Halo Sobat ! | Members area : Register | Sign in
About me | SiteMap | Arsip | Terms of Use | Dcma Disclaimer




Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

Home » » Contoh Bab II Skripsi PTK

Contoh Bab II Skripsi PTK

Kamis, 02 Oktober 2014


BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Model Pembelajaran Kontekstual
1.        Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual
Setiap pembelajaran mengharuskan peserta didik untuk aktif dalam ikut serta menghidupkan suatu pembelajaran di kelas, oleh karena itu pentingnya menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi Energi adalah peserta didik aktif berpartisipasi sehingga menjadikan pembelajaran lebih hidup dan lebih komunikatif baik antar peserta didik maupun dengan pendidik. Dengan model pembelajaran kontekstual peserta didik menjadi aktif dalam mengembangkan pengetahuannya dengan memberikan gagasannya seperti dengan memberikan contoh yang ada di kehidupan nyata ke dalam materi Energi maupun aktif melakukan pengamatan langsung terhadap bentuk energi yang masih sulit dipahami, sehingga peserta didik yang lain juga bisa memahami dengan apa yang telah dilakukan di lingkungan mereka dan pembelajaran lebih bermakna dan melekat dalam memori mereka.
Teori tersebut sependapat dengan (Trianto, 2010: 173) Pembelajaran IPA dengan model pembelajarn Kontekstual sangatlah dibutuhkan karena pada hakikatnya IPA di bangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagian proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses berupa pengetahuan yang di ajarkan dalam sekolah atau luar sekolah yaitu dengan menggunakan bahan bacaan sebagai media penyebaranya. Sebagai prosedur adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yaitu penelitian pada umumnya yang lazim disebut dengan metode ilmiah
Senada dengan itu (Suprijono, 2011: 46) menyatakan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual peserta didik dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mengkonstruksi pengetahuanya secara mandiri dan seluas-luasnya yaitu  dengan dasar filosofi bahwa knowledge is constructed by human. Atas dasar itu maka dikembangkan model pembelajran kontekstual yang berdasarkan azas pembelajaran kontruktivisme di mana peserta didik membentuk pengetahuanya secara mandiri dan seluas-luasnya dengan pengalaman yang terjadi dilingkungan sekitar dan mengaitkanya dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari seperti materi Energi.
Penerapan model pembelajaran kontekstual bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang lebih baik dengan menanamkan pemahaman pada peserta didik terlebih dahulu yaitu dengan cara melibatkan langsung  peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran berjalan lebih efektif dan komunikatif. Gagasan yang dapat di kemukakan oleh peserta didik yaitu dengan mengaitkan antara contoh nyata yang ada dilingkungan mereka dengan materi energi maupun pengamatan secara nyata dan langsung merupakan ciri dari pembelajaran kontekstual dengan alasan tersebut sehingga peserta didik lebih memahami konsep materi energi dan bukan hanya belajar dengan menghafal sebuah konsep materi Energi.
Pemaparan di atas sependapat dengan (Hatimah, 2008: 9.18) model pembelajaran kontekstual memiliki berbagai karakteristik tersendiri dalam penerapanya di dalam kelas yang harus di perhatikan oleh pendidik agar didapatkan pembelajaran yang efektif dan efisien guna mendapat hasil belajar yang maksimal. Setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan diharapkan peserta didik seacara aktif ikut terlibat dalam proses pembelajaran dan setiap pembelajaran peserta didik diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasan atau pendapatnya sesuai dengan materi Energi sehingga peserta didik lebih mudah memahami dan pembelajaran lebih bermakna dalam benak peserta didik.
Pembelajaran kontekstual menuntut peserta didik untuk belajar membangun dan mencari pengetahuanya secara mandiri secara aktif dalam setiap pembelajaran. Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey dalam (Trianto, 2010:115) learning by doing yang tidak menyukai rote learning “belajar dengan menghafal”. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu bahwa peserta didik perlu terlibat  dalam proses belajar secara spontan dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan peran serta peserta didik dan pendidik dalam belajar aktif  akan terciptanya suatu pengalaman belajar yang lebih bermakna.
Sepakat dengan itu (Taufiq dkk, 2011: 6.7) mengemukakan teori konstruktivisme ini menyatakan setiap peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan pengetahuanya secara menyeluruh. Menurut teori ini peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya. Kaitanya dengan penelitian yang dilakukan pada pembelajaran materi Energi adalah pendidik memberikan sedikit penjelasan tentang materi Energi dan kemudian peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan gagasan dengan contoh nyata yang ada dikehidupan mereka sendiri mapun dengan pengamatan secara langsung sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan komunikatif.   Pendidik dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk menemukan ide-ide mereka sendiri, dan pada proses pembelajaran peserta didik menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Teori pembelajaran konstruktivisme sangat erat kaitannya dalam bidang pendidikan khususnya sains dan matematika (Wahyudin dkk, 2012: 4.31) Konstruktivisme memiliki 3 jenis, yaitu :
