Halo Sobat ! | Members area : Register | Sign in
About me | SiteMap | Arsip | Terms of Use | Dcma Disclaimer




Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

Home » » Skripsi terlengkap PGSD, bab IV - bab V

Skripsi terlengkap PGSD, bab IV - bab V

Minggu, 28 September 2014

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan langsung dengan masalah-masalah yang diteliti, dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian yang meliputi hasil tes dan nontes, baik pada siklus I maupun siklus II. Hasil penelitian yang berupa tes kemampuan menulis puisi disajikan dalam bentuk data kuantitatif, sedangkan hasil penelitian nontes disajikan dalam bentuk deskriptif dan kualitatif. System penyajian data hasil tes kemampuan menulis puisi yang berupa angka ini disajikan dalam bentuk table dan diagram tersebut. Selanjutnya, untuk data nontes dipaparkan dalam bentuk rangkaian kalimat secara deskriptif. Data nontes yang dipaparkan pada setiap siklus berupa hasil observasi dan wawancara.
Hasil-hasil penelitia pada tiap siklus dapat diiterprestasikan sebagai berikut.
1.      Hasil Penelitian Siklus I
Hasil penelitian siklus I merupakan hasil pembelajaran dengan pemberian tindakan I, yaitu pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching, terdiri atas hasil tes menulis puisi dan hasil nontes yang meliputi perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci pada bagian berikut.
a.       Hasil Tes Siklus I
Hasil tes pada siklus I merupakan data hasil pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Kriteria penilaian pada siklus I ini meliputi empat aspek yaitu: (1) kesesuaian isi dengan tema, (2) diksi, (3) pembaitan, dan (4) tipografi. Secara umum hasil tes keterampilan menulis puisi pada pembelajaran siklus I dapatdilihat pada table 11 berikut.
Tabel 9
Hasil tes Menulis Puisi Siklus I

No.
Rentang Nilai
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
90 - 100
Sangat Kompeten
0
0
0
2
70 – 89
Kompeten
6
46.2 %
477
3
50 – 69
Cukup Kompeten
4
30.7 %
238
4
30 – 49
Kurang Kompeten
2
15.4%
79
5
0 – 29
Sangat Kurang Kompeten
1
7.7 %
14.5
Jumlah
13
100 %
808.5
Nilai Rata-rata
62.2

Data tabel 9 menunjukan bahwa belum ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat kompeten dengan rentang nilai 90-100, atau sebesar 0%. Kategori kompeten dengan rentang nilai 70-89 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 46.2 %. Kategori cukup kompeten dengan rentang nilai 50-69 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30.7%. Kategori kurang kompeten dengan rentang nilai 30-49 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15.4 %. Kategori sangat kurang kompeten dengan rentang nilai 0-29 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7.7%. Sedangkan nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis puisi pada siklus I adalah 62.2 dan dikategorikan cukup kompeten.
Untuk lebih jelasnya hasil kemampuan menulis puisi siswa pada siklus I dapat dilihat pada diagram 1 berikut.
Diagram 2.1
Hasil Tes Kernampuan Menulis Puisi pada Siklus I

Keterangan : 1 = Sangat Kompeten, 2 = Kompeten, 3 = Cukup Kompeten,
 4 = Kurang Kompeten, 5 = Sangat Kurang Kompeten

Diagram 2.1 menggambarkan bahwa batang untuk kategori kompeten paling tinggi yaitu pada angka 46.2 %. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan siswa dalam menulis puisi termasuk dalam kategori kompeten, sisanya berada pada kategori cukup kompeten dengan persentase 30.7 %, kategori kurang kompeten dengan persentase 15.4 %, dan kategori sangat kompeten dengan persentase 7.7%.
Nilai siklus I ini diperoleh dari penjumlahan skor masing-masing aspek, yaitu aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi, pembaitan, dan tipografi. Hasil masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut.
1)      Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema
Penilaian aspek kesesuaian isi dengan tema difokuskan pada kesesuaian struktur fisik puisi dan struktur batin puisi dalam puisi. Hasil penilaian tes menulis puisi siklus I pada aspek kesesuaian isi dengan tema dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
Tabel 10
Perolehan Skor Kesesuaian Isi dengan Tema pada Siklus I

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
2
15,3 %
10
2
4
Kompeten
5
38,4 %
20
3
3
Cukup Kompeten
3
23,1 %
9
4
2
Kurang Kompeten
2
15,3 %
4
5
1
Sangat Kurang Kompeten
1
7,6 %
1
Jumlah
13
100 %
44
Skor Rata-rata
3,4

Data pada tabel 10 menunjukkan skor rata-rata dalam aspek kesesuaian isi dengan tema adalah 3,4 dan termasuk dalam kategori kompeten, artinya penguasaan siswa sudah kompeten dalam aspek kesesuaian isi dengan tema. Perolehan nilai dalam kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 38,4 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,1 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, dan kategori sangat kurang kompeten dengan skor 1 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %.
2)      Aspek Diksi
Penilaian aspek penggunaan diksi pada puisi difokuskan pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut, untuk memperoleh keindahan atau nilai estetis dalam puisi. Hasil penelitian tes menulis puisi siklus I pada aspek diksi dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
Tabel 11
Perolehan Skor Aspek Diksi pada Siklus I

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
0
0 %
0
2
4
Kompeten
6
46,2 %
24
3
3
Cukup Kompeten
4
30,7 %
12
4
2
Kurang Kompeten
1
7,6 %
2
5
1
Sangat Kurang Kompeten
2
15,3 %
2
Jumlah
13
100 %
40
Skor Rata-rata
3,1

Data pada tabel 11 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek diksi adalah 3,1 termasuk dalam kategori cukup kompeten, artinya penguasaan siswa dalam aspek diksi sudah cukup kompeten. Dalam hal ini belum ada siswa yang termasuk kategori sangat kompeten dengan skor 5, sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 46,2 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %, dan kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %.
3)      Aspek Pembaitan
Penilaian aspek pembaitan pada puisi difokuskan pada ketepatan penyusunan bait yang digunakan dalam puisi tersebut. Hasil penelitian tes menulis puisi sikius I pada aspek pembaitan dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
Tabel 12
Perolehan Skor Aspek Pembaitan pada Siklus I

