BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Data hasil
penelitian yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan langsung dengan
masalah-masalah yang diteliti, dengan cara pengamatan langsung terhadap objek
penelitian yang meliputi hasil tes dan nontes, baik pada siklus I maupun siklus
II. Hasil penelitian yang berupa tes kemampuan menulis puisi disajikan dalam
bentuk data kuantitatif, sedangkan hasil penelitian nontes disajikan dalam
bentuk deskriptif dan kualitatif. System penyajian data hasil tes kemampuan
menulis puisi yang berupa angka ini disajikan dalam bentuk table dan diagram
tersebut. Selanjutnya, untuk data nontes dipaparkan dalam bentuk rangkaian
kalimat secara deskriptif. Data nontes yang dipaparkan pada setiap siklus berupa
hasil observasi dan wawancara.
Hasil-hasil
penelitia pada tiap siklus dapat diiterprestasikan sebagai berikut.
1.
Hasil Penelitian Siklus I
Hasil
penelitian siklus I merupakan hasil pembelajaran dengan pemberian tindakan I,
yaitu pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching, terdiri atas hasil tes
menulis puisi dan hasil nontes yang meliputi perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci pada
bagian berikut.
a. Hasil
Tes Siklus I
Hasil tes pada
siklus I merupakan data hasil pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan
model pembelajaran quantum. Kriteria
penilaian pada siklus I ini meliputi empat aspek yaitu: (1) kesesuaian isi
dengan tema, (2) diksi, (3) pembaitan, dan (4) tipografi. Secara umum hasil tes
keterampilan menulis puisi pada pembelajaran siklus I dapatdilihat pada table 11
berikut.
Tabel 9
Hasil tes
Menulis Puisi Siklus I
No.
|
Rentang Nilai
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
90 - 100
|
Sangat Kompeten
|
0
|
0
|
0
|
2
|
70 – 89
|
Kompeten
|
6
|
46.2 %
|
477
|
3
|
50 – 69
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30.7 %
|
238
|
4
|
30 – 49
|
Kurang Kompeten
|
2
|
15.4%
|
79
|
5
|
0 – 29
|
Sangat Kurang Kompeten
|
1
|
7.7 %
|
14.5
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
808.5
|
||
Nilai Rata-rata
|
62.2
|
Data tabel 9 menunjukan bahwa belum ada siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori sangat kompeten dengan rentang nilai 90-100,
atau sebesar 0%. Kategori kompeten dengan rentang nilai 70-89 dicapai oleh 6 siswa
atau sebesar 46.2 %. Kategori cukup kompeten dengan rentang nilai 50-69 dicapai
oleh 4 siswa atau sebesar 30.7%. Kategori kurang kompeten dengan rentang nilai
30-49 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15.4 %. Kategori sangat kurang kompeten
dengan rentang nilai 0-29 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7.7%. Sedangkan
nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis puisi pada siklus I adalah 62.2 dan
dikategorikan cukup kompeten.
Untuk lebih jelasnya hasil kemampuan menulis puisi siswa pada siklus I
dapat dilihat pada diagram 1 berikut.
Diagram 2.1
Hasil Tes Kernampuan Menulis Puisi pada Siklus I
Keterangan : 1 = Sangat Kompeten, 2
= Kompeten, 3 = Cukup Kompeten,
4 = Kurang
Kompeten, 5 = Sangat Kurang Kompeten
Diagram 2.1 menggambarkan bahwa batang untuk kategori kompeten paling
tinggi yaitu pada angka 46.2 %. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar
kemampuan siswa dalam menulis puisi termasuk dalam kategori kompeten, sisanya
berada pada kategori cukup kompeten dengan persentase 30.7 %, kategori kurang kompeten dengan persentase 15.4
%, dan kategori sangat kompeten dengan
persentase 7.7%.
Nilai siklus I ini
diperoleh dari penjumlahan skor masing-masing aspek, yaitu aspek kesesuaian isi
dengan tema, diksi, pembaitan, dan tipografi. Hasil masing-masing aspek
dipaparkan sebagai berikut.
1)
Aspek Kesesuaian Isi
dengan Tema
Penilaian aspek kesesuaian isi dengan tema difokuskan pada kesesuaian
struktur fisik puisi dan struktur batin puisi dalam puisi. Hasil penilaian tes
menulis puisi siklus I pada
aspek kesesuaian isi dengan tema dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
Tabel 10
Perolehan Skor Kesesuaian Isi dengan Tema pada Siklus I
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
10
|
2
|
4
|
Kompeten
|
5
|
38,4 %
|
20
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
3
|
23,1 %
|
9
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
4
|
5
|
1
|
Sangat Kurang Kompeten
|
1
|
7,6 %
|
1
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
44
|
||
Skor Rata-rata
|
3,4
|
Data pada tabel 10
menunjukkan skor rata-rata dalam aspek kesesuaian isi dengan tema adalah 3,4
dan termasuk dalam kategori kompeten, artinya
penguasaan siswa sudah kompeten dalam aspek kesesuaian isi dengan tema.
Perolehan nilai dalam kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 2 siswa
atau sebesar 15,3 %, kategori kompeten
dengan skor 4 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 38,4 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,1
%, kategori kurang kompeten dengan skor 2
dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, dan
kategori sangat kurang kompeten dengan skor 1 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6
%.
2)
Aspek Diksi
Penilaian aspek penggunaan diksi pada puisi difokuskan pilihan kata yang
digunakan dalam puisi tersebut, untuk memperoleh
keindahan atau nilai estetis dalam puisi. Hasil penelitian tes menulis puisi siklus I pada
aspek diksi dapat dilihat pada tabel 11
berikut.
Tabel 11
Perolehan Skor Aspek Diksi pada Siklus I
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
2
|
4
|
Kompeten
|
6
|
46,2 %
|
24
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
12
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
1
|
7,6 %
|
2
|
5
|
1
|
Sangat Kurang Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
2
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
40
|
||
Skor Rata-rata
|
3,1
|
Data pada tabel 11 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek diksi adalah 3,1
termasuk dalam kategori cukup kompeten, artinya penguasaan
siswa dalam aspek diksi sudah cukup kompeten. Dalam hal ini belum ada siswa yang termasuk kategori sangat kompeten dengan
skor 5, sedangkan kategori kompeten dengan
skor 4 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 46,2 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7
%, kategori kurang kompeten dengan skor 2
dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %, dan
kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3
%.
3)
Aspek Pembaitan
Penilaian aspek pembaitan pada puisi difokuskan pada ketepatan penyusunan bait
yang digunakan dalam puisi tersebut. Hasil
penelitian tes menulis puisi sikius I pada
aspek pembaitan dapat dilihat pada tabel 12
berikut.