a)    Konstruktivisme psikologis personal yaitu lebih menekankan bahwa peserta didik sendirilah yang mengkonstruksikan pengetahuan dengan melakukan pengamatan secara langsung dan memahaminya setiap konsep Energi
b)   Konstruktivisme sosiologis yaitu lebih menekankan masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan seperti dengan mendiskusikan materi Energi yang belum dipahami dengan teman dan kepada pendidik.
c)    Sosiokulturalisme merupakan semua aspek dari individu, masyarakat dan lingkungan memiliki peranan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Artinya setiap peserta didik memiliki peranan dalam setiap kegiatan pembelajaran begitu juga dengan masyarakat sekolah dalam hal ini warga SD Muhammadiyah Kebagusan dan lingkungannya juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran kontekstual pada hakikatnya adalah mendidik peserta didik untuk belajar tidak hanya sekedar menghafalkan setiap pokok bahasan materi yang di pelajari di kelas, akan tetapi peserta didik diharapkan lebih menekankan untuk mamahami dan membangun pengetahuannya sendiri seluas-luasnya pada setiap pokok bahasan yang disampaikan sehingga pembelajaran lebih bermakna dari pengetahuan yang didapatnya. Peserta didik mampu mengaitkan materi energi dengan kehidupan mereka dengan memberikan gagasan berupa contoh nyata yang sesuai dengan materi Energi dan peserta didik melakukan berbagai pengamatan energi yang ada di sekelilingnya, misalnya mengamati sebuah perubahan energi yang terjadi pada suatu benda seperti setrika atau kipas angin listrik, dari situ mereka akan mengerti perubahan energi apa yang terjadi pada benda-benda tersebut. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki setiap individu berbeda dan lebih tertata sesuai dengan kemampuan individu yang lebih mencerminkan pemahaman yang mendalam masing-masing individu dalam setiap pokok bahasan atau persoalan yang sedang dipelajari  maupun dikaji.
Sependapat dengan itu (Rahardjo & Daryanto, 2012: 158) mengemukakan Pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang mencakup beberapa aspek sebagai satu kesatuan yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan seutuhnya. Model pembelajaran kontekstual bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi Energi dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari dan menghubungkanya dengan materi Energi sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan dengan permasalahan lainnya untuk kemudian dipecahkan dengan bantuan pendidik atau peserta didik yang lain dengan tanya jawab atau umpan balik.
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang terpisah akan tetapi mencerminkan satu kesatuan keterampilan yang diterapkan pada setiap pembelajaran. Setiap individu atau peserta didik memiliki pengetahuan dan mempunyai tingkatan yang berbeda dalam setiap menyikapi situasi baru dilingkungan sekitar, sehingga peserta didik di tuntut untuk dapat membangun pengetahuanya sendiri dengan memecahkan setiap masalah dan menemukan sesuatu yang baru sebagai solusi pemecahanya yaitu dengan mengemukakan ide-ide yang muncul dalam pemikiranya sehingga dapat mengasah dan mengubah struktur otak seiring berjalanya waktu akan terus berkembang dengan pengetahuan dan keterampilan yang selalu meningkat.
Berdasarkan pernyataan di atas pembelajaran kontekstual dijadikan sebagai model dalam pembelajaran IPA. Model pembelajaran ini bisa dilakukan dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Model pendekatan kontekstual bisa memberikan kesempatan siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran yang mengacu pada realistik lingkungan sekitar dan bisa mengembangkan kemampuan diri sendiri baik secara personal maupun kooperatif yang bersifat fungsional secara pengembangan pengetahuan peserta didik. Jadi pada hakikatnya konstruktivisme merupakan dasar filosofi dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual karena didalam pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual siswa juga dituntut menemukan ide-ide mereka sendiri.
Model pembelajaran Kontekstual yang dimaksud dalam penelitian ini  yaitu peserta didik mampu menerapkan atau mengaitkan antar kejadian nyata yang ada dalam kehidupan peserta didik dengan materi energi, dari beberapa fakta yang terjadi di lingkungan sekitar kehidupan peserta didik untuk dijadikan sebagai sebuah contoh dalam pembelajaran yang sedang dilakukan dalam hal ini mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi Energi. Pendidik dapat mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Konsep ini diharapkan mampu meningktakan hasil pembelajaran dan pembelajaran lebih bermakna sihingga materi yang diajarkan lebih mudah di ingat oleh peserta didik. Proses belajar berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dengan mengalami dan mengamati, pendidik bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan akan tetapi partisipasi peserta didik dapat terjalin dengan peserta didik yang lainya sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan.