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
0
0 %
0
2
4
Kompeten
7
53,8 %
28
3
3
Cukup Kompeten
4
30,7 %
12
4
2
Kurang Kompeten
2
15,3 %
4
5
1
Sangat Kurang Kompeten
0
0 %
0
Jumlah
13
100 %
44
Skor Rata-rata
3,3

Data pada tabel 12 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek pembaitan adalah 3,3 atau termasuk dalam kategori cukup kompeten, artinya penguasaan siswa termasuk cukup kompeten dalam aspek pembaitan, meskipun belum ada siswa yang termasuk kategori sangat kompeten dengan skor 5. Sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 19 siswa atau sebesar 63,3 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 23,3 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 53,8 %, kategori cukup dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 % dan tidak seorangpun siswa yang berkategori sangat kurang kompeten atau sebesar 0 %.
4)      Aspek Tipografi
Penilaian aspek tipografi difokuskan pada keunikan dalam menampilkan bentuk puisi. Hasil penilaian tes menulis puisi siklus I pada aspek tipografi dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13
Perolehan Skor Aspek Tipografi pada Siklus I

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
0
0
0
2
4
Kompeten
5
38,4 %
20
3
3
Cukup Kompeten
4
30,7 %
12
4
2
Kurang Kompeten
3
23,1 %
6
5
1
Sangat Kurang Kompeten
2
7,6 %
1
Jumlah
13
100 %
39
Skor Rata-rata
3,0

Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor dalam aspek tipografi adalah 3,0 atau termasuk dalam kategori cukup kompeten, artinya penguasaan siswa dalam aspek tipografi sudah cukup kompeten, meskipun belum ada siswa yang termasuk kategori sangat kompeten. Sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 38,4 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,1 %, dan kategori sangat kurang kompeten dengan skor 1 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %.
Hasil perolehan skor rata-rata tes kemampuan menulis puisi pada sikus I dari aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi, pembaitan, dan tipografi, juga dapat dipaparkan pada diagram 2.2 berikut.
Diagram 2.2
Skor Rata-rata Kemampuan Menulis Puisi Tiap Aspek pada Siklus I

Keterangan:
A = Kesesuaian isi dengan tema, B = Diksi, C = Pembaitan, D = Tipografi

Diagram 2.2 menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam setiap aspek sudah merata, untuk aspek kesesuaian isi dengan tema sebesar 3,4, aspek diksi sebesar 3,1. aspek pembaitan sebesar 3,3, dan aspek tipografi sebesar 3,0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada siklus I adalah 3,2 dan termasuk dalam kategori cukup kompeten, artinya dari keempat aspek yang dinilai, rata-rata semuanya sudah cukup kompeten.

b.      Hasil Nontes Siklus
Hasil penelitian non tes siklus I diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Hasil selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut.
1)      Hasil Observasi
Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Observasi ini dilakukan oleh seorang observer yaitu guru mata pelajaran terkait selama pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus I, hasilnya 7 siswa atau 53,7 % atau sebagian besar siswa sudah dapat melakukan tugasnya, ini terlihat dari kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Ada 5 siswa atau 53,7 % atau sebagian besar siswa antusias dalam mendengarkan penjelasan uari guru. Ada 5 siswa atau 53,7 % atau sebagian besar siswa sudah serius dalam mengerjakan soal latihan. Ada 7 siswa atau 53,7 % atau sebagian besar siswa yang mengikuti alur pembelajaran. Ada 2 siswa atau 15,3 % atau hampir setengahnya siswa yang aktif dalam memberikan pertanyaan dan tanggapan selama proses pembelajaran. Ada 5 siswa atau 38,4 % atau sebagian besar siswa yang terlibat interaksi antara siswa-guru dan siswa-siswa. Ada 7 siswa atau 53,7 % atau sebagian besar siswa merespon positif pembelajaran menulis puisi dengan model pembelajaran quantum. Adapun skor hasil pengamatan terhadap prilaku siswa yang dilakukan oleh observer adalah 53,8 dengan kriteria cukup.
2)      Wawancara
Pada siklus I wawancara dilakukan pada tiga siswa yang mendapat nilai tertinggi, cukup dan nilai terendah pada hasil tes menulis puisi pada siklus I. Wawancara ini mencakup 7 pertanyaan, yaitu: (l) kesan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum, (2) minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi, (3) apa siswa termotivasi setelah melihat model puisi tentang peristiwa yang paling berkesan, (4) kesulitan apa yang dialami siswa pada saat pembelajaran menulis puisi, (5) pendapat siswa mengenai usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi selama proses pembelajaran, (6) pendapat siswa mengenai keuntungan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum, (7) saran siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum.
Kegiatan wawancara dilaksanakan di luar pembelajaran menulis puisi. Pada waktu pelaksanakan kegiatan wawancara siswa merasa canggung dan bingung atau kurang memahami maksud kegiatan diadakan wawancara ini. Namun, pada akhirnya siswa mengetahui tujuan diadakan kegiatan wawancara ini. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap tiga siswa, yaitu 1 orang siswa yang mencapai nilai tertinggi, 1 orang siswa yang mencapai nilai cukup, dan 1 orang siswa yang mencapai nilai terendah. Siswa yang mencapai nilai terendah merasa kurang berminat dalam mengkuti pembelajaran menulis puisi. Dari dua siswa lainnya cukup berminat dan senang dengan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum, karena pembelajaran seperti ini belum pernah diadakan sebelumnya meskipun masih terasa asing bagi siswa. Menurut mereka model pembelajaran quantum yang digunakan oleh guru dapat melatih siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan menulis puisi.
Dari hasil wawancara tersebut juga diketahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada saat menulis puisi. Kesulitan yang dialami siswa pada saat menulis puisi pada umumnya yaitu pada aspek kesesuaian isi dengan tema dan aspek diksi.

