BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Berdasarkan observasi
yang dilakukan pada hari Senin tanggal 7 April 2014 di SD Muhammadiyah
Kebagusan Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang pada pembelajaran mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi Energi di temukan beberapa masalah,
seperti peserta didik kurang memahami konsep dan kurang aktif dalam proses
pembelajaran serta peserta didik lebih di diajarkan dengan menekankan untuk
menghafal dalam setiap pokok bahasan materi Energi. Hal itu dikarenakan dalam
pembelajaran cenderung peserta didik hanya di transfer informasi oleh pendidik
dan kurang mengembangkan kemampuan masing-masing peserta didik, seperti
bertanya maupun memberikan ide atau gagasan dalam kegiatan belajar. Sehingga
pembelajaran yang berlangsung tidak komunikatif antara peserta didik dengan pendidik
maupun peserta didik dengan peserta didik
yang lainya akibatnya pembelajaran bersifat monoton dan membosankan.
Pembelajaran
yang monoton dengan metode konvensional dikemas dengan cara lama dan masih
berpusat pada pendidik serta kurangnya menuntut keaktifan peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran bersifat monoton
dan kurang menarik perhatian peserta didik. Dampak dari metode tersebut mengakibatkan
peserta didik cenderung lebih asyik mengobrol dengan teman sebangku, kemudian
masih banyak peserta didik yang bermain sendiri meskipun pembelajaran sedang
berlangsung sehingga tidak mempedulikan pendidik yang sedang menyampaikan
materi pembelajaran, yang akibatnya pembelajaran tidak berjalan dengan maksimal
dan kondusif. Kurangnya penguasaan kelas dan pengkondisian kelas oleh pendidik
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pembelajaran tidak berjalan secara
optimal dan kondusif.
Kondisi
pembelajaran yang berlangsung seperti di atas berdampak pada hasil belajar yang
diperoleh peserta didik belum mencapai KKM 65. Indikasi tersebut terlihat dari
22 peserta didik yaitu 15 di antaranya belum mencapai KKM atau 68% dari jumlah
peserta didik. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan beberapa teori yang
dikemukakan oleh para ahli salah satunya adalah (Sudjana, 2005: 64) berpendapat
belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung pada pembelajaran yang di
alaminya, dari kegitan belajar ditandai dengan berbagai perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.
Senada
dengan itu Gagne (Suprijono, 2011: 2) mengatakan belajar merupakan perubahan
posisi atau kemampuan yang diraih oleh seseorang melalui berbagai aktivitas
pembelajaran dan pengalaman dalam kehidupannya. Akan tetapi perubahan tersebut
tidak langsung didapatkanya begitu saja dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah akan tetapi perubahan tersebut didapatnya dengan melalui proses
pengalaman yang dialami setiap individu. Perubahan perilaku seseorang merupakan
hasil dari poses belajar yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Sependapat
dengan teori tersebut (Aunurrahman, 2009: 34) berpendapat pembelajaran adalah
upaya mengubah pola berpikir dan sikap seperti masukan berupa peserta didik yang
belum terdidik menjadi peserta didik yang terdidik, peserta didik yang belum
memiliki pengetahuan menjadi peserta didik yang memiliki pengetahuan, serta peserta
didik yang belum memiliki perilaku baik menjadi peserta didik yang memilki
perilaku lebih baik. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya
proses belajar dalam diri masing-masing peserta didik.
Kondisi
tersebut jika tidak segera di tangani secara serius akan berdampak pada
pembelajaran yang akan datang. Dari beberapa masalah yang terjadi di dalam
kelas dapat menimbulkan sisi negatif seperti gairah atau semangat belajar peserta
didik menjadi lemah dan kurang berminat dalam belajar IPA materi Energi, dari
kurangnya semangat belajar peserta didik juga berdampak langsung seperti hasil
belajar peserta didik tidak mencapai titik maksimal atau tidak sesuai dengan
tujuan yang ingin di capai sebelumnya. Melihat permasalahan yang ada, seorang
pendidik harus mampu mengubah paradigma dalam mengajar agar dapat memperoleh
hasil yang lebih baik dan maksimal baik untuk peserta didik maupun untuk
sekolah.
Dalam
kegiatan pembelajaran seorang pendidik harus mampu dan jeli dalam menentukan model
pembelajaran yang akan digunakan, sehingga bisa menarik perhatian peserta didik
dan menggugah gairah mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan semangat
dan antusias yang tinggi. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai akan sangat
berpengaruh dan berdampak pada hasil yang akan di capai dalam kegiatan
pembelajaran salah satunya dapat menarik perhatian peserta didik yang akan
berdampak positif dalam keberhasilan mencapai hasil belajar yang lebih baik dan
maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
Pendidik
perlu menciptakan suasana belajar yang optimal salah satu upaya memperbaikinya
adalah dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual. Pembelajaran IPA
dengan model pembelajaran Kontekstual akan lebih menyenangkan dan menggairahkan
peserta didik belajar lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan diri. Model
pembelajaran Kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran,
dikarenakan model pembelajaran ini sangat menekankan pendidikan yang
menghubungkan antara materi dengan keadaan lingkungan sekitarnya agar peserta
didik lebih tanggap dan mudah meamahami suatu materi dalam proses belajar,
karena baik secara langsung maupun tidak langsusng peserta didik mengalami atau
mengetahui secara nyata dalam kehidupanya, hal ini sangat mempengaruhi peserta
didik untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dan lebih meningkat. Penerapan
model pembelajaran Kontekstual diharapakan mampu memberikan pengaruh yang baik
dan signifikan dalam memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan sesuai tujuan
yang diharapkan sebelumnya.