Pada hakikatnya mengajar bukan mentransfer pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya. Sesuai dengan hakikat pembelajaran kontekstual, dimana pendidik lebih menekankan kepada peserta didik untuk belajar mengitkan antara materi Energi dengan lingkungan sekitar, seperti peserta didik di rangsang untuk memberikan gagasan berupa contoh nyata yang sesuai dengan materi Energi sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami konsep dari materi tersebut. Pendidik dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan ide-ide mereka sendiri, dan pada proses pembelajaran peserta didik menjadi sadar untuk menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Dalam konteks ini pendidik hendaknya sebagai mediator, fasilitator, pemandu dan sekaligus teman belajar atau sebagai mitra belajar yang membantu peserta didik agar proses belajar berjalan dengan baik dan membangun pengetahuannya.
2.        Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual
Setiap pembelajaran yang dilakukan pada dasarnya merupakan sebagai mediator dalam menerapkan berbagai metode, model atau pendekatan pembelajaran. Tujuan dari penerapan aspek tersbut dalam pembelajran yaitu guna meningkatkan dan mendapatkan hasil belajar peserta didik yang lebih baik dan lebih baik lagi dari pembelajaran yang sebelumnya. Begitu juga dengan penerapan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPA materi Energi di kelas III SD Muhammadiyah Kebagusan Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang karena memiliki tujuan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.  Hal itu diperkuat dengan adanya fakta dengan indikasi peserta didik menjadi lebih aktif dalam bepartisipasi di setiap pembelajaran yang dilakukan, seperti dengan mengungkapkan berbagai gagasannya pada setiap pembelajaran sehingga dengan pembelajaran kontekstual peserta didik saling bertukar pikir dan pengalaman yang dimilikinya dengan peserta didik lainnya.
            Pembelajaran kontekstual juga menuntut peserta didik melakukan pembelajaran dengan berpikir kritis dan tanggap dalam setiap tanggapan atau gagasan yang disampaikan oleh pendidik maupun teman yang lain. Peserta didik juga diharapkan dapat terlibat penuh dalam mengupayakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Terjadinya pembelajaran yang efektif dalam kelas peserta didik dapat membawa pengalaman yang dialami kedalam sebuah pembelajaran dan sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, sehingga pembelajaran berjalan komunikatif dan efektif untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.
Senada dengan itu (Trianto, 2007: 103-104) berpendapat model pembelajaran kontekstual merupakan sebuah konsep belajar yang membantu pendidik untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata pada kehidupan peserta didik dengan rancangan pelajaran yang dibangun atas dasar asumsi bahwa pengetahuan adalah mengkonstruksi atau membangun dari individu itu sendiri. Dari situlah konsep dasar dikembangkannya model pembelajaran kontruktivisme yang membuka peluang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk memberdayakan diri dengan belajar dilingkungan sikitar sesuai dengan konteks materi yang di pelajari tanpa harus menerima pembelajaran dari pendidik secara langsung. Cara belajar yang terbaik adalah peserta didik mengkontruksi pengetahuannya secara individu yang bersifat aktif. Pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada kebutuhan peserta didik, pemberdayaan potensi peserta didik, meningkatkan kesadaran diri, penyampaian ilmu-ilmu yang fungsional bagi kehidupan dan penilaian yang mengukur pengausaan ilmu secara tuntas.
Seperti dikemukakan (Wahyudin dkk: 2013) dalam konteks ini pembelajaran berlangsung dalam berbagai lingkungan yaitu, dalam lingkungan pendidikan informal, dalam pendidikan formal, dan dalam pembelajaran nonformal atau lingkungan masyarakat. Pembelajaran dilingkungan sekitar pada setiap individu dapat memperoleh pengalaman dan pembelajaran dari berbagai hal, misalnya tentang lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya maupun lingkungan politik
Struktur pembelajaran kontekstual memberikan kesempatan pada peserta didik untuk saling membagikan hasil informasi atau pengetahuan yang didapatnnya dalam kegiatan pembelajaran dengan peserta didik lain. Adapun perbedaan antar pendekatan kontekstual dengan metode konvensional seperti pada  tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan model pembelajaran kontekstual dan konvensional
No
Metode Kontekstual
Metode Konvensional
1
2
3
4
5
6
7
Orientasi siswa
Aktif dan Kreatif
Kooperatif
Eksploratif
Kesadaran diri
Fungsional
Kontstruktivis
Orientsi isi
Pasif dan Reseptif
Individualistik
Preskripif
Kebiasaan
Faktual
Behavioris
                    Sumber: (Jihad & Haris, 2009: 49)
Penerapan model pembelajaran kontekstual, terdapat tujuh komponen utama yang harus dilakukan, diantaranya yaitu :
a)    Kontruktivisme
Merupakan landasan filosofis yang mendasari model pembelajaran kontekstual. Setiap proses pembelajaran kontekstual Peserta didik dituntut untuk membangun pengetahuanya sendiri secara mandiri dengan aktif serta dalam pembelajaran, sepeti mengemukakan gagasanya seperti mengaitkan fakta yang terjadi dilingkungan mereka dengan materi Energi yang di pelajari, sehingga peserta didik dapat memahami konsep materi Energi dengan sendirinya tanpa harus menghafalnya (Hatimah dkk, 2008: 1.24)
b)   Menemukan