Tabel 12
Perolehan Skor Aspek Pembaitan pada Siklus I
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
2
|
4
|
Kompeten
|
7
|
53,8 %
|
28
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
12
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
4
|
5
|
1
|
Sangat Kurang Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
44
|
||
Skor Rata-rata
|
3,3
|
Data pada tabel 12 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek pembaitan adalah 3,3
atau termasuk dalam kategori cukup kompeten, artinya penguasaan siswa termasuk cukup
kompeten dalam aspek pembaitan, meskipun
belum ada siswa yang termasuk kategori
sangat kompeten dengan skor 5. Sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 19 siswa
atau sebesar 63,3 %, kategori cukup
kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 7
siswa atau sebesar 23,3 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 7 siswa
atau sebesar 53,8 %, kategori cukup
dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang
kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 % dan tidak seorangpun siswa yang berkategori sangat kurang kompeten atau sebesar 0
%.
4)
Aspek Tipografi
Penilaian aspek tipografi difokuskan pada keunikan dalam menampilkan
bentuk puisi. Hasil penilaian tes menulis puisi siklus I
pada aspek tipografi dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13
Perolehan Skor Aspek Tipografi pada Siklus I
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
0
|
0
|
0
|
2
|
4
|
Kompeten
|
5
|
38,4 %
|
20
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
12
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
3
|
23,1 %
|
6
|
5
|
1
|
Sangat Kurang Kompeten
|
2
|
7,6 %
|
1
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
39
|
||
Skor Rata-rata
|
3,0
|
Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor dalam aspek tipografi adalah 3,0
atau termasuk dalam kategori cukup kompeten,
artinya penguasaan siswa dalam aspek tipografi sudah cukup kompeten, meskipun belum ada siswa yang termasuk kategori sangat kompeten. Sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 5 siswa
atau sebesar 38,4 %, kategori cukup
kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4
siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 3 siswa
atau sebesar 23,1 %, dan kategori sangat
kurang kompeten dengan skor 1 dicapai
oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %.
Hasil perolehan skor rata-rata tes kemampuan menulis puisi pada sikus I dari aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi,
pembaitan, dan tipografi, juga dapat dipaparkan pada diagram 2.2 berikut.
Diagram 2.2
Skor Rata-rata Kemampuan Menulis Puisi Tiap Aspek pada Siklus I
Keterangan:
A
= Kesesuaian isi dengan tema, B = Diksi, C =
Pembaitan, D = Tipografi
Diagram 2.2 menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam setiap aspek sudah
merata, untuk aspek kesesuaian isi dengan tema sebesar 3,4,
aspek diksi sebesar 3,1. aspek pembaitan sebesar 3,3, dan aspek tipografi sebesar 3,0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata
kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model
pembelajaran quantum pada siklus I adalah 3,2 dan
termasuk dalam kategori cukup kompeten, artinya dari keempat aspek yang dinilai, rata-rata semuanya sudah cukup kompeten.
b.
Hasil Nontes
Siklus
Hasil penelitian non tes
siklus I diperoleh dari hasil observasi
dan wawancara. Hasil selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Hasil Observasi
Pengambilan data melalui
observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama mengikuti
pembelajaran. Observasi ini dilakukan oleh seorang observer yaitu guru mata pelajaran
terkait selama pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus I, hasilnya 7 siswa
atau 53,7 % atau sebagian besar siswa
sudah dapat melakukan tugasnya, ini terlihat dari kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Ada 5 siswa atau 53,7 %
atau sebagian besar siswa antusias dalam mendengarkan penjelasan uari guru.
Ada 5 siswa
atau 53,7 % atau sebagian besar siswa
sudah serius dalam mengerjakan soal
latihan. Ada 7 siswa atau 53,7 % atau sebagian besar siswa yang mengikuti alur pembelajaran. Ada 2 siswa atau 15,3 %
atau hampir setengahnya siswa yang aktif dalam
memberikan pertanyaan dan tanggapan selama proses pembelajaran. Ada 5 siswa atau 38,4 %
atau sebagian besar siswa yang terlibat interaksi
antara siswa-guru dan siswa-siswa. Ada 7 siswa
atau 53,7 % atau sebagian besar siswa merespon positif pembelajaran
menulis puisi dengan model pembelajaran
quantum. Adapun skor hasil pengamatan terhadap
prilaku siswa yang dilakukan oleh observer
adalah 53,8 dengan kriteria cukup.
2)
Wawancara
Pada siklus I wawancara dilakukan pada tiga siswa yang
mendapat nilai tertinggi, cukup dan nilai
terendah pada hasil tes menulis puisi pada siklus I. Wawancara ini mencakup 7 pertanyaan, yaitu: (l) kesan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model
pembelajaran quantum, (2) minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi, (3) apa siswa termotivasi setelah melihat model puisi tentang peristiwa yang paling berkesan, (4)
kesulitan apa yang dialami siswa pada
saat pembelajaran menulis puisi, (5)
pendapat siswa mengenai usaha yang dilakukan
untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
selama proses pembelajaran, (6) pendapat
siswa mengenai keuntungan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model
pembelajaran quantum, (7) saran siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran quantum.
Kegiatan wawancara dilaksanakan di luar pembelajaran menulis puisi. Pada waktu
pelaksanakan kegiatan wawancara siswa merasa canggung dan bingung atau kurang memahami
maksud kegiatan diadakan wawancara ini. Namun, pada akhirnya siswa mengetahui
tujuan diadakan kegiatan wawancara ini. Dari hasil wawancara yang
dilakukan terhadap tiga siswa, yaitu 1 orang siswa yang mencapai nilai tertinggi, 1 orang
siswa yang mencapai nilai cukup, dan 1
orang siswa yang mencapai nilai terendah.
Siswa yang mencapai nilai terendah merasa
kurang berminat dalam mengkuti pembelajaran menulis puisi. Dari dua siswa lainnya cukup berminat dan senang dengan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model
pembelajaran quantum, karena pembelajaran seperti ini belum pernah diadakan sebelumnya meskipun masih terasa asing bagi
siswa. Menurut mereka model pembelajaran quantum yang digunakan oleh guru dapat melatih
siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam
kegiatan menulis puisi.
Dari hasil wawancara tersebut juga diketahui kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa pada saat menulis puisi. Kesulitan
yang dialami siswa pada saat menulis
puisi pada umumnya yaitu pada aspek kesesuaian isi dengan tema dan aspek diksi.