3)      Refleksi
Berdasarkan hasil tes kompetensi menulis puisi pada siklus I dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kompetensi menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01 adalah 55,6, dimana nilai tesebut termasuk dalam kategori cukup kompeten dengan rentang 50-69. Hasil tes tersebut belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu pada KKM 70. Demikian juga tingkat ketuntasan yang belum maksimal yaitu 53,7 %, padahal yang ditargetkan adalah di atas 75 %. Meskipun secara merata siswa sudah kompeten dalam setiap aspek. tetapi masih terdapat 53,6 % siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran menulis puisi, artinya terdapat hampir setengahnya siswa yang masih kesulitan dalam menulis puisi terutama dalam menentukan diksi (pilihan kata) secara tepat dan membuat tipografi, karena mereka masih kebingungan memahami aspek-aspek tersebut, sehingga hasil menulis puisi belum maksimal. Pada akhir siklus I belum terlihat adanya aktivitas siswa ke arah yang positif, karena baru 15,3 % atau hampir setengahnya siswa yang aktif. Untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada siklus I peneliti malakukan langkah-langkah (1) merefleksi hasit tes dan nontes pada siklus I, (2) memberikan penjelasan ulang dan lebih lanjut kepada siswa tentang pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum, (3) peneliti menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa saat menulis puisi.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan pembelajaran siklus II untuk memaksimalkan dan memperbaiki kekurangan pembelajaran siklus I agar kompetensi menulis puisi siswa dapat mencapai target yang diharapkan yaitu siswa kompeten dengan nilai rata-rata di atas 70, dengan tingkat ketuntasan di atas 75 %.
2.      Hasil Penelitian Siklus II
Tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I. Sebagaimana telah diungkapkan bahwa data hasil pembelajaran siklus I menunjukkan kemampuan siswa dalam menulis puisi termasuk dalam kategori cukup kompeten. Selain itu, masih terdapat tingkah laku siswa yang kurang mendukung pembelajaran. Misalnya, hampir sebagian siswa yang belum aktif terlibat dalam pembelajaran, misalnya acuh tak acuh, bergurau, bahkan menulis sambil berbicara dengan teman sebangkunya. Tindakan siklus II dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada siklus I dan sebagai upaya lebih lanjut dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi, dengan target nilai rata-rata di atas 70 dengan kategori kompeten, dan ketuntasan di atas 75 %.


a.       Hasil Tes Siklus II
Siklus II ini merupakan perlakuan tindakan penelitian lanjutan dari siklus I dalam menggunakan model pembelajaran quantum. Tindakan siklus II ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis puisi yang telah dicapai pada pembelajaran siklus I. Kriteria penilaiannya masih sama, yaitu meliputi empat aspek, (1) aspek kesesuaian isi denga tema, (2) aspek diksi, (3) aspek pembaitan, dan (4) aspek tipografi. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi siklus II juga terdiri atas data tes dan nontes. Hasil data tersebut secara rinci diuraikan sebagai berikut.
Tabel 14.
Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus II
No.
Rentang Nilai
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
90-100
Sangat Kompeten
1
7,6 %
95
2
70-89
Kompeten
7
53,8 %
556,5
3
50-69
Cukup Kompeten
3
23,1 %
178,5
4
30-49
Kurang Kompeten
2
15,3 %
79
5
0-29
Sangat Kurang Kompeten
0
0 %
0
Jumlah
13
100 %
90,9
Nilai Rata-rata
69,9

Data pada tabel 14 menunjukkan peningkatan rata-rata nilai siswa dalam menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum, yaitu nilai rata-rata yang dicapai 69,9 dan dikategorikan kompeten, yang jika dibandingkan dengan nilai rata-rata siklus I yaitu 55,6 maka terdapat kenaikan cukup signifikan yaitu sebesar 9,2 %. Demikian juga dengan tingkat persentase ketuntasannya adalah 80 %, yang jika diiterpretasikan termasuk dalam klasifikasi tinggi. Hal ini berarti terdapat peningkatan jika dibandingkan dengan tingkat ketuntasan siklus I, yaitu naik sebesar 33,3 %.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat kompeten dengan rentang nilai 90-100 dicapai oteh 1 siswa atau sebesar 3,3 %. Kategori kompeten dengan rentang nilai 70-89 dicapai oleh 22 siswa atau sebesar 73,3 %. Kategori cukup kompeten dengan rentang nilai 50-69 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 13,3 %. Kategori kurang kompeten dengan rentang nilai 30-49 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 10%. T'idak ada satupun siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan rentang nilai 0 - 29 atau sebesar 0 %. Untuk lebih jelasnya kemampuan menulis puisi siswa pada siklus II dapat dilihat pada diagram berikut.


















Diagram 2.3
Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus II

Keterangan : 1 = Sangat Kompeten, 2 = Kompeten, 3 = Cukup Kompeten,
 4 = Kurang Kompeten, 5 = Sangat Kurang Kompeten

Diagram 2.3 menunjukkan bahwa batang untuk kategori kompeten paling tinggi yaitu pada angka 53.8%. Hasil ini menunjukkan bahwa hampir seluruhnya siswa berkategori kompeten dalam kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum, sisanya berada pada kategori sangat kompeten dengan persentase 7.6 %, kategori cukup kompeten dengan persentase 23.1 %, kategori kurang kompeten dengan persentase 15.3 % dan sangat kurang kompeten dengan persentase 0 %. Nilai siklus II ini diperoleh dari penjumlahan skor masing-masing aspek, yaitu aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi, pembaitan, dan tipografi. Hasil masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut.
1)      Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema
Penilaian aspek kesesuaian isi dengan tema difokuskan pada kesesuaian struktur fisik puisi dan struktur batin puisi dalam puisi. Hasil penilaian tes menulis puisi siklus II pada aspek kesesuaian isi dengan tema dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15
Perolehan Skor Aspek Kesesuaian isi dengan Tema pada Siklus II

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
2
15,3 %
10
2
4
Kompeten
6
46,2 %
24
3
3
Cukup Kompeten
4
30,7 %
12
4
2
Kurang Kompeten
1
7,6 %
2
5
1
Sangat Kurang Kompeten
0
0
0
Jumlah
13
100 %
48
Nilai Rata-rata
3,6