Proses menemukan inilah yang paling penting dalam setiap pembelajaran. Dalam konteks ini peserta didik mampu menemukan ide-ide baru yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan baru kepada teman sekelas seperti memberikan pendapat atau contoh yang sesuai dengan pokok bahasan materi Energi.
c)    Bertanya
Merupakan salah satu pintu masuk untuk membangun dan memperoleh pengetahuan secara terstruktur. Peserta didik dapat menggali pengetahuan dari berbagai pihak seperti pendiidk atau sesama peserta diidk lain yaitu degan cara bertanya pada setiap pokok bahasan yang dipelajari seperti materi energi, sehingga peserta didik mampu aktif dalam pembelajaran dan mendapat informasi baru yang mungkin belum diketahui sebelumnya. Bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis penemuan sendiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya (Anitah dkk, 2010: 7.5)
d)   Masyarakat Belajar
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan hendaknya dilakukan dengan melibatkan banyak pelaku dalam kegiatanya seperti pendidik dan beberapa peserta didik yang ikut serta dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran bisa lebih efektif dan interaktif dan berdampak pada pembelajaran yang komunikatif baik peserta didik dengan pendidik maupun peserta didik dengan peserta diidk lain. Dalam pembelajaran kontekstual pengembangan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti membentuk kelompok kecil atau besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja sama dengan teman sebaya, bekerja dengan kelas diatasnya, bekerja dengan semua warga sekolah.
e)    Pemodelan
Yang dimaksud dengan pemodelan adalah pemberian contoh-contoh belajar berupa tindakan atau perilaku yang ditampilkan oleh pendidik maupun bisa dilakukan oleh peserta didik sebagai pemeran di depan kelas. Pemodelan menjadi penting karena hal tersebut memberikan tindakan nyata sehingga memudahkan peserta didik dapat dengan mudah menangkap atau menerima konsep dari materi yang diberikan.
f)    Refleksi
Refleksi sangat perlu dilakukan dalam setiap pembelajaran yang telah dilakukan, dikarenakan refleksi merupakan evaluasi untuk mengetahui kekurangan yang perlu diperbaiki dan membenahinya agar pembelajaran dapat memperoleh hasil yang lebik baik dan maksimal dimasa mendatang.
g)   Penilaian
Pembeljaran kontekstual sangat berperan dalam memberikan gambaran keberhasilan siswa secara keseluruhan, karena itu penilaian yang dimaksudkan adalah tidak terbatas pada pengukuran daya pikir saja, melainkan penilaian benar-benar otentik sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya (Suryanto dkk, 2011: 1.3).
     Pada dasarnya karakteristik model pembelajran kontekstual memilki ciri yang khas yaitu dalam setiap pembelajaranya peserta didik dituntut untuk ikut berperan aktif dan komunikatif dalam setiap pembelajran sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak bersifat monoton dan membosankan bagi peserta didik. Pembelajaran kontekstual juga mengedepankan azas kontruktivisme, dimana peserta didik dapat membangun pengetahuanya secara mandiri dan tidak bergantung pada pendidik. Menurut (Chulsum dan Navia, 2006: 3) aktif artinya giat, sedangkan keaktifan artinya kegiatan atau kesibukan. Sdangkan menurut (Aunurrahman, 2009: 119) Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan
Peserta didik yang aktif dalam pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kontekstual adalah jika peserta didik mampu menerapkan dan mengaitkan antara materi energi dan kehidupan lingkungan alam nyata melalui mendengarkan materi, memahami, mengamati, menyelidiki, menguraikan dan memutuskan. Kaitanya dengan penelitian ini adalah peserta didik menerapkan pembelajaran kontekstual dengan aktif memberikan gagasan dengan memberikan contoh nyata yang sesuai dengan materi Energi, sehingga peserta didik lain juga mampu memahami konsep secara nyata dan benar. Seluruh komponen diterapkan dalam pembelajaran akan mendapatkan hasil pembelajaran dan pengetahuan sebanyak mungkin.  
3.        Keunggulan Model Pembelajaran Kontekstual
Beberapa pendapat menyatakan salah satunya (Trianto, 2007: 106) penerapan model pembelajran kontekstual dalam pembelajarn IPA materi Energi juga memiliki berbagai keunggulan yang dapat memberikan efek positif pada hasil belajar peserta didik:
a)    Pembelajaran menjadi lebih berakna dan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pembelajaran di sekoalah dengan kehidupan nyata dilingkungan sekitar mereka. Hal ini sangat penting dilakukan seperti dengan mengaitkan materi Energi dengan kehidupan nyata mereka dapat membangun pemahaman peserta didik sendiri dan lebih melekat dalam memori mereka sehingga tidak mudah terlupakan serta pembelajaran menjadi lebih bermakana.
b)   Secara mendasar model pembelajaran kontekstual dapat lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep materi Energi secara sederhana dan mudah diingat, hal ini dikarenakan pembelajaran kontekstual menganut azas kontruktivisme dimana peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri dengan menemukan pengetahunya sendiri sehingga pembelajaran lebih melekat dalam memori karena peserta didik belajar dengan mengalami bukan menghafal.
4.        Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual
Beberapa literatur juga menyatakan kelemahan dari model pembelajaran kontekstual salah satunya (Trianto, 2007: 107):
a)    Pendidik harus lebih intensif dalam membimbing peserta didik, dikarekan pada model pembelajaran kontekstual pendidik bukan hanya sebagai sumber informasi melainkan pendidik memiliki tugas lain untuk mengelola kelas sebagai sebuah tim yang dituntut bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi peserta didik pada materi Energi. Pada dasarnya peserta didik dipandang sebagai individu yang sedang berkembang sedangkan kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dengan demikian pendidik disini bukan sebagai instruktur dalam kelas yang memaksakan kehendak peserta didik, melainkan pendidik berperan sebagai pembimbing peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan tingkat pemahamnya pada materi Energi.
b)   Dalam pembelajaran kontekstual pendidik memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan pengetahuanya secara mandiri untuk menemukan atau menerapkan gagasanya tentang materi Energi dan mengajak peserta didik agar mereka menyadari dengan sadar mengguanakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini pendidik harus memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra sehingga pembelajaran dapat meraih hasil belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebelumnya.
5.        Prosedur Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Dalam setiap model pembelajaran terdapat beberapa prosedur yang harus dilalui dalam penerapanya di kelas, (Trianto, 2007: 103) seperti halnya model pembelajaran kontekstual juga tidak terlepas dari prosedur dalam penerapanya, diantaranya:
a)    Laksanakan pembelajaran sejauh dan seluas mungkin dengan inquiri untuk semua materi dan semua topik pembelajaran. Peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis dan melakukan pengamatan untuk kemudian menjadikan mereka mengerti serta memahami konsep dari materi yang sedang diteliti, karena pada dasrnya pembelajaran yang secara riil akan membuat peserta didik menjadi lebih mudah untuk memahami dan lebih melekat dalam memorinya.
b)   Pendidik diharapkan mampu meningkatkan keingin tahuan peserta didik, sehingga merangsang peserta didik untuk aktif bertanya tentang apa yang mereka belum mengerti dan ketahui termasuk juga pada materi Energi. Dengan adanya partisipasi aktif dari peserta didik dapat menjadikan suasana belajar menjadi lebih komunikatif dan tidak monoton yang menjadikan peserta didik jenuh.
c)    Pembentukan kelompok kecil merupakan prosedur yang harus di terapkan dalam pembelajaran kontekstual dikarenakan belajar akan lebih baik jika dilakukan secara bersama yang memungkinkan antar peserta didik melakukan sharing pendapat atau berbagi pengalaman dengan teman sekelompok.
d)   Menghadirkan model sebagai contoh nyata dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi Energi sangatlah perlu dilakukan, hal tersebut bisa dilakukan oleh pendidik langsung maupun peserta didik sebagai model yang membantu peserta didik lain untuk memudahkan dalam memahami konsep Energi.
e)    Setelah pembelajaran sudah terlaksanakan pendidik melalakukan refleksi terhadap kegiatan belajar tersebut untuk kemudian dapat mengetahui hasil tentang apa yang baru dipelajarinya.
f)    Tahapan yang paling akhir adalah melakukan evaluasi dengan mengukur kemampuan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan penilaian yang  sebenar-benarnya sesuai dengan kinerja peserta didik.
B.       Hasil Belajar
1.        Hakikat Hasil Belajar
Pada hakikatnya hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan guna mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran yang dilakukan terhadap pengetahuan dan intelektual peserta didik. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, dalam hal ini berarti keberhasilan pencapaian hasil belajar atau tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar peserta didik disekolah maupun di lingkungan sekitar. Pada setiap pembelajaran dapat menghasilkan sebuah perubahan pada diri peserta didik dan hal itu bisa diukur dengan mengguanakan nilai sebagai hasil dari sebuah pembelajaran yang telah dilakukan.
     Senada dengan itu (Jihad & Haris, 2009: 14) hasil belajar merupakan sebagian dari kemampuan peserta didik yang diperolehnya dari sebuah pembelajaran. pembelajaran merupakan kegiatan berproses dimana seseorang memiliki keinginan untuk berubah dalam segi pengetahuan dan intelektualnya secara bertahap dan permanen. Dalam kegiatan pembelajaran seorang pendidik akan menetapkan sebuah standar pencapaian atau sering disebut dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Peserta didik yang  mampu mencapai hasil belajar di atas KKM yang sudah dutentukan yaitu 65, dalam hal ini bisa digunakan sebagai tolak ukur keberhasian peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Teori tersebut senada dengan (Suprijono, 2011: 6) Penilaian hasil belajar pada setiap pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA harus dilakukan untuk mengukur perkembangan hasil belajar peserta didik yang meliputi pencapaian pemahaman, kecakapan dan kemahiran pada materi Energi, seperti pemahaman konsep, prosedur, penalaran dan komunikasi dalam pemecahan masalah.