3)
Refleksi
Berdasarkan hasil tes kompetensi menulis puisi pada siklus I
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kompetensi
menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01
adalah 55,6,
dimana nilai
tesebut termasuk dalam kategori cukup kompeten dengan rentang 50-69. Hasil tes tersebut belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu pada KKM 70. Demikian juga tingkat ketuntasan yang belum maksimal yaitu 53,7 %, padahal yang ditargetkan
adalah di atas 75 %. Meskipun secara
merata siswa sudah kompeten dalam setiap aspek. tetapi masih terdapat 53,6
% siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran menulis puisi, artinya terdapat hampir
setengahnya siswa yang masih kesulitan
dalam menulis puisi terutama dalam menentukan diksi (pilihan kata) secara tepat dan membuat tipografi,
karena mereka masih kebingungan memahami aspek-aspek tersebut, sehingga hasil
menulis puisi belum maksimal. Pada akhir siklus I belum terlihat adanya aktivitas siswa ke arah yang
positif, karena baru 15,3 % atau hampir setengahnya siswa yang aktif. Untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada siklus I peneliti malakukan langkah-langkah (1) merefleksi hasit tes dan nontes pada
siklus I, (2) memberikan penjelasan ulang
dan lebih lanjut kepada siswa tentang pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran quantum, (3) peneliti menjelaskan
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
saat menulis puisi.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan
pembelajaran siklus II untuk
memaksimalkan dan memperbaiki kekurangan pembelajaran siklus I agar kompetensi menulis puisi siswa dapat mencapai target
yang diharapkan yaitu siswa kompeten dengan
nilai rata-rata di atas 70, dengan
tingkat ketuntasan di atas 75 %.
2.
Hasil Penelitian Siklus
II
Tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada
siklus I.
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa data hasil pembelajaran siklus I menunjukkan kemampuan siswa dalam menulis puisi termasuk
dalam kategori cukup kompeten. Selain itu, masih terdapat tingkah laku siswa yang
kurang mendukung pembelajaran. Misalnya, hampir sebagian siswa yang belum aktif terlibat dalam pembelajaran, misalnya acuh tak acuh, bergurau,
bahkan menulis sambil berbicara dengan teman sebangkunya. Tindakan siklus II
dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang
muncul pada siklus I dan sebagai upaya lebih lanjut dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis puisi, dengan target nilai rata-rata di atas 70 dengan kategori kompeten, dan ketuntasan di atas 75
%.
a. Hasil Tes Siklus II
Siklus II ini merupakan
perlakuan tindakan penelitian lanjutan dari siklus I dalam menggunakan model pembelajaran quantum. Tindakan siklus II ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan menulis puisi yang telah
dicapai pada pembelajaran siklus I. Kriteria
penilaiannya masih sama, yaitu meliputi empat aspek, (1) aspek kesesuaian isi denga tema, (2) aspek diksi, (3)
aspek pembaitan, dan (4) aspek tipografi.
Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi siklus II juga terdiri atas data tes dan
nontes. Hasil data tersebut secara rinci
diuraikan sebagai berikut.
Tabel 14.
Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus II
No.
|
Rentang Nilai
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
90-100
|
Sangat Kompeten
|
1
|
7,6 %
|
95
|
2
|
70-89
|
Kompeten
|
7
|
53,8 %
|
556,5
|
3
|
50-69
|
Cukup Kompeten
|
3
|
23,1 %
|
178,5
|
4
|
30-49
|
Kurang Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
79
|
5
|
0-29
|
Sangat Kurang
Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
90,9
|
||
Nilai Rata-rata
|
69,9
|
Data pada tabel 14 menunjukkan peningkatan rata-rata nilai siswa dalam
menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum, yaitu nilai rata-rata yang
dicapai 69,9 dan dikategorikan kompeten, yang jika
dibandingkan dengan nilai rata-rata siklus I yaitu 55,6 maka terdapat kenaikan
cukup signifikan yaitu sebesar 9,2 %. Demikian juga dengan tingkat persentase ketuntasannya adalah 80
%, yang jika
diiterpretasikan termasuk dalam klasifikasi tinggi. Hal ini berarti terdapat
peningkatan jika dibandingkan dengan tingkat ketuntasan siklus I, yaitu naik sebesar 33,3 %.
Jumlah siswa yang memperoleh
nilai dengan kategori sangat kompeten dengan rentang nilai 90-100 dicapai oteh 1 siswa
atau sebesar 3,3 %. Kategori kompeten
dengan rentang nilai 70-89 dicapai oleh 22
siswa atau sebesar 73,3 %. Kategori cukup kompeten dengan rentang nilai 50-69
dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 13,3 %. Kategori
kurang kompeten dengan rentang nilai 30-49 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 10%. T'idak ada satupun siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan
rentang nilai 0 - 29 atau sebesar 0 %.
Untuk lebih jelasnya kemampuan menulis puisi siswa pada siklus II dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 2.3
Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus II
Keterangan : 1 = Sangat Kompeten, 2 = Kompeten, 3 =
Cukup Kompeten,
4 = Kurang Kompeten, 5 = Sangat Kurang Kompeten
4 = Kurang Kompeten, 5 = Sangat Kurang Kompeten
Diagram 2.3 menunjukkan bahwa batang untuk kategori
kompeten paling tinggi yaitu pada angka 53.8%. Hasil ini menunjukkan bahwa hampir seluruhnya siswa berkategori kompeten
dalam kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model
pembelajaran quantum, sisanya berada pada kategori sangat kompeten dengan
persentase 7.6 %, kategori cukup kompeten
dengan persentase 23.1 %, kategori kurang
kompeten dengan persentase 15.3 % dan
sangat kurang kompeten dengan persentase 0 %. Nilai siklus II ini diperoleh
dari penjumlahan skor masing-masing aspek, yaitu aspek kesesuaian isi dengan
tema, diksi, pembaitan, dan tipografi. Hasil masing-masing aspek dipaparkan
sebagai berikut.
1)
Aspek Kesesuaian Isi
dengan Tema
Penilaian aspek kesesuaian isi dengan tema difokuskan pada kesesuaian
struktur fisik puisi dan struktur batin puisi dalam puisi. Hasil penilaian tes
menulis puisi siklus II pada
aspek kesesuaian isi dengan tema dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15
Perolehan Skor Aspek Kesesuaian isi dengan Tema pada Siklus II
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
10
|
2
|
4
|
Kompeten
|
6
|
46,2 %
|
24
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
12
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
1
|
7,6 %
|
2
|
5
|
1
|
Sangat Kurang Kompeten
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
48
|
||
Nilai Rata-rata
|
3,6
|
Data pada tahel 15 menunjukkan bahwa skor rata-rata dalam aspek kesesuaian isi dengan tema
adalah 3,6
dan termasuk dalam kategori kompeten, artinya
siswa kompeten dalam penguasaan aspek kesesuaian isi dengan tema. Perolehan
skor dalam kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 2 siswa
atau sebesar 15,3 %, kategori kompeten
dengan skor 4 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 46,2 %, katebori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7
%, kategori kurang kompeten dengan skor 2
dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %, dan tidak
seorangpun siswa yang termasuk kategori
sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau sebesar 0 %.
2)
Aspek Diksi
Penilaian aspek diksi dalam puisi difokuskan pada pilihan kata yang
digunakan dalam puisi untuk memperoleh keindahan
atau nilai estetis puisi tersebut. Hasil penelitian tes menulis puisi siklus II
pada aspek diksi dapat dilihat pada tabe1 16
berikut.