Data pada tahel 15 menunjukkan bahwa skor rata-rata dalam aspek kesesuaian isi dengan tema adalah 3,6 dan termasuk dalam kategori kompeten, artinya siswa kompeten dalam penguasaan aspek kesesuaian isi dengan tema. Perolehan skor dalam kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 46,2 %, katebori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %, dan tidak seorangpun siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau sebesar 0 %.
2)      Aspek Diksi
Penilaian aspek diksi dalam puisi difokuskan pada pilihan kata yang digunakan dalam puisi untuk memperoleh keindahan atau nilai estetis puisi tersebut. Hasil penelitian tes menulis puisi siklus II pada aspek diksi dapat dilihat pada tabe1 16 berikut.
Tabel 16
Perolehan Skor Aspek Diksi pada Siklus II

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
0
0
0
2
4
Kompeten
7
53,8
28
3
3
Cukup Kompeten
3
23,1
9
4
2
Kurang Kompeten
2
15,3
4
5
I
Sangat Kurang Kompeten
1
7,6
1
Jumlah
13
100
42
Nilai Rata-rata
3,2

Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa skor rata - rata dalam aspek pembaitan adalah 3,2 atau termasuk dalam kategori kompeten, artinya penguasaan siswa dalarn aspek pembaitan termasuk kompeten, meskipun ada siswa yang termasuk kategori sangat kompeten. Kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 53,8 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,1 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, dan kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %.
3)      Aspek Pembaitan
Penilaian aspek pembaitan dalam puisi difokuskan pada ketepatan penyusunan bait yang digunakan dalam puisi tersebut. Hasil penelitian tes menulis puisi siklus II pada aspek pembaitan dapat dilihat pada tabel 17 berikut.
Tabel 17
Perolehan Skor Aspek Pembaitan pada Siklus II

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
2
15,3 %
10
2
4
Kompeten
5
38,4 %
20
3
3
Cukup Kompeten
4
30,7 %
12
4
2
Kurang Kompeten
2
15,3 %
4
5
I
Sangat Kurang Kompeten
0
0 %
0
Jumlah

100 %
46
Nilai Rata-rata
3,5
           
Data pada tabel 17 menunjukan skor rata-rata dalam aspek pembaitan adalah 3,5 atau termasuk dalam kategori kompeten, artinya penguasaan siswa dalam aspek pembaitan termasuk kompeten. Adapun kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3%, kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 38,4 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, dan tidak seorangpun siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau sebesar 0 %
4)      Aspek Tipografi
Penilaian aspek tipografi difokuskan pada keunikan dalam menampilkan bentuk puisi. Hasil penilaian tes menulis puisi siklus II pada aspek tipografi dapat dilihat pada tabel 18 berikut.
Tabel 18
Perolehan Skor Aspek Tipografi pada Siklus II

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
0
0
0
2
4
Kompeten
6
46,2
24
3
3
Cukup Kompeten
4
30,7
12
4
2
Kurang Kompeten
2
15,3
2
5
I
Sangat Kurang Kompeten
1
7,6
1
Jumlah
13
100
41
Nilai Rata-rata
3,1

Data pada tabel 18 menunjukkan skor rata-rata dalam aspek tipografi adalah 3,1 atau termasuk dalam kategori cukup kompeten, artinya penguasaan siswa dalam aspek tipografi sudah cukup kompeten, meskipun belum ada siswa yang termasuk kategori sangat kompeten. Sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 46,2 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, dan kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %.
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada siklus II dari aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi, pembaitan, dan tipografi dapat ditunjukkan pada diagram berikut.
Diagram 2.4
Skor Rata-rata Kemampuan Menulis Puisi Tiap Aspek pada Siklus II