Sedangkan menurut (Syah, 2010: 82) keberhasilan dalam pembelajaran yaitu ranah psikologi peserta didik yang terpenting adalah ranah kognitif, dimana ranah yang pepusat di otak ini merupakan pandangan psikologis kognitif dan merupakan pengendali yang sangat berpengaruh dalam ranah-ranah kejiwaan yang lain yakni ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dalam konteks psikologis kognitif, otak merupakan satu-satunya organ tubuh yang memiliki peranan sebagai pusat fungsi kognitif bukan hanya sebagai penggerak dan pengendali aktivitas akal pikiran, melainkan sebagai menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Sehingga dalam hal ini pendidikan dan pembelajaran sangat perlu diupayakan semaksimal mungkin agar ranah kognitif para peserta didik dapat berfungsi secara maksmal, positif dan bertanggung jawab.
Jadi pada dasarnya hasil belajar merupakan unsur yang menentukan pada setiap pembelajaran, dimana kemampuan pemahaman peserta didik akan dibuktikan dengan perolehan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan atau patokan dalam pembelajaran yang biasa kita kenal (KKM). Dari sinilah setiap peserta didik akan terlihat apakah sudah berhasil dalam mengikuti pembelajaran atau belum.
2.        Jenis Hasil Belajar
Tujuan kegiatan pembelajaran adalah untuk memperoleh hasil belajar yang menunjukkan peserta didik telah melakukan kegiatan pembelajaran yang meliputi berbagai aspek seperti pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan dapat dicapai secara maksimal oleh peserta didik. Menurut Bloom dalam (Sanjaya, 2010: 102) bentuk perubahan intelektual pada peseta didik merupakan buah dari hasil belajar yang mereka lakukan selama mengikuti pembelajaran dan hal tersebut harus tercapai sesuai dengan harapan. Hasil belajar digolongkan kedalam tiga ranah, yaitu ranah Kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian adalah mencakup tiga ranah yaitu :
a)    Ranah Kognitif
Maksud ranah kognitif disini yaitu peserta didik mampu menyebutkan berbagai bentuk energi dan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga mampu menjelaskan dari setiap pokok bahasan yang berhubungan dengan materi Energi dan memberikan contohnya yang sesuai dengan kenyataan baik yang dilihat maupun yang dialami oleh mereka sehingga dapat memperkuat pengetahuan dan pemahamanya tentang materi energi untuk dapat dengan mudah di inggat dan diterapkannya.
b)   Ranah Afektif
Merupakan ranah lanjutan dari ranah kognitif, disini peserta didik diharapkan memperhatikan dan menerima pembelajaran untuk dapat ikut aktif berpartisipasi dan melibatkan diri baik dengan keberanianya memberikan pertanyaan maupun dalam menanggapi pertanyaan yang di berikan peserta didik lain maupun pendidik, sehingga pembelajaran berjalan dengan aktif dan komikatif.
c)    Ranah Psikomotor
Psikomotor merupakan ranah terakhir dari hasil pembelajaran, diamana peserta didik mampu mengulang atau menirukan dari tingkah laku yang di contohkan sebelumya oleh pendidik. Peserta didik dituntut untuk mempraktikan dari sebuah materi yang diberikan dengan menampilkan action atau melakukan pengamatan secara langsung yang berkaitan dengan materi Energi, seperti mengamati perubahan energi yang terjadi pada setrika listrik atau kipas listirk. Disitulah peserta didik akan menirukan dari yang diajarkan oleh pendidik sebelumnya untuk memperoleh pemahan konsep secara nyata dan lebih bermakna.
C.      Belajar dan Pembelajaran Materi Energi di Kelas III
Belajar dan Pembelajaran yang dilakukan dalam kelas hendaknya menyenangkan, menggembirakan serta dapat meningkatkan gairah dan semangat belajar peserta didik sehingga peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan semangat dan senang hati. Beberapa aspek tersebut jika dapat diterapkan dan dijalankan dengan baik oleh pendidik akan berdampak positif dalam belajar dan pembelajaran, seperti hasil belajar peserta didik lebih baik dan meningkat serta peserta didik lebih semangat dalam melakukan pembelajaran.
Sependapat dengan itu (Jihad & Haris, 2009: 2) pada dasarnya belajar dan pembelajaran merupakan tahapan berubahan perilaku positif peserta didik dan merupakan hasil interaksi peserta didik dengan lingkungan alam sekitar yang melibatkan proses kognitif. Belajar merupakan aktivitas yang melalui berbagai proses tahapan yang harus dilalui peserta didik untuk dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan maksimal sesuai dengan harapan pendidik maupun peserta didik. Dari proses kegiatan belajar dan pembelajaran sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang saling terkait antara satu dengan yang lain dan terjadi secara berurutan dan fungsional. Sedangkan menurut teori Bruner (Trianto, 2010: 80) dalam proses belajar peserta didik menempuh tiga fase diantaranya yaitu:
1.        Fase informasi
Merupakan fase dimana seorang peserta didik yang sedang belajar akan memperoleh informasi atau pengetahuan baik informasi yang bersifat baru atau informasi yang berfungsi sebagai penambah, memperluas dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Informasi yang dimaksud dalam pelnelitian ini adalah materi Energi, seperti apa  yang dimaksud dengan energi, apa saja bentuk-bentuk energi yang ada dilingkungan sekitar bahkan yang ada di bumi ini, serta perubahan energi apa yang terjadi pada suatu benda sehingga mengakibatkan perubahan energi sepert terjadinya perubahan energi pada solder yaitu perubahan energi listrik menjadi energi panas.