Tabel 16
Perolehan Skor Aspek Diksi pada Siklus II
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
0
|
0
|
0
|
2
|
4
|
Kompeten
|
7
|
53,8
|
28
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
3
|
23,1
|
9
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
2
|
15,3
|
4
|
5
|
I
|
Sangat Kurang
Kompeten
|
1
|
7,6
|
1
|
Jumlah
|
13
|
100
|
42
|
||
Nilai Rata-rata
|
3,2
|
Data pada tabel
16
menunjukkan bahwa skor rata - rata dalam aspek pembaitan adalah
3,2
atau termasuk dalam kategori kompeten, artinya penguasaan
siswa dalarn aspek pembaitan termasuk kompeten, meskipun ada siswa yang
termasuk kategori sangat kompeten. Kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 7 siswa
atau sebesar 53,8 %, kategori cukup
kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 3
siswa atau sebesar 23,1 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2 siswa
atau sebesar 15,3 %, dan kategori sangat
kurang kompeten dengan nilai 1 dicapai
oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %.
3)
Aspek Pembaitan
Penilaian aspek pembaitan dalam puisi difokuskan pada ketepatan penyusunan
bait
yang digunakan dalam puisi tersebut. Hasil
penelitian tes menulis puisi siklus II pada
aspek pembaitan dapat dilihat pada tabel 17 berikut.
Tabel 17
Perolehan Skor Aspek Pembaitan pada Siklus II
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
10
|
2
|
4
|
Kompeten
|
5
|
38,4 %
|
20
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
12
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
4
|
5
|
I
|
Sangat Kurang
Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
Jumlah
|
100 %
|
46
|
|||
Nilai Rata-rata
|
3,5
|
Data pada tabel 17
menunjukan skor rata-rata dalam aspek pembaitan adalah 3,5 atau
termasuk dalam kategori kompeten, artinya penguasaan siswa dalam aspek
pembaitan termasuk kompeten. Adapun kategori sangat kompeten dengan skor 5
dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3%, kategori
kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 5
siswa atau sebesar 38,4 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa
atau sebesar 30,7 %, kategori kurang
kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2
siswa atau sebesar 15,3 %, dan tidak seorangpun siswa yang termasuk kategori
sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau sebesar 0 %
4)
Aspek Tipografi
Penilaian aspek tipografi difokuskan pada keunikan dalam menampilkan
bentuk puisi. Hasil penilaian tes menulis puisi siklus II
pada aspek tipografi dapat dilihat pada tabel 18 berikut.
Tabel 18
Perolehan Skor Aspek Tipografi pada Siklus II
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
0
|
0
|
0
|
2
|
4
|
Kompeten
|
6
|
46,2
|
24
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30,7
|
12
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
2
|
15,3
|
2
|
5
|
I
|
Sangat Kurang Kompeten
|
1
|
7,6
|
1
|
Jumlah
|
13
|
100
|
41
|
||
Nilai Rata-rata
|
3,1
|
Data pada tabel 18 menunjukkan skor rata-rata dalam aspek tipografi adalah 3,1
atau termasuk dalam kategori cukup kompeten, artinya
penguasaan siswa dalam aspek tipografi sudah cukup
kompeten, meskipun belum ada siswa yang termasuk
kategori sangat kompeten. Sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 6 siswa
atau sebesar 46,2 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh
4 siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2 siswa
atau sebesar 15,3 %, dan kategori sangat
kurang kompeten dengan nilai 1 dicapai
oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %.
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok
dengan menggunakan model pembelajaran
quantum pada siklus II dari
aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi, pembaitan, dan tipografi dapat
ditunjukkan pada diagram berikut.
Diagram 2.4
Skor Rata-rata Kemampuan Menulis Puisi Tiap Aspek pada Siklus II
Keterangan:
A = Kesesuaian isi dengan tema, B = Diksi, C =
Pembaitan, D = Tipografi
Diagram 2.4 menunjukkan
bahwa skor rata-rata siswa dalam aspek kesesuaian isi dengan tema sebesar 3,6, skor aspek diksi sebesar 3,2, skor aspek pembaitan sebesar 3,5, dan skor aspek tipografi sebesar 3,1. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan
pokok dengan menggunakan model pembelajaran
quantum pada siklus II untuk
setiap aspek rata-rata termasuk dalam kategori kompeten.
b.
Hasil Nontes Siklus II
Hasil penelitian nontes siklus II diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian
berikut.
1)
Hasil Observasi
Seperti pada siklus I, pengumpulan
data melalui observasi siklus II ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama mengikuti
pembelajaran pada siklus II. Observasi ini
dilakukan selama pembelajaran berlangsung, oleh seorang observer yaitu guru mata pelajaran
terkait sebagaimana pada siklus I. Dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus
II hasilnya 8 siswa atau 61,5 % atau hampir seluruhnya siswa terlibat dalam pembelajaran,
ini terlihat dari kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran quantum. Terdapat
8 siswa atau 61,5 % atau hampir seluruhnya siswa antusias dalam
mendengarkan penjelasan dari guru. Ada 9
siswa atau 69,3 % atau sebagian besar siswa sudah serius dalam mengerjakan soal latihan.
Ada 8 siswa atau 61,5 % atau hampir seluruhnya siswa yang mengikuti alur pembelajaran menulis puisi. Ada 8
siswa atau 6 % atau setengahnya siswa yang aktif
dalam memberikan pertanyaan dan tanggapan selama proses pembelajaran. Ada 6
siswa atau 46,2 % atau sebagian besar siswa yang
terlibat interaksi antara siswa-guru dan siswa-siswa. Ada 8 siswa atau 61,5 % atau hampir
seluruhnya siswa merespon positif pembelajaran menulis puisi dengan model
pembelajaran quantum.
2)
Wawancara
Pada siklus II ini
wawancara dilakukan sebagaimana yang dilakukan
pada siklus I, yaitu kepada tiga siswa yang
sudah diwawancarai pada siklus I yakni siswa yang mendapat nilai tertinggi, cukup dan nilai terendah pada hasil tes menulis
puisi. Wawancara inipun masih mencakup 7 pertanyaan yang sama dan dilaksanakan
setelah pembelajaran menulis puisi siklus II selesai.
Pelaksanakan kegiatan wawancara siklus II tampaknya siswa sudah mulai
merasa senang dan memahami maksud diadakan kegiatan wawancara ini. Dari hasil
wawancara yang dilakukan terhadap tiga siswa, dua siswa tersebut menyatakan
tertarik dan senang dengan adanya pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan
model pembelajaran quantum
karena dengan adanya pembelajaran yang
demikian membuat siswa menjadi merasa senang dan
pembelajaran tidak membosankan, sedangkan satu siswa masih merasa kebingungan.
Menurut mereka pembelajaran menulis puisi yang dilaksanakan oleh guru sudah tepat
karena siswa merasa lebih bersemangat dalam menulis puisi. Kesan siswa terhadap
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum ini cukup baik dibandingkan
pembelajaran menulis puisi sebelumnya. Menurut mereka dengan adanya
pembelajaran yang demikian membantu siswa
untuk dapat menulis puisi dengan baik. karena proses pembelajaran ini dapat meningkatkan
daya kreatifitas.