Keterangan:
A = Kesesuaian isi dengan tema, B = Diksi, C = Pembaitan, D = Tipografi
Diagram 2.4 menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa dalam aspek kesesuaian isi dengan tema sebesar 3,6, skor aspek diksi sebesar 3,2, skor aspek pembaitan sebesar 3,5, dan skor aspek tipografi sebesar 3,1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada siklus II untuk setiap aspek rata-rata termasuk dalam kategori kompeten.
b.      Hasil Nontes Siklus II
Hasil penelitian nontes siklus II diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut.
1)      Hasil Observasi
Seperti pada siklus I, pengumpulan data melalui observasi siklus II ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus II. Observasi ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung, oleh seorang observer yaitu guru mata pelajaran terkait sebagaimana pada siklus I. Dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus II hasilnya 8 siswa atau 61,5 % atau hampir seluruhnya siswa terlibat dalam pembelajaran, ini terlihat dari kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Terdapat 8 siswa atau 61,5 % atau hampir seluruhnya siswa antusias dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Ada 9 siswa atau 69,3 % atau sebagian besar siswa sudah serius dalam mengerjakan soal latihan. Ada 8 siswa atau 61,5 % atau hampir seluruhnya siswa yang mengikuti alur pembelajaran menulis puisi. Ada 8 siswa atau 6 % atau setengahnya siswa yang aktif dalam memberikan pertanyaan dan tanggapan selama proses pembelajaran. Ada 6 siswa atau 46,2 % atau sebagian besar siswa yang terlibat interaksi antara siswa-guru dan siswa-siswa. Ada 8 siswa atau 61,5 % atau hampir seluruhnya siswa merespon positif pembelajaran menulis puisi dengan model pembelajaran quantum.
2)      Wawancara
Pada siklus II ini wawancara dilakukan sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, yaitu kepada tiga siswa yang sudah diwawancarai pada siklus I yakni siswa yang mendapat nilai tertinggi, cukup dan nilai terendah pada hasil tes menulis puisi. Wawancara inipun masih mencakup 7 pertanyaan yang sama dan dilaksanakan setelah pembelajaran menulis puisi siklus II selesai.
Pelaksanakan kegiatan wawancara siklus II tampaknya siswa sudah mulai merasa senang dan memahami maksud diadakan kegiatan wawancara ini. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap tiga siswa, dua siswa tersebut menyatakan tertarik dan senang dengan adanya pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum karena dengan adanya pembelajaran yang demikian membuat siswa menjadi merasa senang dan pembelajaran tidak membosankan, sedangkan satu siswa masih merasa kebingungan. Menurut mereka pembelajaran menulis puisi yang dilaksanakan oleh guru sudah tepat karena siswa merasa lebih bersemangat dalam menulis puisi. Kesan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum ini cukup baik dibandingkan pembelajaran menulis puisi sebelumnya. Menurut mereka dengan adanya pembelajaran yang demikian membantu siswa untuk dapat menulis puisi dengan baik. karena proses pembelajaran ini dapat meningkatkan daya kreatifitas.
3)      Refleksi
Nilai kompetensi menulis puisi siswa kelas SD Negeri Bulusari 01 pada pembelajaran siklus lI mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pembelajaran siklus I. Nilai rata-rata siswa pada siklus II mencapai 69,9 dalam ketegori kompeten, yang semula pada siklus I hanya 62.2 dalam kategori cukup kompeten. Meskipun demikian target yang ditentukan belum tercapai yaitu nilai rata-rata di atas 75.
Hasil dari pembeiajaran siklus II ini ternyata berdampak positif terhadap minat belajar siswa. Suasana belajar pada iklus II ini lebih kondusif, siswa senang dengan pembelajaran menulis puisi dengan mengunakan model pembelajaran quantum ini, dan siswa cukup antusias mengikuti pembelajaran dengan segala tugas yang diberikan peneliti. Meskipun demikian baru setengahnya siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus II yang belum mencapai target yang diharapkan dan perilaku siswa yang belum maksimal maka pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
3.      Hasil Penelitian Siklus III
Tindakar siklus III dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus II, karena hasil pembelajarara pada siklus II dirasakan belum optimal. Sebagaimana telah diungkapkan bahwa data hasil pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa meskipun kemampuan siswa dalam menulis puisi sudah termasuk dalam kategori kompeten, namun nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belum mencapai target yang diharapakan. Selain itu, masih terdapat prilaku siswa yang kurang mendukung pembelajaran. Misalnya, baru sebagian siswa yang sudah aktif terlibat dalam pembelajaran, sementara sebagian lagi masih acuh tak acuh, bergurau, bahkan menulis sambil berbicara dengan teman sebangkunya. Tindakan siklus III dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada siklus II dan sebagai upaya lebih lanjut dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.
a.       Hasil Tes Siklus III
Siklus III ini merupakan perlakuan tindakan penelitian lanjutan dari siklus II dalam menggunakan model pembelajaran quantum. Tindakan siklus III ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis puisi yang telah dicapai pada pembelajaran siklus II. Kriteria penilaiannya masih sama, yaitu meliputi empat aspek, (1) :apek kesesua.ian isi dengan tema, (2) aspak diksi, (3) aspek pembaitan, dan (4) aspek tipografi. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi siklus III juga terdiri atas data tes dan nontes. Hasil data tersebut secara rinci disajikan dalam tabel 19.
Data pada tabel 19 menunjukkan nilai rata-rata dalam menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Nilai rata-rata pada siklus III adalah 76,2 dan dikategorikan kompeten, yang jika dibandingkan dengan nilai rata-rata siklus II yaitu 69,9 maka terdapat kenaikan sebesar 6,3.
Tabel 19
Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus III

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
5
38,4 %
475
2
4
Kompeten
3
38,6 %
238,5
3
3
Cukup Kompeten
4
30,7 %
238
4
2
Kurang Kompeten
1
7,6 %
39,5
5
I
Sangat Kurang Kompeten
0
0 %
0
Jumlah
13
100 %
991
Nilai Rata-rata
76,2

Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat kompeten dengan rentang nilai 90-100 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 38,4 %. Kategori kompeten dengan rentang nilai 70-89 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,1 %. Kategori cukup kompeten dengan rentang nilai 50-69 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %. Kategori kurang kompeten dengan rentang nilai 30-49 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %. Tidak ada satupun siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan rentang nilai 0 - 29 atau sebesar 0 %. Untuk memperjelas perbandingan setiap kategori kemampuan menulis puisi siswa pada siklus III dapat dilihat pada diagram 2.5 berikut.
Diagram 2.5
Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus II

Keterangan : 1 = Sangat Kompeten, 2 = Kompeten, 3 = Cukup Kompeten,
         4 = Kurang Kompeten, 5 = Sangat Kurang Kompeten
Diagram 2.5 menunjukkan bahwa batang untuk kategori kompeten paling tinggi yaitu pada angka 38.4%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan siswa dalam menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum termasuk dalam kategori kompeten, sedangkan hampir setengahnya siswa berada pada kategori sangat kcmpeten dengan persentase 30.7 %. Adapun sebagian kecil siswa termasuk kategori cukup kompeten dan kurang kompeten dengan persentase masing-rnasing 23.1 % dan 7.6 %, serta tidak ada siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan persentase 0 %. Nilai siklus III ini diperoleh dari penjumlahan skor masing­masing aspek, yaitu aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi, pembaitan, dan tipografi. Hasil masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut.
1)      Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema
Penilaian aspek kesesuaian isi dengan tema difokuskan pada kesesuaian struktur fisik puisi dan struktur batin puisi dalam puisi. Hasil penilaian tes menulis puisi siklus III pada aspek kesesuaian isi dengan tema dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20
Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema pada Siklus III

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
6
46,1 %
30
2
4
Kompeten
5
38,4 %
20
3
3
Cukup Kompeten
2
15,3 %
6
4
2
Kurang Kompeten
0
0 %
0
5
I
Sangat Kurang Kompeten
0
0 %
0
Jumlah
13
100 %
56
Nilai Rata-rata
4,3

Data pada tabel 20 menunjukkan bahwa skor rata-rata dalam aspek kesesuaian isi dengan tema adalah 4,3 dan termasuk dalam kategori kompeten, artinya siswa kompeten dalam penguasaan aspek kesesuaian isi dengan tema. Perolehan skor dalam kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 46,1 %%, kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 38,4 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, tidak seorangpun siswa yang termasuk kategori kurang kompeten dengan skor 2 atau sebesar 0 % dan tidak seorangpun siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau sebesar 0%.
2)      Aspek Diksi
Penilaian aspek diksi dalam puisi difokuskan pada pilihan kata yang digunakan dalam puisi untuk memperoleh keindahan atau nifai estetis puisi tersebut. Hasil penelitian tes menulis puisi siklus III pada aspek diksi dapat dilihat pada tabel 21 berikut.
Tabel 21
Perolehan Skor Aspek Diksi pada Siklus III