Pendapat
tersebut di perkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2013)
hasil penelitianya menyimpulkan model pembelajaran kontekstual efektif
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik di Kelas IV SDN 02
Gebang Mekar Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon dengan presentase nilai 81%. Sedangkan
menurut Purwanto (2012) model pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan
perhatian peserta didik di Kelas III SDN 02 Bulakamba Kecamatan Bulakamba
Kabupaten Brebes dengan presentase nilai 83%.
Pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar lebih riang tanpa beban dan berbaur dengan lingkungan
sekitar untuk lebih mudah memahami suatu konsep materi pembelajaran yang
dilakukan, karena peserta didik dapat mengamati langsung bentuk energi yang ada
dilingkungan sekitar. Peserta didik diberi kesempatan untuk terlibat aktif
dalam proses belajar yang menggabungkan antara materi dan lingkungan nyata atau
lingkungan alam sekitar sesuai dengan pengalaman dan mengaitkanya dalam
kegiatan pembelajaran. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran IPA
pada materi Energi dengan model pembelajaran Kontekstual sangat berpengaruh
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik (Rahardjo & Daryanto, 2012:
155). Alasan inilah yang melandasi penelitian tentang penerapan model
pembelajaran Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran IPA materi Energi di kelas III SD Muhammadiyah Kebagusan
Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang penting dilakukan.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, masalah yang dapat di identifikasi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan
peserta didik dalam memahami konsep materi energi rendah.
2. Pembelajaran
bersifat pasif
3. Model
pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada pendidik.
4. Penggunaan
media pembelajaran rendah.
5. Interaksi
antara pendidik dengan peserta didik kurang optimal.
6. Hasil
belajar peserta didik rendah dan kurang maksimal.
C.
Pembatasan
Masalah
Pembatasan
masalah penelitian ini di batasi pada kajian:
1. Model
pembelajaran yang masih berpusat pada pendidik.
2. Hasil
belajar peserta didik yang masih rendah.
D.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan model
pembelajaran Kontekstual pada mata pelajaran IPA materi Energi dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik di Kelas
III SD Muhammadiyah Kebagusan Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang?
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah mengungkap peningkatan hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran IPA materi Energi di Kelas III SD
Muhammadiyah Kebagusan Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang.
F.
Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian
yang dilakukan adalah :
1.
Bagi
siswa
a. Hasil belajar
peserta
didik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahua Alam
lebih meningkat.
b. Semakin banyak peserta
didik yang meyukai mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
c. Keaktifan, kreativitas dan semangat peserta
didik tercipta pada proses mengajar di kelas.
2.
Bagi
guru
a. Sebagai landasan motivasi untuk meningkatkan
keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang bervariasi yang dapat
memperbaiki sistem pembelajaran.
b. Pendidik secara bertahap dapat
mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan
meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat teratasi.
3.
Bagi
Sekolah
a. Mendapat masukan tentang penelitian yang dapat memajukan
sekolah.
b. Memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran sehingga meningkatkan mutu
sekolah.
G.
Definisi
Operasional
1.
Model Pembelajaran
Kontekstual
Model
pembelajaran Kontekstual yang dimaksudkan di sini adalah cara yang digunakan
dalam pembelajaran IPA pada materi Energi yaitu dengan memberikan contoh nyata
yang ada dalam kehidupan lingkungan sekitar mereka dan menerapkannya di dalam kelas
sehingga pembelajaran dapat berjalan interaktif dan membangkitkan semangat
belajar peserta didik pada materi Energi. Pendidik tidak hanya menyampaikan
materi pembelajaran yang berupa hafalan akan tetapi guru dapat mengaitkan
antara materi Energi dengan pengetahuan yang bersifat nyata di kehidupan mereka
sehari-hari. Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan peserta didik mampu
memahami konsep dari materi Energi pada setiap pembelajaran yang dilakukan.
2.
Hasil Belajar
Hasil
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup ranah kognitif, afektif dan
ranah psikomotor. Pertama ranah kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini ada
beberapa aspek dalam pembelajaran yang perlu di kembangkan pada materi Energi
adalah peserta didik dapat menyebutkan macam-macam bentuk energi dan
pemanfaatanya dalam kehidupan nyata serta peserta didik dapat menjelaskan
gagasan tentang berbagai macam bentuk Energi dan perubahan yang terjadi pada
penerapannya di lingkungan sekitar beserta contohnya.
Ranah yang kedua adalah afektif merupakan ranah
yang di harapkan agar peserta didik mampu mengembangkan keberanian dan keaktivannya
dalam kegiatan pembelajaran di kelas seperti keberanian dalam ikut serta
berpartisipasi aktif untuk menyampaikan gagasan atau ide yang dimilikinya tentang
materi Energi, sehingga dapat berbagi pengalaman dan ilmu dengan teman sekelas.
Ranah
yang terakhir adalah ranah psikomotor dimana peserta didik mampu menghubungkan
antara materi Energi dengan kenyataan yang ada dilingkungan sekitar dengan
melakukan pengamatan pada setiap pokok bahasan materi Energi dalam pembelajaran
sehingga peserta didik dapat memahami dan mengerti konsep Energi yang di
ajarkan. Ranah yang dikembangkan di atas diharapkan dapat berdampak pada hasil
belajar yang maksimal dan sesuai dengan harapan yang di inginkan oleh pendidik.
No Responses to "Contoh Bab I skripsi PTK"