3)
Refleksi
Nilai
kompetensi menulis puisi siswa kelas SD Negeri Bulusari 01 pada pembelajaran
siklus lI mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pembelajaran
siklus I.
Nilai rata-rata siswa pada siklus II mencapai 69,9 dalam
ketegori kompeten, yang semula pada
siklus I hanya 62.2 dalam kategori cukup kompeten. Meskipun demikian
target yang ditentukan belum tercapai yaitu nilai rata-rata di atas 75.
Hasil dari pembeiajaran siklus II ini ternyata berdampak positif terhadap
minat belajar siswa. Suasana belajar pada iklus II ini lebih kondusif, siswa senang
dengan pembelajaran menulis puisi dengan mengunakan model pembelajaran quantum
ini, dan siswa cukup antusias mengikuti pembelajaran dengan segala tugas yang
diberikan peneliti. Meskipun demikian baru setengahnya siswa yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil pembelajaran
siklus II yang belum mencapai target yang diharapkan dan perilaku siswa yang belum
maksimal maka pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
3.
Hasil Penelitian Siklus
III
Tindakar siklus III dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus II,
karena hasil pembelajarara pada siklus II
dirasakan belum optimal. Sebagaimana
telah diungkapkan bahwa data hasil
pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa meskipun kemampuan siswa dalam menulis
puisi sudah termasuk dalam kategori kompeten, namun nilai rata-rata dan
persentase ketuntasan belum mencapai target yang diharapakan. Selain itu, masih terdapat prilaku siswa yang kurang mendukung pembelajaran. Misalnya, baru sebagian
siswa yang sudah aktif terlibat dalam
pembelajaran, sementara sebagian lagi masih acuh tak acuh, bergurau, bahkan
menulis sambil berbicara dengan teman sebangkunya. Tindakan siklus III dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada siklus II dan sebagai upaya lebih lanjut dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis puisi.
a. Hasil Tes Siklus III
Siklus III ini merupakan
perlakuan tindakan penelitian lanjutan dari siklus II dalam menggunakan model pembelajaran quantum. Tindakan
siklus III ini dilaksanakan sebagai upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis puisi yang telah dicapai pada pembelajaran siklus II. Kriteria penilaiannya masih sama, yaitu meliputi empat
aspek, (1) :apek kesesua.ian isi dengan
tema, (2) aspak diksi, (3) aspek pembaitan, dan (4) aspek tipografi. Pelaksanaan pembelajaran menulis
puisi siklus III juga terdiri atas data
tes dan nontes. Hasil data tersebut secara rinci disajikan dalam tabel 19.
Data pada tabel 19 menunjukkan nilai rata-rata dalam menulis puisi berdasarkan
gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Nilai rata-rata pada siklus
III adalah 76,2 dan dikategorikan kompeten, yang jika dibandingkan dengan nilai rata-rata siklus II
yaitu 69,9 maka terdapat kenaikan sebesar 6,3.
Tabel 19
Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus III
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
5
|
38,4 %
|
475
|
2
|
4
|
Kompeten
|
3
|
38,6 %
|
238,5
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
238
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
1
|
7,6 %
|
39,5
|
5
|
I
|
Sangat Kurang
Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
991
|
||
Nilai Rata-rata
|
76,2
|
Jumlah siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori sangat kompeten
dengan rentang nilai 90-100 dicapai oleh 5
siswa atau sebesar 38,4 %. Kategori kompeten dengan rentang nilai 70-89
dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,1 %. Kategori
cukup kompeten dengan rentang nilai 50-69 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,7
%. Kategori kurang kompeten dengan rentang nilai
30-49 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,6 %. Tidak ada satupun siswa yang termasuk
kategori sangat kurang kompeten dengan rentang nilai 0 - 29 atau
sebesar 0 %. Untuk memperjelas
perbandingan setiap kategori kemampuan menulis puisi siswa pada siklus III
dapat dilihat pada diagram 2.5 berikut.
Diagram 2.5
Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus II
Keterangan : 1 = Sangat Kompeten, 2
= Kompeten, 3 = Cukup Kompeten,
4 = Kurang Kompeten, 5 = Sangat Kurang Kompeten
Diagram 2.5 menunjukkan
bahwa batang untuk kategori kompeten paling tinggi yaitu pada angka 38.4%. Hasil
ini menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan siswa dalam menulis puisi
berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum termasuk dalam kategori kompeten, sedangkan hampir setengahnya siswa
berada pada kategori sangat kcmpeten dengan persentase 30.7 %. Adapun sebagian kecil siswa termasuk kategori cukup
kompeten dan kurang kompeten dengan persentase masing-rnasing 23.1 % dan 7.6 %, serta tidak ada siswa yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan
persentase 0 %. Nilai siklus III ini diperoleh dari penjumlahan skor masingmasing
aspek, yaitu aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi, pembaitan, dan tipografi. Hasil masing-masing aspek dipaparkan
sebagai berikut.
1)
Aspek Kesesuaian Isi
dengan Tema
Penilaian aspek kesesuaian isi dengan tema difokuskan pada kesesuaian
struktur fisik puisi dan struktur batin puisi dalam puisi. Hasil penilaian tes
menulis puisi siklus III pada
aspek kesesuaian isi dengan tema dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20
Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema pada Siklus III
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
6
|
46,1 %
|
30
|
2
|
4
|
Kompeten
|
5
|
38,4 %
|
20
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
6
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
5
|
I
|
Sangat Kurang
Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
56
|
||
Nilai Rata-rata
|
4,3
|
Data pada tabel 20 menunjukkan bahwa skor rata-rata dalam aspek kesesuaian isi dengan tema
adalah 4,3
dan termasuk dalam kategori kompeten, artinya
siswa kompeten dalam penguasaan aspek kesesuaian isi dengan tema. Perolehan
skor dalam kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 6 siswa
atau sebesar 46,1 %%, kategori kompeten
dengan skor 4 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 38,4 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 15,3 %, tidak seorangpun siswa yang termasuk kategori kurang kompeten
dengan skor 2 atau sebesar 0 % dan tidak
seorangpun siswa yang termasuk kategori sangat
kurang kompeten dengan nilai 1 atau
sebesar 0%.
2) Aspek Diksi
Penilaian aspek diksi dalam puisi difokuskan pada pilihan kata yang
digunakan dalam puisi untuk memperoleh keindahan atau nifai estetis puisi tersebut. Hasil
penelitian tes menulis puisi siklus III pada
aspek diksi dapat dilihat pada tabel 21 berikut.