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
4
30,7 %
20
2
4
Kompeten
3
23,1 %
12
3
3
Cukup Kompeten
4
30,7 %
12
4
2
Kurang Kompeten
2
15,3 %
4
5
I
Sangat Kurang Kompeten
0
0 %
0
Jumlah

100 %
48
Nilai Rata-rata
3,6

Data pada tabel 21 menunjukkan bahwa skor rata-rata dalam aspek pembaitan adalah 3,6 atau termasuk dalam kategori kompeten, artinya penguasaan siswa dalam aspek pembaitan termasuk kompeter.. Kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 4 siswa ataa sebesar 30,7 %, sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,1 %, kategori cukup kompsten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, dan tidak seorangpun siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau sebesar 0 %.
3)      Aspek Pembaitan
Peniiaian aspek pembaitan dalam puisi difokuskan pada ketepatan penyusunan bait yang digunakan dalam puisi tersebut. Hasil penelitian tes menulis puisi siklus III pada aspek pembaitan dapat dilihat pada tabel 22 berikut.
Tabel 22
Perolehan Skor Aspek Pembaitan pada Siklus III

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
5
38,4 %
25
2
4
Kompeten
4
30,7 %
16
3
3
Cukup Kompeten
3
23,1 %
9
4
2
Kurang Kompeten
1
7,6 %
2
5
I
Sangat Kurang Kompeten
0
0 %
0
Jumlah
13
100 %
52
Nilai Rata-rata
4,0

Data pada tabel 22 menunjukkan skor rata-rata dalam aspek pembaitan adalah 3,84,0 atau termasuk dalam kategori kompeten, artinya penguasaan siswa dalam aspek pembaitan termasuk kompeten. Adapun kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 38,4 %, kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,1 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 31 siswa atau sebesar 7,6 %, dan tidak ada siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau 0 %.
4)      Aspek Tipografi
Penilaian aspek tipografi difokuskan pada keunikan dalam menampilkan bentuk puisi. Hasil penilaian tes menulis puisi siklus III pada aspek tipografi dapat dilihat pada tabel 23 berikut.
Tabel 23
Perolehan Skor Aspek Tipografi pada Siklus III

No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
Bobot
1
5
Sangat Kompeten
3
23,1 %
15
2
4
Kompeten
5
38,4 %
20
3
3
Cukup Kompeten
4
30,7 %
12
4
2
Kurang Kompeten
1
7,6 %
2
5
I
Sangat Kurang Kompeten
0
0 %
0
Jumlah
13
100 %
49
Nilai Rata-rata
3,7

Data pada tabel 23 menunjukkan skor rata-rata dalam aspek tipografi adalah 3,7 atau termasuk dalam kategori kompeten, artinya penguasaan siswa dalam aspek tipografi sudah kompeten. Adapun kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,1 %. Sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oieh 5 siswa atau sebesar 38,4 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %, dan tidak ada siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau sebesar 0%.
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada siklus III dari aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi, pembaitan, dan tipografi dapat ditunjukkan pada diagram 2.6 berikut.
Diagram 2.6
Skor Rata-rata Kemampuan Menulis Puisi Tiap Aspek pada Siklus III

Keterangan:
A = Kesesuaian isi dengan tema, B = Diksi, C = Pembaitan, D = Tipografi
Diagram 2.6 menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa dalam aspek kesesuaian isi dengan tema sebesar 4,3, skor aspek diksi sebesar 3,6, skor aspek pembaitan sebesar 4,0, dan skor aspek tipografi sebesar 3,7. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada siklus III untuk setiap aspek, rata-ratanya 3,9 dan termasuk dalam kategori kompeten.
b.      Hasil Nontes Siklus III
Seperti halnya pada siklus I dan II, hasil penelitian nontes siklus III pun diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut.
1)      Hasil Observasi
Seperti pada siklus I dan II, pengumpulan data melalui observasi siklus III ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Observasi ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung, oleh seorang observer yaitu guru mata pelajaran terkait sebagaimana pada siklus I dan II. Dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus III hasilnya 13 siswa atau 100 % atau seluruh siswa sudah terlibat dalam pembelajaran, ini terlihat dari kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Terdapat 12 siswa atau 92,2 % atau hampir seluruhnya siswa antusias dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Ada 13 siswa atau 99,8 % atau sebagian besar siswa sudah serius dalam mengerjakan soal latihan. Ada 7 siswa atau 53,7 % atau hampir seluruhnya siswa yang mengikuti alur pembelajaran menulis puisi. Ada 9 siswa atau 69,2 % atau sebagian besar siswa yang aktif dalam memberikan pertanyaan dan tanggapan selama proses pembelajaran. Ada 25 siswa atau 83,3 % atau sebagian besar siswa yang terlibat interaksi antara siswa-guru dan siswa-siswa. Ada 13 siswa atau 99,8 % atau hampir seluruhnya siswa merespon positif pembelajaran menulis puisi dengan model pembelajaran quantum.
2)      Wawancara
Pada siklus III ini wawancara dilakukan sebagaimana yang dilakukan pada siklus I dan II, yaitu kepada tiga siswa yang sudah diwawancarai pada siklus sebelumnya, yakni siswa yang mendapat nilai tertinggi, nilai sedang dan nilai terendah pada hasil tes menulis puisi. Wawancara inipun masih mencakup 7 pertanyaan yang sama dan dilaksanakan setelah pembelajaran menulis puisi siklus III selesai.
Pelaksanakan kegiatan wawancara siklus III tampaknya siswa sudah merasa terbiasa dan senang dan memahami maksud diadakan kegiatan wawancara ini. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap tiga siswa, semua siswa tersebut menyatakan sangat tertarik dan senang dengan adanya pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum karena dengan adanya pembelajaran yang demikian membuat siswa menjadi merasa lebih bebas berpendapat dan pembelajaran menjadi tidak membosankan. Menurut mereka pembelajaran menulis puisi yang dilaksanakan oleh guru sudah sangat tepat karena siswa merasa bersemangat dalam menulis puisi mengenai pengalamannya masing-masing. Kesan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum ini cukup baik dibandingkan pembelajaran menulis puisi sebelumnya. Menurut mereka dengan adanya pembelajaran yang demikian membantu siswa untuk dapat menulis puisi dengan baik karena proses pembelajaran ini dapat meningkatkan daya kreatifitas, sehingga siswa yang tadinya tidak menyukai pembelajaran menulis puisi menjadi senang dan lebih bersemangat. Dan harapan mereka untuk pembelajaran menulis puisi yang akan datang lebih ditingkatkan lagi agar, siswa menjadi senang dan termotivasi. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum yang diterapkan oleh peneliti sudah berhasil meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa dalam menulis puisi.
3)      Refleksi
Nilai kompetensi menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01 pada pembelajaran siklus III mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pembelajaran siklus I dan II. Nilai rata-rata siswa pada siklus III mencapai 76,2 dalam ketegori kompeten, yang semula pada siklus II hanya 69,9 dalam kategori kompeten. Hasil dari pembelajaran siklus III ini ternyata berdampak positif terhadap minat belajar siswa, karena suasana belajar pada siklus III ini lehih kondusif dan siswa senang dengan pembelajaran menulis puisi dengan mengunakan model pembelajaran quantum ini. Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran dengan segala tugas yang diberikan peneliti. Selain itu, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa pun dengan senang hati menulis puisi berdasarkan pengalamannya sendiri yang paling menarik, berdasarkan gagasan pokoknya. Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa yang mulai senang dengan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus III yang sudah cukup memuaskan dan sudah mencapai target yang diharapkan, maka pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching tidak perlu lagi dilaksanakan siklus berikutnya.

