalah aspek keaktifan siswa terhadap kegiatan diskusi, aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
Penilaian proses dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek yang dinilai adalah keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi, keterampilan bertanya dan mengemukakan pendapat. Kriteria penilaian proses pada aspek keaktifan sebagai berikut




Tabel 1
Kriteria penilaian proses pada aspek keaktifan
Skor
Deskripsi
3
Siswa melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan petunjuk dalam LKS, aktif bertanya, dan beranimengemukakan pendapat.

2
Siswa melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan petunjuk dalam LKS, aktif dalam bertanya tetapi kurang berani mengemukakan pendapat.

1
Siswa melakukan kegiatan diskusi namun kurang sesuai dengan petunjuk LKS, kurang aktif bertanya, dan tidak berani mengemukakan pendapat.


d.      Evaluasi
Evaluasi dilakukan peneliti pada akhir pembelajaran. Kegiatan evaluasi ini dilakukan secara individu untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Evaluasi dilakukan pada setiap tindakan. Hasil evaluasi yang diperoleh dapat memberikan penjelasan bagi guru tentang hasil belajar yang dicapai oleh siswa secara klasikal
e.      Tekhnik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK), data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data kemudian diolah dan dianalisis secara sistematis. Data yang telah terkumpul, diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang berbentuk simbol atau kata-kata. Data yang termasuk ke dalam kategori kualitatif, yaitu data observasi, dan lembar kerja siswa. Sedangkan kategori data kuantitatif, yaitu data hasil evaluasi siswa. Data kualitatif digunakan untuk mendukung hasil yang diperoleh dari data kuantitatif.
Data kualitatif dianalisis dengan cara dikumpulkan dan diklasifikasikan untuk ditafsirkan agar data tersebut mempunyai makna. Untuk data kuantitatif diolah dan dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata dari data yang diperoleh. Hal ini dilakukan karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa secara klasikal, bukan secara individual. Setelah mendapatkan data nilai rata-rata, data tersebut diolah dan ditafsirkan secara kualitatif. Kegiatan analisis berdasarkan data yang diperoleh kemudian dikembangkan menjadi hipotesis untuk mendukung perumusan suatu kesimpulan penelitian.
Rumus :
Keterangan:
           = Rata-rata (Mean)
  = Jumlah seluruh nilai siswa
            = Banyaknya siswa
Metode ini dipilih oleh peneliti untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep pembelajaran mengenai benda dan sifatnya.
D.    Instrument penelitian
Penelitian ini menggunakan dua bentuk instrument, yaitu tes dan nontes.
1.      Instrumen tes
Instrumen dalam bentuk tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis puisi. Hal ini bertujun untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang puisi dan kemampuan siswa dalam menulis puisi pada pra siklus yaitu sebelum dikenai perlakuan. Demekian juga pada siklus I, II dan seterusnya dengan dikenai perlakuan yaitu penggunan model pembelajaran quantum. Ada beberapa aspek yang menjadi penilaian, yaitu meliputi: (1) kesesuaian isi dengan tema, (2) diksi, (3) rima, (4) pembaitan, (5) tipografi.
2.      Instrument Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini antara lain observasi dan wawancara.
3.      Instrumen Obsrvasi
Instrumen observasi ini digunakan untuk mengamati keadaan, sikap, respon, dan kesktifan siswa pada saat proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Lembar observasi yang digunakan adalah sebagai berikut:




Tabel 2
Lembar Observasi

NO.
FOKUS PENGAMATAN
HASIL OBSERVASI
1
2
3
4
5
1
Bagaimana kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran? (B1)





2
Bagaimana antusias siswa dalammendengarkan penjelasan guru? (B2)





3
Bagaimana keseriusan siswa dalam mengerjakan soal latihan? (B3)





4
Bagaimana siswa mengikuti alur kegiatan belajar? (B4)





5
Bagaimana aktifitas siswa melakukan kegiatan fisik dan mental (berpikir)? (B5)





6
Bagaimana interaksi siswa-guru dan siswa-siswa? (B6)





7
Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pembelajaran quantum? (B7)





Deskripsi :
Skor 5 = Sangat baik, jika jumlah anak yang terlibat 90% - 100%
Skor 4 = Baik, jika jumlah anak yang terlibat 70% - 89%
Skor 3 = Sedang, jika jumlah anak yang terlibat 50% - 69%
Skor 2 = Kurang, jika jumlah anak yang terlibat 30% - 49%
Skor 1 = Jelek, jika jumlah anak yang terlibat 29% - 0%


4.      Instrument wawancara
Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pembelajaran quantum. Wawancara tersebut dilakukan di luar proses pembelajaran dengan teknik Tanya jawab. Dalam wawancara tersebut mengungkapakan beberapa aspek, yaitu: (1) kesan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum, (2) minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi, (3) kesulitan apa yang dialami siswa pada saat pembelajaran menulis puisi,(4) pendapat siswa mengenai keuntungan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum, (5) saran siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum.

E.     Jenis data
1.      Data kuantitatif yaitu hasil belajar siswa yaitu hasil tes akhir pembelajaran setiap siklus
2.      Data kualitatif yaitu diperoleh dari penelitian ini yaitu hasil observasi dan wawancara dari setiap siklus.