Tabel 21
Perolehan Skor Aspek Diksi pada Siklus III
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
20
|
2
|
4
|
Kompeten
|
3
|
23,1 %
|
12
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
12
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
2
|
15,3 %
|
4
|
5
|
I
|
Sangat Kurang
Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
Jumlah
|
100 %
|
48
|
|||
Nilai Rata-rata
|
3,6
|
Data pada tabel 21 menunjukkan bahwa skor rata-rata dalam aspek pembaitan adalah 3,6 atau termasuk dalam kategori kompeten, artinya
penguasaan siswa dalam aspek pembaitan termasuk kompeter.. Kategori sangat kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 4 siswa
ataa sebesar 30,7 %, sedangkan kategori
kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 3
siswa atau sebesar 23,1 %, kategori cukup kompsten dengan skor 3 dicapai oleh 4 siswa
atau sebesar 30,7 %, kategori kurang
kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 2
siswa atau sebesar 15,3 %, dan tidak seorangpun siswa yang termasuk kategori
sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau
sebesar 0 %.
3) Aspek Pembaitan
Peniiaian aspek pembaitan dalam puisi difokuskan pada ketepatan penyusunan
bait
yang digunakan dalam puisi tersebut. Hasil
penelitian tes menulis puisi siklus III pada
aspek pembaitan dapat dilihat pada tabel 22 berikut.
Tabel 22
Perolehan Skor Aspek Pembaitan pada Siklus III
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
5
|
38,4 %
|
25
|
2
|
4
|
Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
16
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
3
|
23,1 %
|
9
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
1
|
7,6 %
|
2
|
5
|
I
|
Sangat Kurang Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
52
|
||
Nilai Rata-rata
|
4,0
|
Data pada tabel 22 menunjukkan skor rata-rata dalam aspek pembaitan adalah 3,84,0 atau termasuk dalam kategori kompeten, artinya penguasaan siswa dalam
aspek pembaitan termasuk kompeten. Adapun kategori sangat kompeten dengan skor 5
dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 38,4 %, kategori
kompeten dengan skor 4 dicapai oleh 4
siswa atau sebesar 30,7 %, kategori cukup kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 3 siswa
atau sebesar 23,1 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 31 siswa
atau sebesar 7,6 %, dan tidak ada siswa yang
termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan
nilai 1 atau 0 %.
4)
Aspek Tipografi
Penilaian aspek tipografi difokuskan pada keunikan dalam menampilkan
bentuk puisi. Hasil penilaian tes menulis puisi siklus III
pada aspek tipografi dapat dilihat pada tabel 23 berikut.
Tabel 23
Perolehan Skor Aspek Tipografi pada Siklus III
No.
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Bobot
|
1
|
5
|
Sangat Kompeten
|
3
|
23,1 %
|
15
|
2
|
4
|
Kompeten
|
5
|
38,4 %
|
20
|
3
|
3
|
Cukup Kompeten
|
4
|
30,7 %
|
12
|
4
|
2
|
Kurang Kompeten
|
1
|
7,6 %
|
2
|
5
|
I
|
Sangat Kurang
Kompeten
|
0
|
0 %
|
0
|
Jumlah
|
13
|
100 %
|
49
|
||
Nilai Rata-rata
|
3,7
|
Data pada tabel 23 menunjukkan skor rata-rata dalam aspek tipografi adalah 3,7
atau termasuk dalam kategori kompeten, artinya
penguasaan siswa dalam aspek tipografi sudah kompeten. Adapun kategori sangat
kompeten dengan skor 5 dicapai oleh 3
siswa atau sebesar 23,1 %. Sedangkan kategori kompeten dengan skor 4 dicapai oieh 5 siswa
atau sebesar 38,4 %, kategori cukup
kompeten dengan skor 3 dicapai oleh 4
siswa atau sebesar 30,7 %, kategori kurang kompeten dengan skor 2 dicapai oleh 1 siswa
atau sebesar 7,6 %, dan tidak ada siswa
yang termasuk kategori sangat kurang kompeten dengan nilai 1 atau sebesar 0%.
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis puisi berdasarkan gagasan pokok
dengan menggunakan model pembelajaran
quantum pada siklus III dari
aspek kesesuaian isi dengan tema, diksi,
pembaitan, dan tipografi dapat ditunjukkan pada diagram 2.6 berikut.
Diagram 2.6
Skor Rata-rata Kemampuan Menulis Puisi Tiap Aspek pada Siklus III
Keterangan:
A =
Kesesuaian isi dengan tema, B = Diksi, C
= Pembaitan, D = Tipografi
Diagram 2.6 menunjukkan
bahwa skor rata-rata siswa dalam aspek kesesuaian isi dengan tema sebesar 4,3,
skor aspek diksi sebesar 3,6, skor aspek pembaitan sebesar 4,0, dan skor aspek tipografi sebesar 3,7. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada siklus III untuk setiap aspek, rata-ratanya 3,9 dan termasuk dalam kategori kompeten.
b.
Hasil Nontes Siklus III
Seperti halnya pada siklus I dan II, hasil
penelitian nontes siklus III pun diperoleh
dari hasil observasi dan wawancara. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian
berikut.
1)
Hasil Observasi
Seperti pada siklus I dan II,
pengumpulan data melalui observasi siklus III ini
bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran.
Observasi ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung, oleh seorang observer
yaitu guru mata pelajaran terkait sebagaimana pada siklus I dan II. Dari
hasil observasi yang dilakukan pada
siklus III hasilnya 13 siswa atau 100 %
atau seluruh siswa sudah terlibat dalam pembelajaran, ini terlihat dari
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model
pembelajaran quantum. Terdapat 12 siswa
atau 92,2 % atau hampir seluruhnya siswa
antusias dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Ada 13 siswa
atau 99,8 % atau sebagian besar siswa
sudah serius dalam mengerjakan soal latihan. Ada 7 siswa atau 53,7 %
atau hampir seluruhnya siswa yang mengikuti
alur pembelajaran menulis puisi. Ada 9 siswa
atau 69,2 % atau sebagian besar siswa yang
aktif dalam memberikan pertanyaan dan tanggapan
selama proses pembelajaran. Ada 25 siswa
atau 83,3 % atau sebagian besar siswa yang
terlibat interaksi antara siswa-guru dan
siswa-siswa. Ada 13 siswa atau 99,8
% atau hampir seluruhnya siswa merespon positif
pembelajaran menulis puisi dengan model pembelajaran
quantum.
2)
Wawancara
Pada siklus III ini
wawancara dilakukan sebagaimana yang
dilakukan pada siklus I dan II, yaitu
kepada tiga siswa yang sudah diwawancarai
pada siklus sebelumnya, yakni siswa yang mendapat
nilai tertinggi, nilai sedang dan nilai terendah pada hasil tes menulis puisi.
Wawancara inipun masih mencakup 7 pertanyaan
yang sama dan dilaksanakan setelah
pembelajaran menulis puisi siklus III selesai.