B.     Pembahasan Menyeluruh Siklus I Sampai Siklus III
Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada hasil pembelajaran pada siklus I, siklus II dan siklus III, yang meliputi hasil tes dan nontes. Hasil tes tiap siklus adalah berupa tes kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok, dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching , sedangkan hasil nontes adalah berupa observasi dan wawancara. Fokus pembahasan meliputi perbandingan dan catatan perkembangan kemajuan kemampuan menulis puisi dari hasil penelitian pada siklus I sampai dengan siklus III. Untuk membandingkan antar siklus, data disajikan dalam bentuk diagram batang, agar mudah dilihat perbedaannya. Sedangkan untuk melihat perkembangan kemajuan kemampuan menulis puisi, data disajikan dalam tabel, kemudian dihitung besar kemajuannya dalam bentuk bilangan.
1.      Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi dari Setiap Siklus
Untuk menunjukkan pengaruh model pembelajaran quantum teaching terhadap kemarapuan siswa dalam menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01, maka peneliti perlu membandingkan hasil penelitian dari setiap siklus. Hasil penelitian yang dibandingkan adalah nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis puisi dan perubahan perilaku atau aktivitas siswa pada setiap siklus. Perbandingan tersebut tampak pada tahapan penelitian tindakan kelas, yaitu nilai rata-rata hasil tes siklus I, siklus II, dan siklus III, yang digambarkan pada diagram 2.7.









Diagram 2.7
Perbandingan Nilai Rata-rata Tes Kemampuan Menulis Puisi

Diagram 2.7 menunjukkan bahwa nilai hasil tes kemampuan menulis puisi siswa pada siklus I mencapai nilai rata-rata 62.2 dari jumlah keseluruhan siswa atau berada pada kategori cukup kompeten. Nilai hasil tes kemampuan menulis puisi pada siklus II mencapai nilai rata-rata 69.9 dari jumlah keseluruhan siswa atau berada pada kategori kompeten. Sedangkan nilai hasil tes kemampuan menulis puisi pada siklus III mencapai rata-rata 76.2 dari jumlah keseluruhan siswa kelas V atau berada pada kategori kompeten. Jika kita bandingkan antara kemampuan menulis puisi siswa pada siklus I dengan siklus II dan antara siklus II dengan siklus III, ternyata mengalami peningkatan. Hal ini terlihat jelas dari diagram 4.7, dimana batang siklus II lebih tinggi dari batang siklus I, demikian juga batang siklus III lebih tinggi dari batang siklus I dan siklus II.
Agar lebih rinci perbandingan kemampuan menulis puisi siswa akan disajikan dalam setiap aspek untuk setiap siklusnya. Perbandingan ini akan nampak jelas pada diagram 2.8 berikut.
Diagram 2.8
Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi Setiap Aspek

Keterangan :    A = Aspek Kesesuaian isi dengan tema; B = Aspek Diksi;
C = Aspek Pembaitan; D = Aspek Tipograf

Diagram 2.8 menunjukkan bahwa perbandingan antar siklus mengalami perubahan ke arah yang positif untuk setiap aspek kemampuan siswa. Kemampuan aspek kesesuaian isi dengan tema pada siklus I sebesar 3,4 siklus II sebesar 3,6 siklus III sebesar 4.3 dan semuanya termasuk kategori kompeten. Kemampuan siswa pada aspek diksi pada siklus I sebesar 3.1 dengan kategori cukup kompeten, sedangkan siklus II sebesar 3.2 siklus III sebesar 3.6 dan keduanya termasuk kategori kompeten. Kemampuan siswa pada aspek pembaitan pada siklus I sebesar 3.3 siklus II sebesar 3.5 siklus III sebesar 4.0, dan semuanya termasuk kategori kompeten. Kemampuan siswa pada aspek tipografi pada siklus I sebesar 3.0dan siklus II sebesar 3.1 dengan kategori cukup kompeten, sadangkan pada siklus III sebesar 3.7 dengan kategori kompeten. Jika kita perhatikan bahwa kemampuan setiap aspek pada umumnya mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.
Meningkatnya perbandingan kemampuan menulis puisi siswa dari siklus ke siklus, berdampak pada meningkatnya perbandingan tingkat persentase ketuntasan belajar siswa. Keadaan ini dapat diilustrasikan dalam diagram 2.9 berikut.
Diagram 2.9
Perbandingan Tingkat Persentase Ketuntasan Setiap Siklus