F.     Teknik Analisis Data
1.      Teknik kuantitatif
Data kuantitatif dianalisis deskriptif, dengan langkah-langkah:
a.       Menghitung jumlah skor tiap siswa dan menentukan nilainya
b.      Menhitung jumlah nilai
c.       Menghitung rata-rata
d.      Menghitung nilai persentase ketuntasan belajar
2.      Teknik kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang sifatnya kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil data nontes. Data kualitatif dalam penelitian ini berasal dari observasi dan wawancara. Nalisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data nontes yang diperoleh.
a.       Prosedur Pengolahan Data
Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan format berikut :
Tabel 3
Format Pengolahan Data dan Kriteria Hasil Tes Siswa

Prosedur pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut :
1)      Menjumlahkan seluruh hasil penskoran setiap aspek sesuai dengan kategori tes menggunakan rumus :
2)      Menghitung nilai hasil tes dengan menggunakan rumus :
Nilai hasil tes X =
3)      Menghitung nilai rata-rata () dengan rumus :
rata-rata
4)      Menghitung presentase ketuntasan belajar pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 70, dengan menggunakan rumus:
% Ketuntasan
5)      Menghitung jumlah perolehan (frekwensi) dari setiap aspek kriteria penilaian dan mengolah data hasil penghitungan menjadi presentase jumlah dengan menggunakan rumus :
presentase =
b.      Kriteria Hasil tes Siswa
Menentukan kriteria penilaian hasil tes ialah melalui cara mencocokan nilai hasil tes pada kolom rentang pada asil tes dengan kriteria penilaian yang terdapat pada table kriteria hasil tes.
Tabel 4
Kriteria Instrumen Hasil tes

Rentang Nilai
Kriteria Hasil Penilaian
90 – 100
Sangat Kompeten (SK)
70 – 89
Kompeten (K)
50 – 69
Cukup Kompeten (CK)
30 – 49
Kurang Kompeten (KK)
29 – 10
Sangat Kurang Kompeten (SKK)

c.       Interprestasi Data
Dari hasil penghitungan presentase ketuntasan, kemudian diklasifikasi sesuai table Klasifikasi Interprestasi Tingkat Ketuntasan. (Aqib, 2009:41).




Tabel 5
Klasifikasi Interprestasi Ketuntasan Belajar Siswa

Tingkat Keberhasilan
Interprestasi
>80%
Sangat tinggi
60% - 79%
Tinggi
40% - 59%
Sedang
20% - 39%
Rendah
<20%
Sangat rendah

Demikian juga dari hasil penghitungan persentase perolehan (frekuensi) dari setiap aspek, kemudian diklasifikasi sesuai table Klasifikasi Interprestasi Hasil Penelitian untuk memeberikan makna dari data hasil pengolahan dan kriteria peningkatan.
Tabel 6
Klasifikasi Interprestasi Hasil Penelitian

Besar Presentase
Interprestasi
0%
Tidak ada
1% - 25%
Sebagian kecil
26% - 49%
Hamper setengahnya
50%
Setengahnya
51% - 75%
Sebagian besar
76% - 99%
Hamper seluruhnya
100%
Seluruhnya

Hasil perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan, yaitu antara pra siklus dengan siklus I dan antar siklus I dengan siklus II, dan seterusnya. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan kompetensi siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum.
3.      Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang sifatnya kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil data nontes. Data kualitatif dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data nontes yang diperoleh. Data yang diperoleh dari hasil pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dibandingkan dengan caramelihat hasil tes dan nontes sehingga dapat diketahui peningkatan perubahan perilakusiswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum.
a.       Prosedur Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut:
1)      Menjumlahkan seluruh hasil penskoran setiap butir dengan menggunakan rumus :


2)      Menghitung nilai hasil observasi menggunakan rumus :
nilai hasil pengamatan



b.      Kriteria dan Interprestasi Data Hasil Pengamatan
Menentukan seluruh penilaian hasil pengamatan ialah melalui cara mencocokan nilai hasil pengamatan dan kriteria penilaian yang terdapat pada Tabel Kriteria Penilaian Hasil Pengamatan.

Tabel 7
Kriteria Penilaian Hasil Pengamatan

Rentang Skor
Kriteria Hasil Penilaian
90 – 100
Baik Sekali
70 – 89
Baik
50 – 69
Cukup
30 – 49
Kurang
29 – 10
Kurang Sekali

G.    Jadwal Penelitian
Jadwal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2013/2014 dengan waktu kurang lebih  selama  tiga  bulan .   Adapun  kegiatan-kegiatan  yang  akan dilakukan meliputi :







Tabel 8
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan Penelitian
April
2014
Mei
2014
Juni
2014
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Tahap Persiapan













a.       Mengajukan Judul












b.       Mendapatkan SK Bimbingan












c.       Mengajukan Proposal Penelitian












d.       Mendapatkan Surat Izin Penelitian











2
Tahap Pelaksanaan













a.       Penyusunan Instrumen












b.      Uji Instrumen












c.       Pelaksanaan Penelitian









3
Tahap Pengolahan Data dan Penulisan Laporan













a.       Pengolahan Data









b.      Penyusunan Skripsi









No Responses to "Skripsi terlengkap PGSD, Bab I sampai Bab III"

Poskan Komentar