Pelaksanakan kegiatan wawancara siklus III tampaknya siswa sudah merasa terbiasa dan senang dan memahami maksud diadakan kegiatan wawancara
ini. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap
tiga siswa, semua siswa tersebut menyatakan sangat tertarik dan senang dengan adanya
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum karena dengan adanya pembelajaran
yang demikian membuat siswa menjadi merasa
lebih bebas berpendapat dan pembelajaran menjadi
tidak membosankan. Menurut mereka pembelajaran menulis puisi yang dilaksanakan oleh guru sudah sangat tepat karena siswa merasa bersemangat dalam menulis puisi mengenai
pengalamannya masing-masing. Kesan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran quantum ini
cukup baik dibandingkan pembelajaran menulis
puisi sebelumnya. Menurut mereka dengan adanya pembelajaran yang demikian membantu siswa untuk dapat menulis puisi
dengan baik karena proses pembelajaran ini dapat meningkatkan daya kreatifitas,
sehingga siswa yang tadinya tidak
menyukai pembelajaran menulis puisi menjadi senang dan lebih bersemangat. Dan
harapan mereka untuk pembelajaran menulis puisi yang
akan datang lebih ditingkatkan lagi agar,
siswa menjadi senang dan termotivasi. Dapat
dikatakan bahwa pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum yang diterapkan oleh
peneliti sudah berhasil meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa dalam
menulis puisi.
3)
Refleksi
Nilai kompetensi menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01 pada pembelajaran
siklus III
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
hasil pembelajaran siklus I dan II.
Nilai rata-rata siswa pada siklus III mencapai 76,2 dalam
ketegori kompeten, yang semula pada
siklus II hanya 69,9 dalam kategori kompeten. Hasil dari pembelajaran
siklus III ini ternyata berdampak positif
terhadap minat belajar siswa, karena suasana belajar pada siklus III ini lehih kondusif dan siswa senang dengan
pembelajaran menulis puisi dengan mengunakan model pembelajaran quantum ini. Siswa sangat antusias
mengikuti pembelajaran dengan segala tugas yang diberikan peneliti. Selain itu,
siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa pun dengan senang hati menulis puisi berdasarkan
pengalamannya sendiri yang paling menarik,
berdasarkan gagasan pokoknya. Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa yang
mulai senang dengan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus III yang sudah cukup memuaskan dan sudah mencapai target
yang diharapkan, maka pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching tidak perlu lagi dilaksanakan siklus berikutnya.
B.
Pembahasan Menyeluruh Siklus I
Sampai Siklus III
Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada hasil pembelajaran pada
siklus I,
siklus II dan
siklus III, yang meliputi hasil tes dan
nontes. Hasil tes tiap siklus adalah berupa tes kemampuan menulis puisi
berdasarkan gagasan pokok, dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching , sedangkan hasil
nontes adalah berupa observasi dan wawancara. Fokus pembahasan meliputi
perbandingan dan catatan perkembangan kemajuan kemampuan menulis puisi dari
hasil penelitian pada siklus I sampai
dengan siklus III. Untuk membandingkan
antar siklus, data disajikan dalam bentuk
diagram batang, agar mudah dilihat perbedaannya. Sedangkan untuk melihat
perkembangan kemajuan kemampuan menulis puisi, data disajikan dalam tabel, kemudian dihitung besar
kemajuannya dalam bentuk bilangan.
1. Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi dari Setiap Siklus
Untuk menunjukkan pengaruh model pembelajaran quantum teaching terhadap kemarapuan siswa dalam menulis puisi pada
siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01, maka
peneliti perlu membandingkan hasil penelitian dari setiap siklus. Hasil
penelitian yang dibandingkan
adalah nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis puisi dan perubahan perilaku
atau aktivitas siswa pada setiap siklus. Perbandingan tersebut tampak pada
tahapan penelitian tindakan kelas, yaitu nilai rata-rata hasil tes siklus I,
siklus II, dan siklus III, yang digambarkan
pada diagram 2.7.
Diagram 2.7
Perbandingan Nilai Rata-rata Tes Kemampuan Menulis Puisi
Diagram
2.7 menunjukkan
bahwa nilai hasil tes kemampuan menulis puisi siswa pada siklus I mencapai nilai rata-rata 62.2 dari jumlah keseluruhan siswa atau berada pada
kategori cukup kompeten. Nilai hasil tes kemampuan menulis puisi pada siklus II
mencapai nilai rata-rata 69.9 dari jumlah keseluruhan siswa atau berada pada
kategori kompeten. Sedangkan nilai hasil tes kemampuan menulis puisi pada siklus III mencapai rata-rata 76.2 dari jumlah
keseluruhan siswa kelas V atau berada
pada kategori kompeten. Jika kita bandingkan antara kemampuan menulis puisi
siswa pada siklus I dengan siklus II
dan antara siklus II dengan siklus III, ternyata mengalami peningkatan. Hal ini terlihat jelas dari diagram
4.7, dimana batang siklus II lebih tinggi dari batang siklus I, demikian juga batang siklus III lebih tinggi dari batang siklus I dan siklus II.
Agar
lebih rinci perbandingan kemampuan menulis puisi
siswa akan disajikan dalam setiap aspek untuk setiap siklusnya. Perbandingan
ini akan nampak jelas pada diagram 2.8
berikut.
Diagram 2.8
Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi Setiap Aspek
Keterangan : A
= Aspek Kesesuaian isi dengan tema; B = Aspek Diksi;
C = Aspek Pembaitan; D = Aspek Tipograf
C = Aspek Pembaitan; D = Aspek Tipograf
Diagram
2.8 menunjukkan
bahwa perbandingan antar siklus mengalami perubahan ke arah yang positif untuk setiap aspek kemampuan siswa. Kemampuan
aspek kesesuaian isi dengan tema pada siklus I sebesar 3,4 siklus II sebesar 3,6 siklus
III sebesar 4.3 dan semuanya termasuk kategori kompeten. Kemampuan
siswa pada aspek diksi pada siklus I sebesar
3.1 dengan kategori cukup kompeten,
sedangkan siklus II sebesar 3.2 siklus III sebesar
3.6 dan keduanya termasuk kategori
kompeten. Kemampuan siswa pada aspek pembaitan pada siklus I sebesar 3.3 siklus
II sebesar 3.5 siklus III sebesar
4.0, dan semuanya termasuk kategori
kompeten. Kemampuan siswa pada aspek tipografi pada siklus I sebesar 3.0dan
siklus II sebesar 3.1 dengan kategori cukup kompeten, sadangkan pada siklus III
sebesar 3.7 dengan kategori kompeten. Jika kita perhatikan bahwa kemampuan setiap aspek
pada umumnya mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.
Meningkatnya perbandingan kemampuan menulis puisi siswa dari
siklus ke siklus, berdampak pada meningkatnya perbandingan tingkat persentase
ketuntasan belajar siswa. Keadaan ini dapat diilustrasikan dalam diagram
2.9 berikut.
Diagram 2.9
Perbandingan Tingkat Persentase Ketuntasan Setiap Siklus
Seperti yang tampak pada diagram 2.9
di atas bahwa tingkat persentase ketuntasan pada
siklus I sebesar 38.4 %, siklus II sebesar
61.5 %, dan siklus III sebesar 84.5 %.
Pada ketiga siklus ini klasifikasi ketuntasanya termasuk tinggi dan jelas
terlihat dari gambar, adanya peningkatan dari siklus ke siklus.