2.        Fase transformasi
Merupakan fase berikutnya yang harus dilalui oleh peserta didik yaitu dimana peserta didik dituntut untuk menganalisis informasi yang didapatnya ke dalam bentuk abstrak atau konseptual. Dalam konteks ini peserta didik bisa melakukan pengamatan pada sebuah benda seperti yang di berikan pada tahapan informasi. Peserta didik dapat mengamati sebuah benda seperti solder untuk kemudian mendapatkan konsep pada perubahan energi yang terjadi sehingga peserta didik mampu memahaminya dengan sendirinya dan pembelajaran lebih bermakna.
3.        Fase evaluasi
Merupakan fase terakhir diaman peserta didik akan menilai sendiri sampai sejauh manakah kemampuan pengetahuan dirinya dari informasi yang telah ditransformasikan sebelumnya. Seperti pemahaman masing-masing peserta didik dapat dibedakan antara yang bisa memahami konsep materi energi dengan peserta didik yang belum bisa memahami konsep materi energi dari dua fase yang telah dilakukan.
Sependapat dengan itu (Sudjana, 2005: 56) mengatakan belajar dan pembelajaran merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Sementara itu  (Slameto, 2010: 2) berpendapat belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok, hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik pada setiap pembelajaran. Karena pada dasarnya belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran maka dibutuhkan sebuah buku panduan yang relevan seperti yang dikemukakan (Hamdani, 2011: 74-75) Belajar dan pembelajaran erat kaitanya dengan buku panduan peserta didik yang relevan, oleh karenanya dalam kegiatan belajar dan pembelajaran dibutuhkan sebuah buku pembelajaran yang berisikan materi yang akan diajarkan. Salah satunya adalah buku pedoman mata pelajaran IPA kelas III yang di dalamnya terdapat materi Energi yang akan dibahas, dalam hal ini adalah materi Energi dan perubahanya dalam kehidupan.
Buku panduan merupakan salah satu perangkat pembelajaran IPA yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu peserta didik menemukan serta mengembangkan konsep-konsep pelajaran IPA terutama dalam materi Energi. Sesuai dengan buku panduan Ilmu Pengetahuan Alam kelas III SD Muhammadiyah Kebagusan yang menerangkan materi tentang Energi (Priyono & Sayekti, 2008).
D.      Penelitian Yang Relevan
Model pembelajaran kontekstual memang memiliki dua sisi yang berbeda yaitu positif dan negatif, akan tetapi sisi negatif akan dapat tertutupi dengan hasil pembelajaran yang maksimal dan sesuai dengan tujuan. Banyak penelitian yang menggunakan model ini karena memiliki pengaruh yang baik bagi peningkatan hasil belajar, salah satunya adalah Purwanto (2012) mengatakan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan perhatian peserta didik dalam pembelajaran sehingga berdampak dalam pencapaian hasil belajar peserta didik di SDN Bulakamba 02 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes yang semakin meningkat dan lebih baik, dengan indikasi nilai sebelum diterapkan pembelajaran kontekstual sebesar 40% yang mencapai KKM menjadi 85%. pembelajaran kontekstual juga dapat meningkatkan kesungguhan pendidik dalam menyajikan materi dalam suatu pembelajaran.
Senada dengan itu Sutardi (2012) menyimpulkan model pembelajaran kontekstual sangat berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar peserta didik hal ini ditunjukan dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas III SDN 03 Panguragan Kulon Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon. Pada tiap siklusnya dengan nilai rata-rata siklus I sebesar 69,67, siklus II sebesar 71,67 dan siklus III sebesar 81,55 dari hasil sebelumnya adalah 35,57. Sependapat dengan itu juga Damayanti (2013) mengemukakan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktivan peserta didik dan lebih menyenangkan dalam pembelajaran. Pendekatan ini juga meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik di SDN 02 Gebang Mekar Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon yang lebih baik dari tiap siklusnya dengan persentase sebelumnya yaitu 40% menjadi lebih meningkat sebanyak 82%.
Penelitian yang dilakukan oleh Salamah (2013) peningkatan hasil belajar peseta didik dengan penerapan model pembelajaran kontekstual pada kelas IV MI Nurul Hikmah Kalibuntu Kecamatan Losari Kabupaten Brebes dengan hasilnya pencapaian 95% peserta diidk yang mencapai KKM dengan presentase  sebelumnya yaitu 45% yang mencapai KKM. Sependapat dengan penelitian itu juga disampaikan oleh Mutiin (2012) yang melakukan penelitian pada kelas VII SMP Negeri 8 Batang Kabupaten Batang. Menyampaikan pendapatnya dalam penelitianya bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh sekolah dengan KKM 65 dan menunjukan hasil belajar yang lebih meningkat dengan pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode ekspositori.
            Jadi pada intinya pembelajaran dengan mengguanakan model pembelajaran kontekstual dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan maksimal. Selain itu juga pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan minat dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian yang mengguanakan model pembelajaran kontekstual, dimana setiap penelitian menunjukkan hasil yang lebih baik dan lebih baik lagi sehingga diharapkan model ini dapat menjadi salah satu model pembelajaran unggulan yang selalu diterapkan oleh para pendidik dalam melakukan pembelajaran di kelas.