Seperti yang tampak pada diagram 2.9 di atas bahwa tingkat persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 38.4 %, siklus II sebesar 61.5 %, dan siklus III sebesar 84.5 %. Pada ketiga siklus ini klasifikasi ketuntasanya termasuk tinggi dan jelas terlihat dari gambar, adanya peningkatan dari siklus ke siklus.
2.      Perkembangan Kemajuan Kemampuan Menulis Puisi Setiap Siklus
Setelah membandingkan hasil penelitian pada setiap siklus, maka akan diketahui seberapa besar perkembangan kemajuan atau peningkatan hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Kemajuan yang akan dibahas adalah catatan kemajuan dalam kemampuan menulis puisi dan catatan kemajuan perilaku siswa dalam pembelajaran.
Kemajuan kemampuan menulis puisi dapat ditunjukkan oleh nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis puisi dan tingkat persentase ketuntasan dari siklus I, siklus II, dan siklus III, seperti yang disajikan dalam tabel 24.
Tabel 24
Kemajuan Nilai Rata-rata Kemampuan
Menulis Puisi dan Tingkat Ketuntasan

Aspek
Siklus
Kemajuan I ke II
Kemajuan II ke III
I
II
III
S2-S1
S3-S2
Nilai Rataan
62.2
69.9
76.2
7.7
6.3
Ketuntasan
38.4
61.5
84.5
23.1
23

Berdasakan tabel 24 rekapitulasi hasil penelitian di atas, nilai rata-rata kemampuan menulis puisi dari siklus I ke siklus II mengalami kemajuan sebesar 7.7 %, dan dari siklus II ke siklus III mengalami kemajuan sebesar 6,3 %, Demikian juga dengan tingkat ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 23,1 %, dan dari siklus II ke siklus III mengalami kemajuan sebesar 23 %.
Demikian juga dari hasil wawancara diketahui bahwa pada siklus II dan III sebagian besar siswa mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran quantum dapat membantu mereka dalam menulis puisi. Hal ini menunjukkan adanya respon'siswa yang lebih baik dibandingkan dengan hasil wawancara pada sikius I. Meskipun hasil tes kemampuan menulis puisi pada siklus I belum termasuk pada kategori kompeten dan masih terdapat perilaku siswa yang negatif, namun setidaknya kondisi yang tergambar pada siklus I ini merupakan permasalahan yang sudah dapat dipecahkan pada pembelajaran siklus II dan III.
Pola pembelajaran pada siklus II dan III juga merupakan pertimbangan pendapat dari siswa yang tercantum pada hasil wawancara. Secara umum, siswa menginginkan bentuk pembetajaran yang sama yaitu pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum, karena mereka merasa senang dengan adanya kebebasan yang diberikan guru untuk berkreasi sendiri. Dengan pola pembelajaran seperti ini diharapakan dapat meningkatkan daya kretifitas siswa dan perkembangan kognitifnya, karena hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran quantum teaching bahwa guru memandang siswa sebagai individu yang memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Di sini guru lebih sedikit memberikan materi pembelajaran tetapi lebih banyak memberikan arahan untuk pembentukan karakter yaitu menumbuhkan minat belajar dengan tujuan membantu siswa dapat mengembangkan konsepnya sendiri. Karena kesadaran mereka semakin tumbuh akhirnya mereka tidak lagi ramai, ngobrol dengan teman sebangkunya, menyepelekan hasil karya temannya dan juga tidak ada yang merasa malu lagi hasil karyanya dilihat orang lain.
Hasil observasi dan wawancara di atas dapat memberi petunjuk bahwa hasil belajar dalam pembelajaran menunjukkan adanya perkembangan dan perubahan dari pra siklus ke siklus. Perkembangan dan perubahan ini mengarah pada hasil belajar yang lebih baik, dimana siswa semakin giat dan sungguh-sungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan, dan suasana kelas pun menjadi aktif dan lebih hidup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching sangat menarik, karena dapat membantu siswa untuk berkreasi dan berekspresi dalam menulis puisi. Siswa lebih termotivasi, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam menulis puisi.
Berkembangnya kemajuan kemampuan menulis puisi, ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi berdasarkan gagasan pokok, dengan menggunakan model pembelajaran quantum layak digunakan, karena melalui pembelaja.ran tersebut siswa lebih semangat, senang, dan bebas berekspresi serta berkreativitas dalam pembelajaran. Meskipun hasil akhir siklus III menunjukkan bahwa masih terdapat 5 siswa yang masih kurang kompeten dalam menulis puisi, namun berdasarkan hasil pengamatan, ketiga siswa tersebut termasuk siswa kelompok bawah, karena kemampuan dasar menulis dan membaca mereka memang masih rendah atau di bawah rata-rata. Hal ini memerlukan perhatian khusus bagi ketiga anak tersebut.

Berdasarkan deskripsi pada hasil pembahasan di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi kelas V SD Negeri Bulusari 01.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang disajikan pada bab sebelumnya maka diperoleh jawaban jawaban atas rumusan-rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu Penggunaan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis puisi dari prasiklus ke setiap siklus, yaitu pada prasiklus nilai rata-ratanya 60.8, siklus I nilai rata-ratanya adalah 62.2 dengan kategori cukup kompeten, siklus II nilai rata-ratanya adalah 69.9 dengan kategori kompeten, dan siklus III nilai rata-ratanya adalah 76.2. artinya dari prasiklus ke siklus I  terdapat peningkatan 1,4% dan dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan7,7% dan dari siklus II ke siklus II terdapat peningkatan 6,3%, dengan demikian dari prasiklus ke siklus III terdapat peningkatan 15,4%.
Dapat disimpulkan bahwa Penggunaan model pembelajaran quantum teaching efektif dapat meningkatkan hasil belajar menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.



B.    

111
 
Saran
Dari pengalaman melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian, bahwa pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai hasil yang lebih baik jika kita mau meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.      Penggunaan model pembelajaran quantumteaching  dapat membantu siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi, oleh karena itu model pembelajaran quantum perlu dikembangkan dan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran.
2.      Hasil penelitian ini akan bermanfaat jika ditindaklanjuti untuk penyempurnaan kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran dapat lebih berkualitas dan berhasil guna.
3.      Kepada peneliti yang lain, diharapkan melakukan penelitian iebih lanjut mengenai efektifitas penggunaan model pembelajaran quantum teaching pada pembelajaran kompetensi yang lain, selain kompetensi menulis puisi.
 

No Responses to "Skripsi terlengkap PGSD, bab IV - bab V"

Poskan Komentar