2. Perkembangan Kemajuan Kemampuan Menulis Puisi Setiap Siklus
Setelah membandingkan hasil penelitian pada setiap siklus,
maka akan diketahui seberapa besar perkembangan kemajuan atau peningkatan hasil
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Kemajuan yang akan dibahas adalah catatan kemajuan dalam kemampuan
menulis puisi dan catatan kemajuan perilaku siswa dalam pembelajaran.
Kemajuan kemampuan menulis puisi dapat ditunjukkan oleh nilai
rata-rata hasil tes kemampuan menulis puisi dan tingkat persentase ketuntasan
dari siklus I, siklus II, dan
siklus III, seperti yang disajikan dalam tabel 24.
Tabel 24
Kemajuan Nilai Rata-rata Kemampuan
Menulis Puisi dan Tingkat Ketuntasan
Aspek
|
Siklus
|
Kemajuan I ke II
|
Kemajuan II ke III
|
||
I
|
II
|
III
|
S2-S1
|
S3-S2
|
|
Nilai Rataan
|
62.2
|
69.9
|
76.2
|
7.7
|
6.3
|
Ketuntasan
|
38.4
|
61.5
|
84.5
|
23.1
|
23
|
Berdasakan tabel 24 rekapitulasi hasil
penelitian di atas, nilai rata-rata kemampuan menulis puisi dari siklus I
ke siklus II mengalami kemajuan
sebesar 7.7 %, dan dari siklus II ke siklus III mengalami
kemajuan sebesar 6,3 %, Demikian juga
dengan tingkat ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami
kenaikan sebesar 23,1 %, dan dari siklus II
ke siklus III mengalami kemajuan sebesar 23 %.
Demikian juga dari hasil wawancara diketahui bahwa pada
siklus II
dan III sebagian
besar siswa mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran quantum dapat membantu mereka dalam menulis puisi. Hal ini
menunjukkan adanya respon'siswa yang lebih
baik dibandingkan dengan hasil wawancara pada sikius I. Meskipun hasil tes kemampuan menulis puisi pada siklus
I belum termasuk pada kategori kompeten
dan masih terdapat perilaku siswa yang negatif,
namun setidaknya kondisi yang tergambar
pada siklus I ini merupakan permasalahan yang
sudah dapat dipecahkan pada pembelajaran siklus II
dan III.
Pola pembelajaran pada siklus II dan III juga
merupakan pertimbangan pendapat dari siswa yang tercantum pada hasil wawancara. Secara umum, siswa menginginkan bentuk
pembetajaran yang sama yaitu pembelajaran
menulis puisi dengan menggunakan model
pembelajaran quantum, karena mereka merasa senang
dengan adanya kebebasan yang diberikan guru
untuk berkreasi sendiri. Dengan pola
pembelajaran seperti ini diharapakan dapat meningkatkan daya kretifitas siswa
dan perkembangan kognitifnya, karena hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran
quantum teaching bahwa guru memandang
siswa sebagai individu yang memiliki
potensi yang perlu dikembangkan. Di sini guru
lebih sedikit memberikan materi pembelajaran
tetapi lebih banyak memberikan arahan untuk pembentukan karakter yaitu
menumbuhkan minat belajar dengan tujuan membantu siswa dapat mengembangkan
konsepnya sendiri. Karena kesadaran mereka semakin tumbuh akhirnya mereka tidak
lagi ramai, ngobrol dengan teman sebangkunya, menyepelekan hasil karya temannya dan juga tidak ada yang merasa malu lagi hasil karyanya dilihat orang lain.
Hasil observasi dan wawancara di atas dapat memberi petunjuk
bahwa hasil belajar dalam pembelajaran menunjukkan adanya perkembangan dan
perubahan dari pra siklus ke siklus. Perkembangan dan perubahan ini mengarah
pada hasil belajar yang lebih
baik, dimana siswa semakin giat dan sungguh-sungguh
dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan, dan suasana kelas pun
menjadi aktif dan lebih hidup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar menulis puisi
dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching sangat menarik, karena dapat membantu siswa untuk berkreasi dan
berekspresi dalam menulis puisi. Siswa lebih termotivasi, aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan dalam menulis
puisi.
Berkembangnya kemajuan kemampuan menulis puisi, ini
menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi berdasarkan gagasan pokok, dengan
menggunakan model pembelajaran quantum layak
digunakan, karena melalui pembelaja.ran tersebut siswa lebih semangat, senang, dan bebas berekspresi serta
berkreativitas dalam pembelajaran.
Meskipun hasil akhir siklus III menunjukkan
bahwa masih terdapat 5 siswa yang masih kurang kompeten dalam menulis puisi, namun
berdasarkan hasil pengamatan, ketiga siswa tersebut termasuk siswa kelompok
bawah, karena kemampuan dasar menulis dan membaca mereka memang masih rendah
atau di bawah rata-rata. Hal ini memerlukan perhatian khusus bagi ketiga anak
tersebut.
Berdasarkan deskripsi pada hasil pembahasan di atas maka
dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis puisi berdasarkan gagasan pokok
dengan menggunakan model pembelajaran
quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi kelas V
SD Negeri Bulusari 01.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan yang disajikan pada bab sebelumnya maka diperoleh jawaban
jawaban atas rumusan-rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu Penggunaan model
pembelajaran quantum dapat meningkatkan kemampuan
menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai
rata-rata hasil tes kemampuan menulis puisi dari prasiklus ke setiap siklus,
yaitu pada prasiklus nilai rata-ratanya 60.8, siklus I nilai rata-ratanya adalah 62.2
dengan kategori cukup kompeten, siklus II
nilai rata-ratanya adalah 69.9 dengan kategori kompeten, dan siklus III nilai rata-ratanya adalah 76.2. artinya dari
prasiklus ke siklus I terdapat
peningkatan 1,4% dan dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan7,7% dan
dari siklus II ke siklus II terdapat peningkatan 6,3%, dengan demikian dari
prasiklus ke siklus III terdapat peningkatan 15,4%.
Dapat
disimpulkan bahwa Penggunaan model pembelajaran quantum teaching efektif dapat
meningkatkan hasil belajar menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten
Brebes.
B.
|
Saran
Dari pengalaman melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian, bahwa pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai hasil yang lebih baik jika kita mau
meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1.
Penggunaan model pembelajaran quantumteaching dapat membantu siswa kelas V SD Negeri Bulusari 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten
Brebes dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi, oleh karena itu model
pembelajaran quantum perlu dikembangkan dan
dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran.
2.
Hasil penelitian ini akan bermanfaat jika ditindaklanjuti untuk penyempurnaan
kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran dapat lebih berkualitas dan berhasil
guna.
3.
Kepada peneliti yang lain, diharapkan melakukan penelitian iebih lanjut
mengenai efektifitas penggunaan model
pembelajaran quantum teaching pada pembelajaran
kompetensi yang lain, selain kompetensi
menulis puisi.
No Responses to "Skripsi terlengkap PGSD, bab IV - bab V"