E.       Kerangka Berpikir
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di temukan seperti kemampuan peserta didik dalam memahami konsep materi Energi rendah artinya dalam proses belajar yang dilakukan peserta didik belum mencapai hasil yang diharapkan yaitu belum sepenuhnya dapat memahami konsep materi apa yang telah disampaikan oleh pendidik dalam proses belajar. pembelajaran hanya berpusat pada pendidik dan kurang melibatkan keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga peserta didik cenderung menjadi pendengar tanpa ikut serta berperan dalam proses pembelajaran. Dengan indikasi tersebut akan berdampak pada hasil belajar yang dicapai yaitu berdampak pada hasil belajar peserta didik  rendah yang belum mencapai hasil  maksimal dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan peserta didik dan pendidik .M asalah tersebut akibat dari penggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai dan cenderung menuntut peserta didik untuk menerima dan mendengarkan saja tanpa menuntut partisipasi peserta didik secara aktif sehingga pembelajaran berjalan monoton dan membosankan.
Suatu perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, pendidik selalu dikaitkan dengan istilah model, pendekatan, dan metode sebagai strategi pembelajaran. Dalam konteks ini seorang pendidik harus jeli dan pandai dalam memilih suatu model pembelajaran tertentu sehingga akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran peserta didik yaitu model pembelajaran kontekstual. Penerapan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPA materi Energi dengan cara mengaitkan materi Energi dengan kenyataan yang ada dilingkungan sekitar yang digunakan sebagia contoh untuk mempermudah peserta didik dalam memahami konsep materi Energi. Peserta didik diberikan kesempatan untuk aktif dalam menyampaikan gagasan untuk berbagi pengalaman dengan teman sekelas sesuai dengan materi Energi dengan memberikan contoh nyata yang ada dilingkungan mereka.
Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajarn IPA materi Energi juga memiliki berbagai keunggulan, seperti pembelajaran lebih membuat peserta didik senang dan tidak cepat bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan model kontekstual menjadi lebih berakna karena pembelajaran menuntut peserta didik lebih aktif untuk dapat menangkap hubungan antara pembelajaran di sekoalah dengan kehidupan nyata dilingkungan sekitar mereka sebagai contoh nyata dan kreativitas anak akan lebih tumbuh dalam memahami konsep materi Energi dan melekat dalam memori mereka sehingga pembelajaran akan lebih bermakana.
Secara mendasar model pembelajaran kontekstual dapat lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep secara sederhana dan mudah diingat, hal ini dikarenakan pembelajaran kontekstual menganut azas kontruktivisme dimana peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri dengan menemukan pengetahunya sendiri sehingga pembelajaran lebih melekat dan bermakna dalam ingatan anak. Penerapan model pembelajaran kontekstual diharapkan meningkatkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan  semangat belajar peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar disekolah. Peserta didik juga lebih aktif berpartisipasi dalam kegitan pembelajaran karena hal tersebut akan berdampak pada kemampuan anak dalam menangkap materi yang disampaikan dan berdampak pada hasil belajar yang lebih biak dan meningkat sesuia dengan harapan.
Keberhasilan belajar peserta didik dapat terlihat dengan  hasil belajar yang dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu berupa peningkatan nilai nyata yang didapat dari hasil evaluasi pembelajaran setelah dilakukanya pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual. Keberhasilan dalam pembelajaran juga tidak terlepas dari kemampuan pendidik dalam menyampaikan materi dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual secara baik dan maksimal, jika semakin efektif model pembelajaran yang digunakan dalam mengajar semakin baik pula hasil belajar yang akan dicapai. Berdasarkan pemaparan kerangka berpikir di atas dapat dilihat secara umum pada Gambar 2.1.
Identifikasi Masalah
1.    Pemahaman konsep pada materi Energi rendah.
2.    Pembelajaran yang masih berpusat pada pendidik.
3.    Hasil belajar rendah.


Solusi
Model Pembelajaran Kontekstual

 





Keunggulan
1.    Pembelajaran tidak cepat bosan.
2.    Lebih aktif dalam pembelajaran
3.    Kreativitas akan tumbuh dalam memahami konsep Energi.
4.    Membantu pendidik untuk mengajar lebih sistematis.

                                   



Harapan
1.    Hasil belajar peserta didik lebih meningkat
2.    Semangat dalam mengikuti  pembelajaran meningkat.
3.    Lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran

 





Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

F.       Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam suatu penelitian. Dalam penerapan metode pendekatan kontekstual  pembelajaran IPA, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini Hasil belajar siswa akan lebih baik yang diajar dengan metode pendekatan kontekstual di bandingkan dengan pembelajaran yang mengguanakan metode konvensional.

No Responses to "Contoh Bab II Skripsi PTK"

Poskan Komentar